Date: Tue, 05 May 1998 21:36:54 +0700
To:
From: Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat <>
Subject: "AKSI" adalah WUJUD KESADARAN
"AKSI" adalah WUJUD KESADARAN
Tanah Ibu Pertiwi adalah warisan leluhur pendahulu kita, sumber daya alam
adalah wujud material dari warisan tersebut. Ini lah kekayaan kita yang
harus kita jaga. Karen sesunguhnya warisan adalah amanah yang harus kita
pelihara, untuk anak cucu kita nanti.
Ilustrasi di atas menjadi tidak lagi relevan, ketika kita yang memilikinya
hanya bisa menyaksikan dan merasakan bangaimana silaunya pembangunan tanpa
makna. Kondisi obyektif, kini menunjukan bahwa Orde Baru (ORBA) rezim
"DOSOMUKO" soeharto tengah mengalami pembusukan. Hal ini terjadi akibat
kesalahan sistem yang sengaja diciptakan dengan terlalu mengedepankan
"pembangunan" kepentingan segelintir orang (kelompok cendana), sehinga
Kedaulatan Rakyatpun terus dikooptasi oleh keserakahan penguasa. Orde
soeharto dibangun hanya untuk mengumbar nafsu semata.
Tiga puluh dua tahun lebih soeharto memperkosa Amanat Penderitaan Rakyat.
Orde soeharto telah banyak menyengsarakan Rakyat, bisa kita lihat dari
bagaimana:
1. Kedaulatan Rakyat dirampas.
Wajah demokrasi yang ditampilkan Orede Baru (ORBA) tidak lebih dari tipu
daya dan rekayasa semata. Soebadio Sastrosatomo menyebutnya "soeharto
adalah Machiavelis terbesar abad ini", (media: Hilversum dan BBC). Hal ini
bukanlah omong kosong! Fakta memang membuktikan bukan?. Coba, apakab bukan
Michiavelis namanya, bagaimana mekanisme demokrasi kita terpusat ditangan
seorang soeharto, bagaimana MPR/DPR kita diobrak-abrik, direkayasa
habis-habisan. Mayoritas tunggal Golkar (soeharto) dengan 70% suara wakil
rakyat ada dikantong dia. Di sinilah letak inti dari segala "demokrasi a'la
rezim Orde soeharto diperankan. Dijadikanya Rakyat sebagai kambing congek,
akan tetapi kita tau bahwa permainan kasar soeharto itu sama sekali tidak
canggih.
2. Pancasila Dijadikan Tameng Kekuasan
Orde soeharto telah melakukan tafsir tunggal Pancasila dan UUD 45. Semua
yang diluar tafsir dia tidak hanya dikatakan salah bahkan dicapnya
suversif. Konstitusi ditentukan hanya untuk membatasi kebebasan warga
negara untuk berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat yang
sebetulnya dilindungi Undang-undang (Pasal 28 UU 45). Dan lima paket
Undang-undang Politik dirumuskan dan dipertahankan dengan tujuan
menghalalkan segala macam cara untuk abadinya sebuah kekuasaan.
3. Hukum Dikungkungi
Dalam konstitusi disebutkan bahwa "Negara Republik Indonesia" adalah
"Negara HUKUM" . Itu berarti kekuasan diperoleh dan digunakan secara legal
dan tunduk pada aturan-aturan hukum. Akan tetapi apa yang terjadi di bawah
rezim soeharto ini: Apakah hukum dijunjung tinggi? Apakah alasan pembatalan
kemenangan TEMPO oleh M.A. dapat diterima oleh akal sehat? Bagaimana dengan
tindak lanjut kasus Marsinah? dan bagaimana dengan dagelan pengadilan Iwik
dan banyak lagi kasus lainya?. Itu semua membuktikan secara jelas bahwa di
bawah rezim seoharto, Negara R.I. telah menjadi Negara Kekuasaan. HUKUM
ADALAH PENGUASA DAN PENGUASA ADALAH HUKUM. Lembaga Yudikatif, Jaksa, Hakim
tidak lain hanya sebagai corong/perpanjangan tangan kekuasaan.
4. Partai Politik dan Elemen Progresif Rakyat Dipasung
Partai politik yang dibiarkan hidup, tidaklah lebih dari sekedar pemberi
legitimasi kekuasaan. Suara Rakyat hanya dijadikan alat idea dengan model
"massa mengambang". Konsensus Nasional menjadi landasan dibangunya sistem
sosial politik Orde soeharto yang penuh dengan boroknya yang sekarang ini
telah membusuk. Yang terjadi sekarang ini adalah parpol hanyalah menjadi
kekuatan politik rakyat yang tetap dipasung, sehingga kehilangan akar, roh
dan identitas yang sesungguhnya.
5. Parlemen Dikebiri
Penyusunan dan penetapan Undang-undang DPR dan susunan MPR sepenuhnya
adalah hasil intimidasi, teror dan rekayasa. Oleh karena itu tidak heran
jika DPR tidak lebih sdari sekedar pemberi stempel legitimasi bagi abdinya
kekuasaan. Keadaan ini semakin diperparah oleh kenyataan bahwa
anggota-anggota DPR yang dilitsus soeharto, dengan mudah dapat di-recal,
apabila bersuara vokal seperti, Dr. Sri Bintang Pamungkas.
6. Pers Dimandulkan
Pers yang sebenarnya menjadi pilar demokrasi (ke-empat) pun "alat kontrol"
ikut dimandulkan. Rezim soeharto selalu menutup-nutupi suara kebenaran.
Media massa yang terlalu berani mengungkap fakta sosial yang benar,
dianggapnya menganggu jalanya kepentingan kekuasaan, mereka akan tetap
dibredel. Seperti halnya yang dialami TEMPO, EDITOR, dan DETIK. Karena
pers selalu menulis tentang kebenaran, membongkar kepalsuan, mengajak
pembaca untuk berfikir, berprilaku dan menjalankan hak-hak dan kewajiban
denokratis, maka rezim soehato menganggap pers bagai musuh yang harus
dilenyapkan. Dalam hal ini wajar apabila majalah asing memasukan Negara
Indonesia kedalam sepuluh Negara yang pemerintahnya memusihi keberadaan pers
.
7. Ekonomi Kita Berwajah Kolusi-Korupsi-Nepotisme dan Monopoli
Dalam bidang ekonomi, rezim soeharto telah mempraktekan ini semua.
Akibatnya, keluarga dan konco-konco pengusalah --yang tergabung dalam
pengusaha susta-- memiliki keistimewaan dan fasilitas yang laur biasa dalam
menghitam-putihkan perekonomian bangas ini. Padahal sesunguhnya merka tidak
memiliki kemampuan untuk itu. Hanya kemudahan pasilitaslah yang memudahkan
mereka untuk memonopoli semua bidang usaha Rakyat. Mereka hidup dalam
gelimangan harta, sementara Rakyat larut dalam kemelaratan yang dihinakan.
8. Pendidikan Dijinakan
Salah satu amanat konstitusi kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Akan tetapi rezim soeharto lagi-lagi melakukan rifikasi. Artinya,
pendidikan yang diterapkan hanyalah abstraksi-abstraksi produk rekayasa
(penyeragaman) otak. Manusia dicetak sebagai robot yang sama sekali tidak
berpihak terhadap perubahan. Proses pencerdasan menjadi impian semata. Yang
lebih ironis lagi, bahwa pendidikan kita telah dipisahkan atau disterilkan
dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis, adil dan
bermartabat. Karena itu pendidikan kita lebih bersifat santiaji idiologis
dari pada akademis. Isi pendidikanya sangat dogmatis dan anti dialog. Tidak
heran apabila produknya pun menghasilkan manusia satu dimensi yang teramat
kerdil, takut dan penurut. Apabila pendidikan terus seperti ini, jangang
harap melahirkan :ı"manusia merdeka" yang kritis,
berani, mandiri, percaya diri, cerdas dan jujur. Ini berarti rezim soeharto
telah "MEMBUNUH BENIH-BENIH TERBAIK PUTRA BAGSA DEMI MELANGGENGKAN
KEKUASAAN. PENDIDIKAN DIJINAKAN DAN HANYA MAMAPU MENGHASILKAN MANUSIA
PENURUT DAN PENAKUT.
9. Kebudayaan Diseragamkan
Masyarakat kita adalah masyarakat majemuk, hal ini ter-rumuskan dalam
semboyan BINEKA TUNGGAL IKA, yang sekaligus hal ini menjadi fondasi
berdirinya Republik ini. Penyeragaman kebudayaan sesunguhnya telah membunuh
kreativitas, dan daya cipta manusia. Padahal "tugas manusia adalah menjadi
manusia" Artinya, "jadilah kamu sekalian manusia, bukan hewan yang buas
dan tak henti-hentinya lapar". Seperti halnya rezim seoharto hingga saat ini.
