x-URL :
Melihat Perbedaan Penampilan Keluarga Bung Karno
>Kamis, 7 Juni 2001
detikcom - Jakarta
Reporter:
A DA dua acara puncak memperingati 100 Tahun Bung Karno di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (6/6). Yang pertama di Balai Sidang Senayan pagi hari. Yang kedua di Gelora Bung Karno. Keduanya dihadiri Presiden Abdurrahman Wahid. Di kedua acara itu Presiden berpidato. Akan halnya Wakil Presiden (Wapres) Megawati Soekarnoputri, ia hadir di Gelora Bung Karno.
Ketika acara di Balai Sidang yang diselenggarakan oleh Universitas Bung Karno (UBK) berlangsung, Megawati juga berada di tempat itu. Tapi, ia tidak masuk ke ruang acara yang dipimpin adiknya, Rachmawati Soekarnoputri (pendiri UBK). Ia datang ke ruang sebelah, Hall B Balai Sidang Senayan, untuk menghadiri pameran kerajinan Indonesia. Wapres sempat membeli batik dan lain-lainnya.
Lima orang anggota keluarga Bung Karno-Fatmawati memang harus berbagi tugas untuk menghadiri acara besar tersebut. Jadi mereka tidak bisa berkumpul semua di satu tempat. Begitu kata orang-orang pencinta Bung Karno dan keluarganya.
Di Balai Sidang, selain Rachmawati, yang hadir adalah Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra, sedangkan di Gelora Bung Karno, yang hadir ialah Guntur Soekarnoputra (putra sulung), Guruh, dan Sukmawati.
Apakah keluarga Bung Karno terpecah? Guruh mengatakan tidak karena masing-masing punya agenda acara sendiri-sendiri. Adapun Rachmawati mengatakan, persaudaraan tidak terpecah, yang ada perbedaan pendapat yang sehat dalam dunia demokrasi. Komentar Megawati tentu sulit untuk dicapai. Sedangkan Guntur yang dikerumuni wartawan kemarin tidak begitu jelas ucapannya.
Begitulah, kedua acara puncak 100 Tahun Bung Karno yang diwarnai dengan penampilan lima bersaudara putra pasangan Bung Karno-Fatmawati.
***
ACARA di Gelora Bung Karno dan di Balai Sidang jelas beda. Acara di ruang utama Balai Sidang Senayan (dua jam) ditandai dengan orasi ilmiah Rachmawati, Rektor Universitas Bung Karno Dr H Hadiman SH, dan Presiden Abdurrahman Wahid. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Ir Ristiyanto, yang hadir di sini sekitar 6.000 orang. Di bagian atas ruang ini dipenuhi sekitar 5.000 mahasiswa UBK, dan di ruangan bawah para undangan dan orangtua atau anggota keluarga para mahasiswa.
Acara di Balai Sidang ini padat sekali. Selain pidato-pidato, juga diselenggarakan pergelaran kisah Bung Karno yang diperankan oleh dua orang, Rachmat Kartolo dan Anjasmara. Acara ini sempat menimbulkan cucuran air mata para ibu dan orang-orang tua yang pernah punya kenangan langsung terhadap Bung Karno. Rachmawati sempat tersedu-sedu ketika adegan mengarak peti jenazah Bung Karno ditampilkan. Sedangkan Sukmawati sibuk memberi penjelasan kepada para diplomat asing yang bertanya tentang adegan penandatanganan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar).
Pergelaran kisah Bung Karno ini sebenarnya biasa-biasa saja. Tapi, karena diberi ilustrasi musik Twilight Orchestra pimpinan Addie MS yang mudah mengusik berbagai bentuk emosi hadirin, hadirin setia mengikuti sampai usai. Lagu-lagu masa pemerintahan Bung Karno dulu, seperti Bulat semangat kita..., bermunculan dalam acara ini dan membuat orang-orang yang pernah mengalami langsung zaman itu bisa bernostalgia.
Acara ini juga ditandai dengan teriakan marah dari mahasiswa manakala adegan Soeharto (Presiden di masa Orde Baru) tampil. "Pergelaran ini masih punya banyak kelemahan, tapi cukup berkesan, terutama pada adegan wafat Bung Karno," ujar Rachmawati tersendat.
Usai acara pergelaran, Rachmawati sempat mengadakan jumpa pers. Yang hadir bukan hanya wartawan, tetapi juga orang-orang dengan berbagai kepentingan, antara lain untuk bersalaman atau minta tanda tangan.
***
ACARA di Gelora Bung Karno diselenggarakan oleh Panitia Nasional 100 Tahun Bung Karno yang melibatkan Guntur, Guruh, dan anggota keluarga Bung Karno lainnya. Wakil Presiden Megawati juga hadir di sini. Karena Prsiden dan Wakil Presiden hadir, penjagaan sangat ketat. Penjaga keamanan bukan hanya dari TNI dan polisi, tapi juga Satuan Tugas Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.
Yang hadir di Gelora Bung Karno lebih heterogen ketimbang di Balai Sidang. Acara hiburannya hanya satu, yakni parade atraksi dari berbagai daerah. Dalam kesempatan memberi laporan, Ketua Panitia Dr Dahlan Ranuwihardjo sempat minta kepada pemerintah agar hari kelahiran Bung Karno dijadikan hari nasional.
Pidato tunggal disampaikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Pidatonya sempat terhenti sebentar. Di awal pidatonya, ketika menyapa yang hadir, yakni akan menyebutkan nama Gubernur DKI Jakarta, tiba-tiba muncul kilat dari langit dan disusul suara gelegar geledek. Tapi, hujan tidak turun saat itu. Hujan turun sangat lebat ketika acara usai.
Di tengah perbedaan dua puncak acara 100 Tahun Bung Karno di Senayan itu, ada kesamaan, yakni banyaknya pedagang yang mangkal di luar kedua tempat acara tersebut. Di Gelora Bung Karno, para pedagang memenuhi seluruh jalan melingkar yang biasanya dipakai untuk jogging. Barang-barang yang banyak dijaja adalah suvenir tentang Soekarno beserta keluarganya. Harganya dari Rp 1.000 sampai Rp 2,3 juta.
Harga pin bergambar Soekarno muda yang dijual pemuda bernama Asep yang datang dari Bandung, berharga satu Rp 1.000 per buah. "Lumayan, saya bisa membawa untung bersih Rp 500.000. Untung saya ini paling kecil di antara pedagang-pedagang lainnya di sini," ujar Asep.
Sedangkan koin Soekarno keluaran Perusahaan Umum Percetakan Uang RI berharga jual Rp 800.000 dan Rp 2,3 juta. (osd)
Berita UTAMA lainnya :
- Kaji Ulang Kenaikan Tarif Telepon
- Kebesaran Bung Karno Bukan karena Kekayaan
- Wajar Masyarakat Tolak Kenaikan Tarif
- Gerakan Prodemokrasi Jangan Terjebak dalam Keruwetan Politik
- Melihat Perbedaan Penampilan Keluarga Bung Karno
- Pangeran Dipendra Menembak Semuanya
- Pesawat Latih PLP Curug Jatuh di Padalarang
- Bersihkan Soekarnodari Fitnah
- Ami Priyono Meninggal