MEMPERINGATI HUT KE 100 BUNG KARNO


x-URL :

Bersihkan Soekarno dari Fitnah



Jakarta, Kompas
Kamis, 7 Juni 2001


B anyak tulisan dan riset yang menyatakan bahwa Soekarno tidak ada urusannya sama sekali dengan Gerakan 30 September karena yang sesungguhnya terjadi adalah pembunuhan perwira bawahan terhadap jenderalnya sendiri. Karena itu, hal yang harus dilakukan dalam peringatan Soekarno adalah membersihkan dirinya dari fitnah yang dilakukan oleh militer."MPR jangan terlalu berurusan dengan memorandum, tetapi juga harus menghapus keputusan tentang Soekarno yang menista dan menipu," kata sosiolog Dr Daniel Dhakidae dalam diskusi menyambut 100 Tahun Bung Karno di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (6/6). Data maupun tulisan-tulisan yang ada, kata Daniel, menunjukkan bahwa pelaku pembunuhan para jenderal dalam peristiwa G30S adalah kalangan militer itu sendiri. Bukti-bukti menunjukkan bahwa mereka mati karena luka tembakan dan bekas benturan yang terjadi karena dimasukkan ke sumur sedalam 20 meter.

Menurut Daniel, hubungan Soekarno dan militer saling membutuhkan, ibarat alur dan tebing. Soekarno disukai militer karena gagasannya tentang persatuan dan kesatuan, namun ia tidak disukai oleh militer karena gagasannya tentang kebebasan. Soekarno merasa bahwa ia didukung oleh militer, namun ternyata tidak. Ia justru dikhianati dan difitnah oleh militer.

Daniel dalam diskusi tersebut juga mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi dalam diri Soekarno. Ketika orang melihat kebesaran Soekarno, kata Daniel, dengan segera ia juga melihat kekerdilan Soekarno. Pemahaman Soekarno tentang nasionalisme, Islam, dan Marxisme, menurut Daniel, semata-mata digunakan sebagai instrumen untuk memperjuangkan kemerdekaan yang menjadi dasar berpijak Soekarno.

Sosiolog Parakitri T Simbolon mengajak melihat Soekarno sebagai tokoh yang ditentukan oleh sejarah, sejarah masyarakat Indonesia, bukan sebagai seorang penentu jalannya sejarah. Sebagai produk sejarah, Soekarno lebih merupakan "korban" daripada "pahlawan" sejarah. Ia lebih merupakan ongkos yang oleh pranata sosial yang sudah lama ada dibebankan ke bahu kekuatan pergerakan menuju Indonesia merdeka.

Rasa minder Soekarno yang tercermin dalam pertentangan antara fakta dengan pengakuannya atas kebangsawanan orangtua dan nenek moyang, kemiskinan, keteguhan moral mengenai seks, menurut Simbolon, mencerminkan rasa minder yang melekat pada bangsa Indonesia. (wis)


Berita UTAMA lainnya :
  • Kaji Ulang Kenaikan Tarif Telepon
  • Kebesaran Bung Karno Bukan karena Kekayaan
  • Wajar Masyarakat Tolak Kenaikan Tarif
  • Gerakan Prodemokrasi Jangan Terjebak dalam Keruwetan Politik
  • Melihat Perbedaan Penampilan Keluarga Bung Karno
  • Pangeran Dipendra Menembak Semuanya
  • Pesawat Latih PLP Curug Jatuh di Padalarang
  • Bersihkan Soekarnodari Fitnah
  • Ami Priyono Meninggal



Back

Forward


(c) 2001 compiled by