10. Nilai-nilai Kemanusiaan Diinjak-injak
Seluruh proses dan hasil pembangunan ini, seharusnya ditujukan untuk
menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan. Penomena tenaga kerja wanita
(TKW) di luar negri, merupakan contoh yang paling nyata bahwa nilai-nilai
kemanusiaan kita bayak digadaikan hanya untuk sesuap nasi. Mengapa
pelanggarah hak asasi manuis (HANM) di Indonesia lebih buruk ketimbang
dinegara-negara komunis. Kasus Tanjung Priok, Lampung, Aceh, Timor Timur,
Timika (irian Jaya) Sampang (Madura), Ujung Pandang dll merupakan potret
nyata dari kekejaman rezim soeharto dalam menjinakan nilai-nilai/martabat
kemanusiaan.
Se-puluh catatan di atas merupakan kesalahan besar yang dilakukan soeharto
yang harus dipertanggung jawabkan dalam SIDANG UMUM ISTIMEWA MPR-RI saat
ini juga. Karena, akumulasi krisis yang muncul hingga detik ini akibat
keteledoran soeharto dalam mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Dengan
catatan ini pula, sudah saatnya kita menyuarakan nurani rakyat, karena
suara nurani rakyat adalah suara kebenaran dan suara kebenaran adalah suata
Tuhan. Kita sebagai khalifatullah, berkewajiban untuk melakukan itu di muka
bumi. Karena bumi adalah temapat dimana manusia membangun peradaban. Karena
bumi haram kalau dikelola oleh orang yang berwatak biadab. Kehidupan mesti
dibangaun dan dipelihara berdasarkan kejujuran. Sampai saat ini kita tidak
menyaksikan negara ini dalam keadaan: damai, makmur-sentosa?. Yang justru
terjadi adalah bahwa negri ini berada diambang kehancuran, dengan jutaan
Rakyatnya yang kelaparan, negara ini jauh dari kata sejahtera, melainkan
justru sebaliknya. Kehidupan berbangsa dan bernegara seperti yang berjalan
selama ini menimbulkan rasa ketidak pastian dan menyeret kita kejalan
buntu. Situasi galau ini terjadi karena sejak awal sistem yang dibangun
oleh rezim soeharto, memang sudah keliru. Sistem politik berdasarkan
egoisme penguasa ini tidak akan lama lagi akan menemukan kematianya. Apa
yang terjadi sekarang teramat membingungkan rakyat, akankah kita ikut
terseret kedalamnya? Kenapa sampai terjadi situasi yang carut marut seperti
ini? Apakah hal ini terjadi tanpa sebuah sebab/kebetulan? kita jawab tidak.
Yang jelas, watak Orde Baru (ORBA) pada dasarnya memang; rakus, serakah,
egois, tidak tahu diri, tidak tahu malu, tega, keji, kejam, licik,
adhigung-adhiguna (mau menag sendiri) dengan menghalakan segala macam cara.
Ada cerita pewayangan yang diperankan Dosomuko dengan sekian sifatnya yang
rakus, maka sifat seperti itu dapat kita lihat kembali pada diri atau kini
dimiliki soeharto. Hal ini sama seperti yang dilakukan Dosomuko ketika
membangun negri "Alengka Dirja".Dengan keadaan seperti ini, Rakyat sudah
tidak lagi bisa menerimanya. Rakyat sudah tidak merasa lagi memiliki
pemimpin, yang ada hanyalah penguasa dhableg (raja). Dan setiap kali
Rakyat berhadapan dengan kekuasaan, yang tidak pernah mau tau bahwa itu
adalah rakyatnya. Yang palinng dirasakan dari akibat pemasungan ini adalah;
terjadinya penjajahan baru karena "bantuan-bantuan" yang diberikan IMF
sudah melampaui batas harga diri bangsa dalam mendikte kita sebagai negara
yang berdaulat. Lucunya lagi, penguasa lebih mau mendengan suara wong
asing, daripada mendengar suara Rakyat, yang jelas-jelas menjadi pemilik
sah negri ini. Sebagai negara bangsa yang merdeka, kita tidak harus tinggal
diam. Negara bangsa ini harus cepat diselamatkan dari tanggan-tangan
penguasa tolol, sebelum diserahkan dan diperebutkan pihak Luar ıNegri
(pemberi pinjaman utang).
***************************************
FRONT AKSI MAHASISWA PEDULI RAKYAT (FAMPERA)
Date: Tue, 05 May 1998 21:34:12 +0700
To:
From: Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat <>
Subject: Janji dan tekad Perjuangan Perlawanan Mahasiswa Indonesia
JANJI DAN TEKAD
PERJUANGAN PERLAWANAN
MAHASIWA INDONESIA
1. Kami Mahasiswa Indonesia bertekad;
Terus berjuang menegakan hak-hak kedaulatan Rakyat, dengan sepenuh hati
atas ketulusan nurani.
2. Kami Mahasiswa Indonesia bertekad;
Terus melancarkan perlawanan terhadap tindak kekerasan dan
kesewenag-wenagan penguasa, dengan sepenuh hati atas keberanian nurani.
3. Kami Mahasiswa Indonesia bertekad;
Menegakan Demokrasi, Hak-hak Asasi Manusia, dan Keadilan Sosial merupakan
pilihan hidup dan mati kami, dengan sepenuh hati atas kesungguhan nurani.
4. Maka dari itu;
Kami berjanji dengan seluruh kesadaran hati, akan senantiasa berjuang dan
membangun cita-cita bangsa tanpa pamrih, dalam rangka
mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.
FRONT AKSI MAHASISWA PEDULI RAKYAT (FAMPERA
Date: Tue, 05 May 1998 21:32:42 +0700
To:
From: Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat <>
Subject: DARAH JUANG
DARAH JUANG
DI SINI NEGRI KAMI
TEMPAT PADI MENGHAMPAR
SAMUDRANYA KAYA RAYA
NEGRI KAMI SUBUR TUHAN
DINEGRI PERMAI INI
BERJUTA RAKYAT BERSIMBAH LUKA
ANAK KURUS TAK SEKOLAH
PEMUDA DESA TAK KERJA
MEREKA DIRAMPAS HAKNYA
TERGUSUR DAN LAPAR
BUNDA RELAKAN DARAH JUANG KAMI
PADAMU KAMI BERJANJI
MEREKA DIRAMPAS HAKNYA
TERGUSUR DAN LAPAR
BUNDA RELAKAN DARAH JUANG KAMI
UNTUK MEMBEBASKAN RAKYAT
Hidup MAHASISWA !!!
Hidup RAKYAT !!!
Hidup DEMOKRASI !!!
(Karya: Japra)
FRONT AKSI MAHASISWA PEDULI RAKYAT (FAMPERA)
Date: Tue, 05 May 1998 21:31:38 +0700
To:
From: Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat <>
Subject: SUMPAH MAHASISWA INDONESIA
SUMPAH MAHASISWA INDONESIA
KAMI MAHASISWA INDONESIA MENGAKU
BERBANGSA SATU BANGSA YANG GANDRUNG AKAN KEADILAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA MENGAKU
BERTANAH AIR SATU TANAH AIR TANPA PENINDASAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA MENGAKU
BERBAHASA SATU BAHASA KEBENARAN
Hidup MAHASISWA !!!
Hidup RAKYAT !!!
Hidup DEMOKRASI !!!
FRONT AKSI MAHASISWA PEDULI RAKYAT (FAMPERA
Date: Tue, 05 May 1998 20:38:45 +0700
To:
From: Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat <>
Subject: Kronologi Aksi FAMPERA-Yogyakarta
Kronologis Aksi Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat
FAMPERA YOGYAKARTA-Atma Jaya Yogyakarta,
Babarsari, Selasa 5 Mei 1998
09.00.
Aksi dibuka di Hall Kampus Atma Jaya Babarsari oleh koordinator Lapangan
Wawan. Massa sekitar 500 orang menyanyikan Indonesia Raya dan Sumpah
Mahasiswa. Spanduk-spanduk aksi bertuliskan, "Tuntut Soeharto Dalam Sidang
Istimewa MPR","Seruan Mogok Umum", "Hentikan Kekerasan", dibentangkan di
atas mimbar. Puluhan poster bernada seruan reformasi ikut memeriahkan aksi.
09.15.
Untuk pengkondisian, sejumlah mahasiswa membakar semangat massa dengan
orasi-orasi yang menyoroti penindasan sistem Orde Baru selama kurun waktu
30 tahun.
09.45.
Mimbar dilanjutkan dengan orasi-orasi perwakilan Perguruan Tinggi, antara
lain dari ISI, IAIN Suka, UII-Syariah, STPMD-APMD, Janabadra. Termasuk
Ketua SMPT UAJY Yuda Winarno dan Pembantu Dekan III FISIP UAJY Bambang
Kusumo, S,sos..
10.00
Ratusan massa mahasiswa dari UPN "Veteran" keluar kampus dan bergabung
dengan aksi FAMPERA. Kedatangannya hampir bersamaan dengan massa mahasiswa
STTNas berjumlah ratusan orang yang juga long march dari kampus mereka yang
berjarak sekitar 1 kilomeret sebelah utara kampus UAJY Babarsari.
Kedatangan mereka disambut yel-yel "Reformasi!! Turunkan Harga!! Adili
Soeharto!!" Peserta aksi makin bertambah berjumlah sekitar 5.000 orang.
Aksi dilanjutkan dengan orasi perwakilan dari STTNas, dan UPN. Sementara
kurir FAMPERA melaporkan, sekitar 300 massa mahasiswa dari STIE YKPN
Seturan, gagal melanjutkan long march ke UAJY karena diblokade aparat
keamanan di perempatan selokan Mataram.
10.15
Mahasiswa IAIN ikut bergabung. Kedatangannya diantar dengan bus kampus.
10.30
Aksi makin semarak ketika Rektor UAJY, Drs. E. Kusumadmo disertai PR III
dan PR II UAJY, bergabung dengan massa aksi dan menyumbangkan orasinya.
10.45
Aksi diselingi dengan happening art dari teater Benthet UAJY. Menceritakan
sosok penguasa kejam yang suka menculik dan menganiaya siapapun yang
menentang keinginannya. Penguasa jahat itu diperankan seorang laki-laki
bertanduk, berambut gondrong, dan duduk diatas tandu yang diusung dua orang
"petugas" bertopi mirip tentara Romawi. Diakhir acara, tandu dan kursi
penguasa berhasil direbut rakyat kemudian di bakar.
11.15
Orasi dilanjutkan dengan dari wakil-wakil mahasiswa. Antara lain dari
SYıTIE Kerjasama dan dosen FH UAJY, Drs. Soemaryono yang tampil membacakan
puisi berjudul "Aku Malu", dan orasi dari mantan Jugun Ianfu.
11.30
Orasi dari Suster dan Ketua SMI IAIN Anis Nurul Muna .Sebelum Orasi
keduanya memimpin Sholawat Badar dan Salam Damai secara bergantian,
kemudian dilanjutkan dengan ajakan kepada seluruh peserta aksi untuk
melakukan aksi damai tanpa kekerasan.
11.45
Ikatan Waria Yogyakarta menyampaikan dukungan sepenuhnya terhadap aksi
dengan menampilkan ekpresi seninya sebagai wujud dukungan dan keprihatinan
mereka terhadap krisis ini.
12.00
Massa yang kurang lebih 5.000 mengajak turun jalan. Keinginan massa ini
segera ditanggapi komandan lapanga dengan memimpin dan mengkoordinir
seluruh massa aksi untuk turun ke jalan, menyampaikan tuntutan kepada
Mahkamah Agung (MA) lewat surat yang dikirimkan melalui Kantor Pos Babarsari.
12.10
Massa long march ke Kantor Pos Babarsari, untuk menyampaikan surat tuntutan
FAMPERA kepada MA.
12.20
Sampai di Kator Pos Babrsari, surat secara simbolis diserahkan kepada
Kepala Kantor Pos Babarsari. Dihadapan kantor itu pula FAMPERA menyampaikan
pernyataan sikap yang ditutup dengan lagu Indonesia Raya..
12.30
Massa aksi FAMPERA melanjutkan long march mengantarkan massa dari STTNS
kembali ke kampusnya. Selama perjalanan massa terus meneriakkan yel-yel
reformasi, turun hasrga, turunkan Suharto melalui Sidang Istimewa dan
menyerukan seruan mogok secara nasional kepada seluruh elemen masyarakat.
12.45
Setelah mengantar massa aksi dari STTNAS kembali ke kampusnya, maka massa
melanjutkan long march untuk mengantarkan massa dari UPN Babarsari kembali
ke kampusnya.
13.00
Massa kembali dengan tertib ke Kampus UAJY Babarsari I.Dan Aksi diahiri
dengan Sumpah Mahsiswa dan lagu Darah Juang. Dan massa bubar dengan tertib.
Yogyakarta, Selasa 5 Mei 1998
Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat
FAMPERA
Teguh Matondang
----------------
Koordinator Umum
**************************************
Date: Tue, 5 May 1998
Subject: KERUSUHAN MAHASISWA DI MEDAN
To:
KERUSUHAN MAHASISWA DI MEDAN
----------------------------------------------------------------
Oleh:Lion
Sungguh amat sangat memprihatinkan dan memalukan membaca berita aksi
kerusuhan yang melanda Medan yang melibatkan para mahasiswa Senin
malam lalu.
Massa mahasiswa (IKIP) dan masyarakat sekitar bergabung turun ke jalan
melakukan aksi-aksi perusakan yang berbau SARA. Apalagi kalau bukan
sasarannya toko-toko milik WNI Keturunan Cina. Fasilitas umum pun tak
luput dari aksi keberingasan mereka. Beberapa toko dan sebuah plaza
(Buana) dijadikan sasaran penjarahan.
OH! Inikah jati diri mereka yang selama ini muncul bak pahlawan rakyat
yang senantiasa mendengung-dengungkan penegakan Hak Asasi Manusia,
menuntut demokrasi, dan reformasi?
Begitu mendapat kesempatan mereka sendiri menjadi brutal dan biadab.
Menginjak-injak hak asasi orang lain. Rupanya apa yang
didengung-dengungkan dan dituntut selama ini hanya manis di kata-kata.
Hanya teori di atas kertas. Prakteknya bertolak belakang seratus
delapan puluh derajat!
Manusia-manusia seperti ini yang kelak akan mengganti pemerintah rezim
sekarang? Astaga! Sama saja dengan kita lepas dari mulut harimau masuk
mulut buaya.
Dalam aksi mereka seperti ini, justru umum akan menilai mereka sebagai
"pihak yang jahat", dan
pemerintah /ABRI-lah sebagai "pihak yang benar". Sebagai pahlawan
pembela dan pelindung kepentingan rakyat yang ditindas dan
dinjak-injak HAM-nya (berupa perusakan toko-toko itu).
Perilaku seperti itu sangat tak layak didukung. Sebaliknya harus
dikecam habis-habisan!
Apabila banyak mahasiswa berperilaku seperti ini, percayalah simpatik
yang mulai berkembang di masyarakat dan dunia internasional perlahan
tapi pasti akan sirna.
Benarlah ada pemeo yang mengatakan orang-orang yang berunjuk rasa
sekarang ini belum tentu semuanya benar-benar orang jujur, demokrat,
dan menjunjung tinggi HAM. Mereka kelihatan begitu karena belum
mempunyai kesempatan. Coba kalau punya kesempatan, mungkin korupsinya
dan jahatnya melebihi rezim sekarang yang diprotes!
Contoh sudah ada. Lihat saja beberapa Angkatan 1966 yang dulu termasuk
gencar menuntut pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Begitu
mereka duduk di pemerintahan: sami mawon!
Anda jangan terburu-buru menyimpulkan saya melakukan generalisasi.
Saya percaya lebih banyak mahasiswa yang benar-benar jujur dalam
melakukan aksi demonstrasi menuntut reformasi. Aksi-aksi mahasiswa di
UI, UKI, dan Gajah Mada saya nilai sebagai contoh aksi yang positif
karena berlandaskan intelektualisme dan argumentasi yang bagus dan
masuk akal.
Saya menilai siapa pun yang melakukan perusakan dan tindakan
destruktif lainnya di Medan itu, apakah mahasiswa, atau bukan, adalah
mereka yang mempunyai pikiran dangkal, wawasan sempit dan tidak
mengerti makna substansial dari yang mereka sendiri tuntut.
Saya percaya tidak semua mahasiswa di Medan itu mempunyai perilaku
negatif seperti itu. Tetapi aksi turun ke jalan dalam konteks ini ada
sesuatu yang keliru. Seharusnya mereka sadar bahwa dengan turun ke
jalan sangat rentan untuk disusupi pihak ketiga. Sangat rentan
diperalat oleh pihak ketiga untuk mencapai tujuan mereka.
"Pihak Ketiga" yang saya maksudkan di sini bisa saja
masyarakat kelas bawah yang memanfaatkan momentum tersebut untuk
melakukan penjarahan barang-barang yang tidak mampu mereka beli
(apalagi di masa krisis ini), sekaligus melampiaskan kekesalan dan
kecemburuan sosialnya terhadap warga negara tertentu (WNI Keturunan
Cina) yang sebenarnya tidak bersalah. Dalam hal ini tak ada kaitan
politisnya, tetapi lebih berkaitan dengan masalah sosial-ekonomi.
Atau "pihak ketiga yang berbau politis." Yang dimaksudkan di sini
adalah mereka yang memang sudah menyusun skenario dan rekayasa yang
canggih untuk memancing mahasiswa melakukan aksi kerusuhan. Tujuannya
adalah untuk memojokkan pihak mahasiswa itu sendiri. Sehingga ada
bukti dan pembenaran bahwa kalau mahasiswa turun ke jalan PASTI akan
bikin kacau, destruktif dan anarkis. Akan membuat resah masyarakat.
Maka benarlah mereka kalau masih mau tetap membuat aksi harus tetap di
dalam kampus masing-masing. Atau kalau aksi perusakan itu terlalu
serius, para mahasiswa itu harus diliburkan atau sama sekali dilarang
melakukan demonstrasi!
Rekayasa seperti ini dicurigai pula ada pada waktu aksi demonstrasi
para buruh yang tergabung dalam SBSI-nya Muchtar Pakpapahan beberapa
tahun lalu juga di Medan. Pada waktu itu menurut saksi mata massa yang
bergerak di jalan melakukan aksinya dengan tertib. Tiba-tiba ada
sekelompok orang yang tidak dikenal melakukan aksi-aksi perusakan yang
akhirnya membuat semuanya menjadi kacau. Menimbulkan korban jiwa dan
harta. Dan menyeret Muchtar Papahan ke penjara dan melarang
keberadaan SBSI-nya.
Demikian pula dugaan yang sama terjadi pada Peristiwa Malari di tahun
1974 tempo hari. Sebagaimana ditulis oleh mantan Pangkopkamtib
Jenderal Soemitro dalam dua bukunya ("Dari Mulawarman sampai
Pakkopkamtib" dan "Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15
Januari") bahwa aksi mahasiswa itu dimanfaatkan oleh sekelompok orang
yang sudah diorganisir dan direkayasa untuk memboncengi para mahasiswa
melakukan aksi kerusuhan. Tujuannya pada waktu itu -- menurut Soemitro
-- untuk memojokkannya oleh klik tertentu di pemerintahan.
Hal seperti ini bukan tak mungkin terjadi di masa sekarang. Rekayasa
seperti di atas bukan tak mungkin terjadi dalam peristiwa kerusuhan di
Medan itu. Yang menjadi sasaran kali ini adalah Jenderal Wiranto,
Menhankam/Pangab.
Seperti banyak rumor yang beredar bahwa di tubuh ABRI sendiri sedang
ada klik-klik tertentu yang saling bertentangan. Mungkin saja
kerusuhan mahasiswa di Medan hanya merupakan awal dari upaya rekayasa
untuk menyudutkan Wiranto. Maksud mereka yang melakukan rekayasa itu
adalah dengan aksi-aksi destruktif dari mahasiswa itu akan memancing
Wiranto mengatasinya dengan cara-cara represif yang akan menimbulkan
berbagai kecaman yang menyudutkannya. Apalagi Indonesia saat ini
sedang disorot tajam dalam maupun luar negeri berkenan dengan kasus
orang hilang karena diculik dan masalah-masalah HAM lainnya.
Jika memang benar demikian. Maka kayaknya maksud (para) sutradara itu
mulai ada tanda-tandanya berhasil. Jenderal Wiranto sudah mengatakan
bahwa aksi-aksi para mahasiswa seperti itu jika terus berlanjut akan
ditindak secara tegas. "Tegas" di sini bisa berarti mengatasinya
dengan cara kekerasan ala militer, atau tindakan represif. Walaupun
maknanya tidak selalu begitu.
Kemungkinan-kemungkinan di atas bisa saja benar. Oleh karena itu para
mahasiswa yang benar-benar menyuarakan suara rakyat, jujur, obyektif,
dan berjiwa inteletual harus pandai-pandai membaca situasi. Jangan
sampai betul-betul diperalat.
Turun ke jalan besar risikonya. Rentan untuk dimanfaatkan. Bukan
berarti saya tidak setuju mahasiswa turun ke jalan, tetapi yang saya
maksudkan, itu tadi, sangat berpotensi untuk dimanfaatkan. Mungkin
para mahasiswa sedikitpun tak berpikir untuk menciptakan kerusuhan,
tetapi begitu turun ke jalan potensi itu ada. Yakni dari apa yang saya
sebutkan "pihak ketiga" di atas.
Saya pernah melihat aksi mahasiswa UI yang saya nilai kreatif, yakni
mereka memagari/melingkari kelompoknya dengan tali rafia.
Sehingga jika ada orang luar yang berusaha menyusup akan segera
ketahuan. Nah, saya pikir cara seperti ini merupakan salah satu cara
terbaik jika para mahasiswa mau turun ke jalan dengan cara damai dan
tertib.
Dalam kaitannya dengan posting saya ini, saya kutipkan pernyataan
Jenderal Wiranto yang dikutip Kantor Berita Antara:
>Jakarta- Mahasiswa diimbau untuk melakukan unjuk >rasa di dalam
kampus saja karena jika turun ke jalan >terbukti menjadi anarkis dan
destruktif, demikian >Menhankam/Pengab Jenderal TNI Wiranto. Seusai
>bertemu dengan Presiden Soeharto di Bina Graha >Jakarta, Senin, ia
mengatakan mahasiswa terbukti >melakukan pengrusakan, anarkis dan
destruktif jika >turun ke jalan, sebagaimana yang terjadi di Medan
>baru-baru ini. Mahasiswa boleh saja melakukan aksi >unjuk rasa,
tetapi di dalam kampus dan jangan turun >ke jalan.
>ABRI memandang mahasiswa sebagai intelektual, >tetapi di sisi lain
intelektualitas itu dipertanyakan jika >melakukan pengerusakan toko
dan membakar >kendaraan. "Apa ini tindakan intelektual?" tanya
>Wiranto. Wiranto menyatakan akan menindak tegas >oknum mahasiswa yang
melakukan pengrusakan. >Dia menyatakan sudah memerintahkan Pangdam I
>Bukit Barisan untuk mengusut tuntas aksi-aksi >oknum mahasiswa yang
menganggu stabilitas dan >keamanan.
Kali ini saya sependapat dan mendukung Wiranto.
Dengan catatan saya kurang setuju dengan pernyataan yang menurut saya
terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan, yakni kalau mahasiwa turun
ke jalan terbukti menjadi anarkis dan destruktif. Seolah-olah hal itu
sudah menjadi kemutlakan dan menjadi hubungan kausa (sebab-akibat).
Hal itu bisa saja terjadi (mahasiswa turun ke jalan menimbulkan anarki
dan destruktif), tetapi tidak otomatis, tidak mutlak seperti yang saya
sudah jelaskan di atas.***
Salam
Lion
Date: 05 May 98 18:15:26 +0000
Subject: SiaR---APARAT BAGIKAN SEJUMLAH JAKET KUNING DI UI
Replies: [email protected]
APARAT BAGIKAN SEJUMLAH JAKET KUNING DI UI
JAKARTA (SiaR, 5/5/98), Upaya aparat intelijen menunggangi aksi
mahasiswa terbongkar oleh sejumlah mahasiswa UI yang memergoki beberapa orang
tengah membagikan jaket kuning, warna jaket almamater UI, kepada sejumlah
preman. Hal ini terjadi ketika demo di Kampus UI Salemba Sabtu (2/5) lalu.
"Saya minta semua mahasiswa yang mengenakan jaket kuning, terutama
mahasiswa UI, segera mencopot jaketnya! Copot semuanya! Terus terang kami dari
UI, penyelenggara acara ini tak bisa menjamin tidak adanya penyusupan, " ujar
seorang mahasiswa anggota SMPT UI yang mengkoordinir mimbar bebas dari atas
balkon gedung.
Ajakan melepas jaket kuning ini serentak diikuti ratusan mahasiswa
hingga siang hari. Mereka baru kembali mengenakan jaket kuning setelah merasa
keadaan bisa dikuasai kembali.
Para saksi mata yang ditemui SiaR menyatakan bahwa ada sejumlah orang
berambut cepak dan berbadan tegap terlihat membagikan sejumlah jaket kuning
dari sebuah mobil. "Kami khawatir kasus Malari pada 1974 di mana operasi
intelijen menunggangi demo damai mahasiswa kembali terulang," ujar seorang
mahasiswa UKI yang ikut mengkoordinir acara di Kampus UI.
Koresponden SiaR di Medan juga melaporkan ada sinyalemen bahwa keru-
suhan di Medan merupakan hasil rekayasa aparat intelijen untuk memojokkan para
mahasiswa dan kampus. "Dengan adanya kerusuhan berupa pembakaran mobil dan toko
serta sentimen anti-Cina, aparat punya alasan kuat untuk menggunakan kekerasan
untuk membungkam perlawanan kampus," ujar koresponden SiaR menirikan seorang
dosen Universitas Nomensen, Medan.***
Date: 05 May 98 18:21:16 +0000
Subject: SiaR---KERUSUHAN MELUAS, KAMPUS DI MEDAN DILIBURKAN
Replies: [email protected]
KERUSUHAN MELUAS, KAMPUS DI MEDAN DILIBURKAN
MEDAN (SiaR, 5/5/98), Akibat kerusuhan yang semakin meluas selama
sepekan ini di Medan, Sumatera Utara, maka tiga perguruan tinggi besar di kota
tersebut diliburkan oleh pihak rektorat. Setelah Universitas Sumatera Utara
(USU), dua perguruan tinggi yang menyusul diliburkan adalah Universitas HKBP
Nommensen dan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).
Hal ini dilakukan pimpinan kampus setelah kerusuhan yang mengakibatkan
rusaknya sekitar 200 perkantoran dan pertokoan di kawasan perdagangan pusat
kota akhir pekan lalu, maka kerusuhan sporadis terjadi di jalan-jalan utama
sepanjang Senin (4/5) kemarin.
Keputusan pihak rektorat untuk meliburkan ketiga kampus tersebut,
karena dalam aksi-aksi pro-reformasi selama ini, bukan lagi hanya melibatkan
mahasiswa tapi juga kalangan masyarakat, sehingga pihak rektorat merasa perlu
melakukan cooling-down untuk menghindarkan kerusuhan yang lebih meluas. Senin
(4/5) kemarin situasi di tiga kampus kembali normal dan tenang, meski masih
tampak kerumunan mahasiswa di beberapa lokasi kampus. Terhentinya aksi di tiga
universitas besar tersebut tidak menghentikan maraknya aksi pro-reformasi di
Medan, karena kini giliran mahasiswa Universitas Sisingamangaraja, dan IKIP
Negeri Medan meneruskan "perjuangan" rekan-rekannya di tiga universitas yang
diliburkan.
Secara sporadis, mahasiswa kedua kampus itu turun ke jalan-jalan di
kawasan Jl Prof HM Yamin SH, Jl Dr Sutomo, Jl Perintis Kemerdekaan, dan Jl
Sisingamangaraja sekitarnya. Para mahasiswa melakukan perlawanan terhadap
aparat yang mencoba menghadang barisan mahasiswa. Lemparan bom molotov dan
batu-batu "intifadah" berkali-kali dilakukan mahasiswa untuk memecah kon-
sentrasi blokade aparat keamanan yang berkali-kali menembakkan bom gas air
mata, atau semburan peluru karet.
Kemarahan mahasiswa -- seperti yang dilakukan dalam kerusuhan besar,
Jum'at (1/5) dan Sabtu (2/5) lalu -- tetap mengincar kendaraan-kendaraan mobil
ber-plat merah milik pemerintah, serta terutama mobil Timor. Berkali-kali mobil
Timor yang ditemui melintas di jalan dilempari mahasiswa. Dalam peristiwa akhir
pekan lalu, para mahasiswa menyerbu dealer penjualan mobil Timor. Memecahkan
kaca-kaca show-room, untuk kemudian mengeluarkan mobil-mobil ke tengah jalan,
lalu dibakar.
Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Ismed Yuzairi Chaniago kepada para
wartawan menegaskan, pihaknya meminta mahasiswa dalam aksi-aksinya tidak mela-
kukan tindak kekerasan yang dapat "memancing" aparat keamanan untuk melakukan
tindakan yang lebih tegas. "Kami tengah mencari langkah-langkah persuasif yang
terbaik dalam penanganan unjuk rasa mahasiswa," ujar Chaniago saat mengadakan
silaturahmi dengan jajaran pers Sumatera Utara sehubungan dengan serah terima
jabatan Pangdam dua pekan lalu dari Mayjen TNI T Rizal Nurdin kepada dirinya.
Sementara itu, aktivis mahasiswa Universitas HKBP Nommensen, Pontas
Sihombing menolak penilaian Chaniago tentang aksi-aksi mahasiswa. "Pertimbangan
aparat bahwa kami akan anarkis dan destruktif jika turun ke jalan, itu tidak
benar. Yang benar, mereka takut jika kami dibolehkan long-march, rakyat akan
bergabung di dalam barisan kami. Itu akan jadi people power," ucap Sihombing.
Menurut Sihombing, bentrokan yang terjadi antara aparat dan mahasiswa justru
dipicu oleh sikap overacting aparat yang membentuk barisan barikade di seputar
kampus. "Juga oleh infiltran pihak luar yang biasanya kami identifikasi sebagai
aparat berpakaian preman," tegasnya.***
Date: 05 May 98 18:22:17 +0000
Subject: SiaR---MAHASISWA KUASAI LENTENG AGUNG
Replies: [email protected]
MAHASISWA KUASAI LENTENG AGUNG
JAKARTA (SiaR, 5/5/98), Sekitar 5 ribu mahasiswa dan pelajar turun ke
jalan. Jalan Raya Lenteng Agung yang melintas depan kampus Universitas Panca-
sila sampai pertigaan Jl. JOE yang menuju kampus IAIN nyaris menjadi milik
massa.
Massa gabungan dari kampus-kampus sekitar Lenteng Agung, para pelajar
dan penduduk sekitar jalan raya itu berjalan kaki dari Universitas Pancasila
sekitar pukul 11.00 WIB. Perjalanan yang menempuh jarak lebih 5 km itu massa
dikawal oleh dua SSK dari antihuru-hara dari Brimob dan Marinir. Yang berjalan
paling depan adalah pasukan marinir diikuti oleh pasukan Brimob, baru massa
demonstran.
Di sepanjang jalan, pasukan marinir ini menyanyikan lagu-lagu perju-
angan mereka yang disambut tepuk tangan dan mengundang simpati dari masyarakat.
Sementara mahasiswa membentangkan spanduk panjang berwarna hitam dengan tulisan
yang cukup mencolok: "Seret dan Adili Soeharto".
Selain spanduk, di antara massa juga berkibar puluhan bendera merah
putih. Massa sepanjang jalan meneriakkan yel-yel "Gantung Soeharto dan Keluar-
ganya, Ganti Soeharto, Adili Soeharto". Teriakan-teriakan minta reformasi
tampak tidak terdengar.
Sekitar dua jam perjalanan, massa sampai dipertigaan Jl Lenteng Agung
dengan Jl Joe. Di pertigaan ini terjadi ketegangan, karena sebagian massa ingin
berbelok menuju ISTN, sementara sebagian lagi tidak mau berbelok. Sampai seki-
tar pukul 15.00 wib ketika berita ini diturunkan, sebagian massa tidak mau bu-
bar dari pertigaan, mereka tetap bergerombol dan sesekali mengeluarkan teriak-
an.
Sementara itu dua orang mahasiswa dari Universitas Jakarta dan
Universitas Sam ratulangie Manado, masing-masing Benny Ramdani dan Wahab
Talaohu masih terus melakukan aksi mogo makan yang dilakukan sejak hari Senin
4 April di kantor yayasan LBH Indonesia, jalan Diponegoro 74. Mereka memprotes
penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan dalam menghadapi aksi-aksi mahasiswa.
Hari Selasa tanggal 5 April, Tim Komnas HAM telah menjenguk kedua aktivis
mahasiswa tersebut dan berjanji akan melaporkannya ke Rapat Pleno Konas HAM
besok pagi.***
Date: 05 May 98 17:20:08 +0000
Subject: SiaR---INDONESIA ROCKED BY DEMONSTRATION...
Replies: [email protected]
INDONESIA ROCKED BY DEMONSTRATIONS: 6 STUDENTS SHOT, 40 HOSPITALIZED IN
JAKARTA.
JAKARTA (SiaR, 3 MAY 98). Student demonstrations demanding Soeharto's
ouster took place in several Indonesian regions on National Education Day,
Saturday, 2 May.
In several areas of Jakarta and Medan, security force took violent measures
against student demonstrators. In Jakarta, six students taking part in a
demonstration on the campus of the Jakarta Teacher Training Institute were
sustained serious injuries from gunshots, 40 others were treated at the
hospital. Dozens disappeared.
In Medan, scores of people were wounded, an automobile showroom and a car
were burnt, dozens of cars destroyed, and eight students were arrested. A
week-long recess was declared at the HKBP Nomensen University as of
Monday, 4 May.
The joint demonstrations of Indonesian students took place in cities
including Ujung pandang, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Malang, Palembang and
Purwokerto. Some only involved free speech events on campus, but other
students took to the streets. In Jakarta, students demonstrated in six
separate locations: Rawamangun, Salemba, Matraman, Cempaka Putih, Ciputat
and Srengseng.
RAWAMANGUN
In Jakarta, security apparatus responded with force to student demonstrations
on Jl. Pemuda near the Teacher Training Institute (IKIP) at Rawamangun. The
incident began when the mass of students left the campus and walked 300 meters
from IKIP towards the University of Jakarta campus. Hundreds of Armed Forces
men suddenly attacked the crowd of around 800 students. Using brutal force,
security forces disrupted student ranks. Batons, tear gas, rifle butts, fists,
kicks and commando knives were used, and shots were heard over a period of 10
minutes, aimed at the masses.
Although the mass of students did not retaliate, choosing to run away instead,
security forces chased them for several hundred metres. There were hundreds of
students. Two female students were injured in the stomach by rubber bullets
shot at close range. Scores of students who were unable to escape were beaten
with cow-prods (electric-shock-producing batons), some students were knifed in
the stomach by bayonets, and six students were severely injured by rubber
bullets in the head.
The most recent data received by SiaR editors, as of Sunday (3 May) morning,
show six student injured by rubber bullets: Feri (STNT Trisakti), Aria Dewanto
(Driyarkara Institute of Philosophy), Aswin (Ibnu Chaldun University), Yeni
Yuniani, Rina and Atien (Teacher Training Institute). 40 other students were
taken to the nearest hospital for treatment of injuries.
In the clash, Tutan Mohtar, a photographer for the newsmagazine, SINAR, was
beaten up by soldiers and his camera seized because he photographed the
violence used against students. At that time, Tutan had already identified
himself as a reporter and showed his identity card, but the soliders continued
to beat him.
A journalist from the Financial Times also suffered. His camera and hand-phone
were seized by soldiers who did not appear to comprehend the professional
duties of a reporter.
MATRAMAN
On the campus of the ABA-ABI (Language Institutes) on Jl. Matraman Raya,
clashes between Armed Forces and students also took place. At first, hundreds
of students from several universities who had gathered on the ABA-ABI campus
intended to walk to the University of Indonesia campus on Salemba. Before they
stepped into the street, the mass of students were confronted by a Mobile
Brigade unit brandishing batons and tear gas. Several clashes took place.
In the clashes that morning at least four people were wounded and the police
lost one rattan baton, one helmet and one shield. Not long after, hundreds of
students arrived and held up banners along the Salemba Raya boulevard. The
presence of hundreds more students from the Attahiriyah University, who had
earlier held demonstrations on their campus in Tebet, from the Jakarta School
of Technology, and the Christian University of Indonesia caused the security
forces to lose concentration.
Not long after, an anti-riot unit and the Mobile Brigade who had earlier
blocked access to the ABA-ABI campus disrupted the crowd and chased down the
mass of students. The crowds dispersed and were led away from Matraman Raya
street.
After having succeeded in dispersing the crowds gathered in the middle of the
road, the police attempted to lure students out of the ABA-ABI campus. Captain
(police) Nursal, who gave orders to the police in coarse language, using dirty
words, enticed students to leave the campus. He shouted and raised a fist in a
pornographic manner, and threw away the flowers which students had pinned to
the pockets of his men. Students, sensing a trap, remained within campus
limits.
The commander of the Armed Forces troops at the site threatened to break down
the gates and destroy the students unless they returned the missing equipment.
At around 3:00 p.m., an agreement was reached: students were to return the
military equipment they had taken, in return they would be allowed to leave
as long as they took of their university jackets.
SALEMBA
Around 3,500 students from several campuses in Jakarta gathered at the
University of Indonesia, Salemba at 10 a.m. local time. They organized a free-
speech forum with Prof. Dr. Selo Sumardjan as speaker. Students from the
Jakarta Institute of Arts exhibited a "happening art" event depicting the
process of ignorance and the violence perpetrated by security forces and the
bureaucracy as well as the silencing of university and high school students.
A number of graduates joined in and proclaimed the founding of the Association
of Jakarta Graduates (ISJ). In the statement read on the occasion, the ISJ
spokesperson appealed to the People's Consultative Assembly (MPR) to
immediately convene in a special session to demand Soeharto's accountability.
The masses sang a number of songs demanding immediate reforms. They sang a pun
on the popular song, "Potong Bebek" ("Cut Up The Duck") to become "Potong
Soeharto" (Cut Up Soeharto). Small skirmishes occured when some students
attempted to exit the campus to assist victims of violence on the Teacher
Training and ABA-ABI campuses.
Traffic came to a complete halt. Several segments of the roads leading to Jl.
Pemuda and Matraman were closed and traffic was re-routed through small
side-streets. The University of Indonesia campus was heavily guarded by
security forces. Two water-cannon trucks were parked on either side of the
campus entrance.
CEMPAKA PUTIH
Small skirmishes also took place in the Cempaka Putih area, on Jl. Letnan
Suprapto. Hundreds of students from the Yarsi University, STMI and Muhammadiyah
University had planned a long march to the University of Indonesia on Salemba.
But before they had gone very far, the crowds were chased off by the security
apparatus.
CIPUTAT
In the South Jakarta area, clashes also took place on the Muhammadiyah
University, Jakarta (UMJ). Thousands of students from several universities
in the Ciputat area walked from the Lebak Bulus terminal along 2 kilometers
on the Ciputat Highway. However, in front of the UMJ campus, security forces
forced the crowds to turn back to the campus. But when the crowds began to
leave the UMJ campus once more, the troops tried to prevent them, and the
crowds pushed back. Unable to handle the situation, security forces sprayed
tear gas to force the students to retreat.
SRENGSENG
In the Srengseng Sawah district, around 5 thousand students from the Management
Academy, Pancasila University, the National Institute of Science and Techno-
logy, Jayabaya University, the Institute of Social and Political Sciences, and
the National University, joined ranks in a long march one kilometer long. They
planned to march towards the University of Indonesia but were prevented by rows
of troops from the Mobile Brigade, the regional Police, and the regional
military command anti-riot units.***
*****************************
Date: 05 May 98 17:55:26 +0000
Subject: SiaR---WARGA SURABAYA LAPOR MELIHAT PENCULIKAN
Replies: [email protected]
WARGA SURABAYA LAPOR MELIHAT PENCULIKAN
SURABAYA (SiaR, 5/5/98), Seorang warga Surabaya bernama Budi Santoso,
Kamis (30/4) minggu lalu melaporkan kepada LBH Universitas Tujuh Belas Agustus
(Untag) Surabaya bahwa dirinya telah menyaksikan penculikan. Budi melihat
gelagat mencurigakan di sebuah mobil kijang warna hitam yang terjebak kemacetan
di Bundaran Waru, Surabaya, Rabu (29/4).Di dalam mobil itu, Budi melihat empat
orang dan seorang pria berkaos putih yang kepalanya dikerudungi kain hitam dan
tangannya diborgol. Dua pria yang duduk di belakang itu memaksa pria yang
dikerudungi itu agar merunduk karena mobil itu terjebak macet. "Mungkin agar
tak terlihat orang-orang di sekitarnya," ujar Budi.
Menyaksikan kejadian itu, Budi langsung ingat pemberitaan di media
massa tentang penculikan para katifis politik dan mahasiswa. Menurut Budi empat
pria yang mengawal pria berkaos putih yang kemungkinan besar korban penculikan
itu berbadan kekar dan berambut pendek. Ia hanya bisa mengingat-ingat ciri-ciri
salah seorang diantara mereka, yakni memakai baju warna hijau telur asin,
berpeci dan berbadan tegap. Salah seorang yang diduga kawanan penculik itu
sempat memperhatikan Budi, namun karena Budi pura-pura tak memperhatikan,
pria-pria berambut pendek dan berbadan tegap itu tak menganggunya.
"Saya sempat mengingat-ingat nomor polisinya," katanya. Budi segera
melaporkan peristiwa yang dilihatnya kepada pos polisi terdekat. Namun para
polisi yang menerima laporannya hanya mencatat nomor mobil para penculik
itu.***
Date: 05 May 98 18:04:07 +0000
Subject: SiaR---TIM KECIL MABES ABRI AKAN PERIKSA EMPAT KOLONEL
Replies: [email protected]
TIM KECIL MABES ABRI AKAN PERIKSA EMPAT KOLONEL
JAKARTA (SiaR, 5/5/98) Tim kecil Mabes ABRI yang diketuai Kepala Pusat
Polisi Militer (Puspom) ABRI, Mayjen Syamsu, dikabarkan dalam waktu dekat akan
memeriksa empat perwira berpangkat kolonel dari kesatuan Kopassus, Kodam Jaya
dan BIA.
Sumber yang belum bisa dikonfirmasikan menyebutkan empat perwira itu
adalah para komandan operasi penculikan para aktifis atas perintah sejumlah
pewira tinggi berpangkat letnan jendral dan mayor jendral. Sumber tersebut tak
menyebutkan siapa nama sejumlah jendral itu, namun ada dugaan mereka adalah
Letjen Prabowo (Pangkostrad) dan Mayjen Sjafrie Sjamsuddin (Pandam Jaya).
Empat kolonel itu menurut sumber itu akan dimintai keterangan oleh Tim
Mabes ABRI pekan ini. Dugaan bahwa Sjafrie Sjamsuddin terlibat dalam operasi
penculikan ini diperkuat oleh salah seorang korban penculikan yang telah
kembali. Ia mengatakan salah seorang penculik yang menginterogasinya ia kenali
suaranya sebagai suara Sjafrie Sjamsuddin.
"Mata saya ditutup terus ketika diinterogasi, jadi saya hanya bisa
mengidentifikasi dari suaranya," tambahnya.
Sumber SiaR di kalangan ABRI mengatakan, kasus penculikan aktifis ini
nampaknya akan dimanfaatkan kelompok Jendral Wiranto untuk menyingkirkan ke-
lompok Letjen Prabowo yang diduga berada di belakang serangkaian penculikan
aktifis. Jika benar empat kolonel dari kesatuan-kesatuan yang selama ini mendu-
kung Prabowo itu akan diperiksa maka siapa yang akan dituju dalam pemeriksaan
ini sudah jelas.
Presiden Soeharto sendiri dikabarkan enggan membicarakan kasus pencu-
likan para aktifis itu dengan Menko Polkam dan Panglima ABRI. Soeharto sendiri,
seperti pengakuannya sendiri dalam biografinya "Soeharto, Ucapan, Tindakan dan
Pikiran Saya", menyetujui penculikan politisi untuk apa yang ia sebut sebagai
"penyelamatan UUD 1945". Soeharto sendiri dalam bukunya itu juga mengakui dia
lah yang memerintahkan penculikan dan pembunuhan ratusan bahkan ribuan kriminal
tahun 1982 hingga 1983 di seluruh Indonesia.***
*****************************
Date: Tue, 05 May 1998 13:24:51 +0700
To: [email protected], [email protected], [email protected]
From: Aliansi Jurnalis Independen
Subject: DARAH TUMPAH DI TADULAKO
DARAH TUMPAH DI TADULAKO
Aparat buang tembakan, dikabarkan satu orang tewas
Palu (AJInews,5/5/98): Bentrok antara aparat keamanan dan mahasiswa makin
berdarah. Aksi damai mahasiswa kembali dihadang dengan peluru dan gas air
mata.
Setelah Medan dan Jakarta, kini giliran Palu berdarah. Menurut kronologi
yang diterima AJInews (4/5/98), sedikitnya 100 orang luka-luka, 4 orang
luka tembak dan kabar terakhir 1 orang meninggal dunia.
Aksi damai yang diprakarsai oleh Senat Mahasiswa se-Univ. Tadulako ini
dihadiri tidak kurang dari 5000 mahasiswa. Serupa dengan kawan-kawannya
dari kampus-kampus lain di tanah air, mereka mununtut reformasi secepatnya.
Setelah orasi di kampus Tadulako, mahasiswa bergerak menuju DPRD Sulteng
yang jaraknya 6 KM. Dari kampus mahasiwa menumpang 120 angkutan umum, 7
mobil truk dan sekitar 200 sepeda motor. Mereka dihadang oleh aparat
kemanan di pertigaan jalan Yos Sudarso dan Hangtuah.
Mahasiswa diarahkan masuk ke lokasi belajar mengemudi, di sebelah Polsek
Palu Timur. Sebagian massa diloloskan dengan maksud memecah konsentrasi
mahasiswa. Saat itula terjadi pemukulan terhadap mahasiswa yang dilakukan
oleh intel yang masuk kedalam barisan pengunjuk rasa.
Betrokan terjadi, polisi membuang tembakan dan gas air mata. 4 orang
mahsiswa terkena tembakan, ratusan pingsan dan dibawah oleh mobil patroli
polisi. Mereka dihalau kembali ke kampus Tadulako.
Mahasiwa panik dan terpecah. Sebagian mahasiswa lari dan bersembunyi ke
rumah penduduk. Sebagian lagi yang berhasil lolos melanjutkan aksinya ke
DPRD Tk. I Sulteng, mereka diterima oleh F-ABRI.
Di tempat lain massa yang tadi dipecah kembali mengkonsolidasi diri di
sepanjang jalan Samratulangi, beberapa kampus di Palu bergabung juga dalam
aksi ini, mereka STAIN Palu dan STISIPOL Palu. Mereka tetap menunggu
kawan-kawan mereka sampai pukul 14.00 WITA. Setiap kali ada mobil
ambulance mereka teriak histeris menyaksikan teman-temannya yang berlumuran
darah.Hingga saat ini, kampus Tadulako dijaga ketat aparat kemanan.
Berikut Nama-Nama Korban (Sementara):
Sahabudddin Mustafa, SE,MSi (Pembantu Rektor III Untad)
Fadjar Adam,SH (Dosen Senior Fak. Hukum Untad)
Ir. Main Labaso ( PD. I Univ. Tadulako)
1. FIKRI FISIP UNTAD
2. DJAMAL AMIR FAPERTA UNTAD
3. IAT FATEK UNTAD
4. SUZAN PERTANIAN UNTAD
5. RATNA FKIP UNTAD
6. DODI TAUFIK FATEK UNTAD
7. SOFYAN PERTANIAN UNTAD
8. BUSTAN FATEK UNTAD
9. DODY FATEK UNTAD
10. ASWAR RASYID FATEK UNTAD
11. FELIKSON DADKELO PERTANIAN UNTAD
12. ALFIAN EKONOMI UNTAD
13. YENI INDAH HIDAYAT FKIP UNTAD
14. IBRAHIM PERTANIAN UNTAD
15. SANG MADE PERTANIAN UNTAD
16. WAWAN EKONOMI UNTAD
17. AMRIANSYAH FKIP UNTAD
18. NURAHMAN TEKNIK UNTAD
*****************************
DARI RATUADIL:
GALANG PERSATUAN LAWAN ABRI YG BIADAB, BENGIS
Grand strategy yang paling tepat dalam masa kritis sekarang ini adalah mengga-
lang persatuan sebagai prioritas utama melawan musuh bersama ABRI yang bi-
adab karena pembantaian masalnya dan bengis karena tak berperikemanusiaan
menganiaya bahkan membunuhi mahasiswa dan pemuda yang tak bersalah.
Satu satunya kesalahan mahasiswa yang sebenarnya tidak salah adalah turun
kejalan untuk demonstrasi. Di seluruh dunia yang disebut demonstrasi itu ada-
lah turun kejalan, bukan cuma di kampus belaka, namun PANGAB Wiranto
sudah a priori menganggap mahasiswa yang turun kejalan sebagai anarki.
Kita semua mempunyai satu tujuan, menghalau ABRI kembali ke tangsi atau
malah membubarkannya sama sekali seperti yang disarankan oleh grup Krisna-
murti Jogya yang konon didukung ratusan pensiunan dan jendral aktif yang sudah
sadar akan dosa dosanya.
Namun dalam prakteknya bagaimana strategi dan taktiknya ? Tidak ada yang
tahu ! Kita akan tahu kalau sudah aktif menentang rezim diktatur militer
berda-
sarkan Dwifungsi ABRI dan Pancasila ini dengan penurunan Suharto sebagai
tahap pertama, menuntut pemilu bebas terbuka atau referendum dibawah nau-
ngan PBB dan Jimmy Carter untuk pembentukan UUD baru yang mencantum-
kan Demokrasi, HAM, Rule of Law, Economic dan Social Justice for all.
Satu satunya jalan sekarang ini kita musti menggalang persatuan dengan me-
rangkul semua kekuatan anti-Suharto sebagai kendala utama, dalam proses
kita membina kekuatan demokrasi. Amien Rais sebagai satu satunya pemim-
pin yang masih berani mengecam Suharto patut didukung. Seperti telah saya
tulis, kalau Amien memperlihatkan kecenderungan non-demokratis, kita bisa
menyisihkannya karena dia bukan ABRI.
Masalah kristalisasi dalam perjuangan selalu harus belakangan, yang penting
kita menggalang persatuan dahulu, jangan gontokan sebelum apa apa yang
cuma menguntungkan ABRI belaka.
RATUADIL
*****************************
Date: Tue, 05 May 1998 21:36:54 +0700
To: [email protected]
From: Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat
Subject: "AKSI" adalah WUJUD KESADARAN
"AKSI" adalah WUJUD KESADARAN
Tanah Ibu Pertiwi adalah warisan leluhur pendahulu kita, sumber daya alam
adalah wujud material dari warisan tersebut. Ini lah kekayaan kita yang
harus kita jaga. Karen sesunguhnya warisan adalah amanah yang harus kita
pelihara, untuk anak cucu kita nanti.
Ilustrasi di atas menjadi tidak lagi relevan, ketika kita yang memilikinya
hanya bisa menyaksikan dan merasakan bangaimana silaunya pembangunan tanpa
makna. Kondisi obyektif, kini menunjukan bahwa Orde Baru (ORBA) rezim
"DOSOMUKO" soeharto tengah mengalami pembusukan. Hal ini terjadi akibat
kesalahan sistem yang sengaja diciptakan dengan terlalu mengedepankan
"pembangunan" kepentingan segelintir orang (kelompok cendana), sehinga
Kedaulatan Rakyatpun terus dikooptasi oleh keserakahan penguasa. Orde
soeharto dibangun hanya untuk mengumbar nafsu semata.
Tiga puluh dua tahun lebih soeharto memperkosa Amanat Penderitaan Rakyat.
Orde soeharto telah banyak menyengsarakan Rakyat, bisa kita lihat dari
bagaimana:
1. Kedaulatan Rakyat dirampas.
Wajah demokrasi yang ditampilkan Orede Baru (ORBA) tidak lebih dari tipu
daya dan rekayasa semata. Soebadio Sastrosatomo menyebutnya "soeharto
adalah Machiavelis terbesar abad ini", (media: Hilversum dan BBC). Hal ini
bukanlah omong kosong! Fakta memang membuktikan bukan?. Coba, apakab bukan
Michiavelis namanya, bagaimana mekanisme demokrasi kita terpusat ditangan
seorang soeharto, bagaimana MPR/DPR kita diobrak-abrik, direkayasa
habis-habisan. Mayoritas tunggal Golkar (soeharto) dengan 70% suara wakil
rakyat ada dikantong dia. Di sinilah letak inti dari segala "demokrasi a'la
rezim Orde soeharto diperankan. Dijadikanya Rakyat sebagai kambing congek,
akan tetapi kita tau bahwa permainan kasar soeharto itu sama sekali tidak
canggih.
2. Pancasila Dijadikan Tameng Kekuasan
Orde soeharto telah melakukan tafsir tunggal Pancasila dan UUD 45. Semua
yang diluar tafsir dia tidak hanya dikatakan salah bahkan dicapnya
suversif. Konstitusi ditentukan hanya untuk membatasi kebebasan warga
negara untuk berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat yang
sebetulnya dilindungi Undang-undang (Pasal 28 UU 45). Dan lima paket
Undang-undang Politik dirumuskan dan dipertahankan dengan tujuan
menghalalkan segala macam cara untuk abadinya sebuah kekuasaan.
3. Hukum Dikungkungi
Dalam konstitusi disebutkan bahwa "Negara Republik Indonesia" adalah
"Negara HUKUM" . Itu berarti kekuasan diperoleh dan digunakan secara legal
dan tunduk pada aturan-aturan hukum. Akan tetapi apa yang terjadi di bawah
rezim soeharto ini: Apakah hukum dijunjung tinggi? Apakah alasan pembatalan
kemenangan TEMPO oleh M.A. dapat diterima oleh akal sehat? Bagaimana dengan
tindak lanjut kasus Marsinah? dan bagaimana dengan dagelan pengadilan Iwik
dan banyak lagi kasus lainya?. Itu semua membuktikan secara jelas bahwa di
bawah rezim seoharto, Negara R.I. telah menjadi Negara Kekuasaan. HUKUM
ADALAH PENGUASA DAN PENGUASA ADALAH HUKUM. Lembaga Yudikatif, Jaksa, Hakim
tidak lain hanya sebagai corong/perpanjangan tangan kekuasaan.
4. Partai Politik dan Elemen Progresif Rakyat Dipasung
Partai politik yang dibiarkan hidup, tidaklah lebih dari sekedar pemberi
legitimasi kekuasaan. Suara Rakyat hanya dijadikan alat idea dengan model
"massa mengambang". Konsensus Nasional menjadi landasan dibangunya sistem
sosial politik Orde soeharto yang penuh dengan boroknya yang sekarang ini
telah membusuk. Yang terjadi sekarang ini adalah parpol hanyalah menjadi
kekuatan politik rakyat yang tetap dipasung, sehingga kehilangan akar, roh
dan identitas yang sesungguhnya.
5. Parlemen Dikebiri
Penyusunan dan penetapan Undang-undang DPR dan susunan MPR sepenuhnya
adalah hasil intimidasi, teror dan rekayasa. Oleh karena itu tidak heran
jika DPR tidak lebih sdari sekedar pemberi stempel legitimasi bagi abdinya
kekuasaan. Keadaan ini semakin diperparah oleh kenyataan bahwa
anggota-anggota DPR yang dilitsus soeharto, dengan mudah dapat di-recal,
apabila bersuara vokal seperti, Dr. Sri Bintang Pamungkas.
6. Pers Dimandulkan
Pers yang sebenarnya menjadi pilar demokrasi (ke-empat) pun "alat kontrol"
ikut dimandulkan. Rezim soeharto selalu menutup-nutupi suara kebenaran.
Media massa yang terlalu berani mengungkap fakta sosial yang benar,
dianggapnya menganggu jalanya kepentingan kekuasaan, mereka akan tetap
dibredel. Seperti halnya yang dialami TEMPO, EDITOR, dan DETIK. Karena
pers selalu menulis tentang kebenaran, membongkar kepalsuan, mengajak
pembaca untuk berfikir, berprilaku dan menjalankan hak-hak dan kewajiban
denokratis, maka rezim soehato menganggap pers bagai musuh yang harus
dilenyapkan. Dalam hal ini wajar apabila majalah asing memasukan Negara
Indonesia kedalam sepuluh Negara yang pemerintahnya memusihi keberadaan pers
.
7. Ekonomi Kita Berwajah Kolusi-Korupsi-Nepotisme dan Monopoli
Dalam bidang ekonomi, rezim soeharto telah mempraktekan ini semua.
Akibatnya, keluarga dan konco-konco pengusalah --yang tergabung dalam
pengusaha susta-- memiliki keistimewaan dan fasilitas yang laur biasa dalam
menghitam-putihkan perekonomian bangas ini. Padahal sesunguhnya merka tidak
memiliki kemampuan untuk itu. Hanya kemudahan pasilitaslah yang memudahkan
mereka untuk memonopoli semua bidang usaha Rakyat. Mereka hidup dalam
gelimangan harta, sementara Rakyat larut dalam kemelaratan yang dihinakan.
8. Pendidikan Dijinakan
Salah satu amanat konstitusi kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Akan tetapi rezim soeharto lagi-lagi melakukan rifikasi. Artinya,
pendidikan yang diterapkan hanyalah abstraksi-abstraksi produk rekayasa
(penyeragaman) otak. Manusia dicetak sebagai robot yang sama sekali tidak
berpihak terhadap perubahan. Proses pencerdasan menjadi impian semata. Yang
lebih ironis lagi, bahwa pendidikan kita telah dipisahkan atau disterilkan
dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis, adil dan
bermartabat. Karena itu pendidikan kita lebih bersifat santiaji idiologis
dari pada akademis. Isi pendidikanya sangat dogmatis dan anti dialog. Tidak
heran apabila produknya pun menghasilkan manusia satu dimensi yang teramat
kerdil, takut dan penurut. Apabila pendidikan terus seperti ini, jangang
harap melahirkan :ı"manusia merdeka" yang kritis,
berani, mandiri, percaya diri, cerdas dan jujur. Ini berarti rezim soeharto
telah "MEMBUNUH BENIH-BENIH TERBAIK PUTRA BAGSA DEMI MELANGGENGKAN
KEKUASAAN. PENDIDIKAN DIJINAKAN DAN HANYA MAMAPU MENGHASILKAN MANUSIA
PENURUT DAN PENAKUT.
9. Kebudayaan Diseragamkan
Masyarakat kita adalah masyarakat majemuk, hal ini ter-rumuskan dalam
semboyan BINEKA TUNGGAL IKA, yang sekaligus hal ini menjadi fondasi
berdirinya Republik ini. Penyeragaman kebudayaan sesunguhnya telah membunuh
kreativitas, dan daya cipta manusia. Padahal "tugas manusia adalah menjadi
manusia" Artinya, "jadilah kamu sekalian manusia, bukan hewan yang buas
dan tak henti-hentinya lapar". Seperti halnya rezim seoharto hingga saat ini.
10. Nilai-nilai Kemanusiaan Diinjak-injak
Seluruh proses dan hasil pembangunan ini, seharusnya ditujukan untuk
menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan. Penomena tenaga kerja wanita
(TKW) di luar negri, merupakan contoh yang paling nyata bahwa nilai-nilai
kemanusiaan kita bayak digadaikan hanya untuk sesuap nasi. Mengapa
pelanggarah hak asasi manuis (HANM) di Indonesia lebih buruk ketimbang
dinegara-negara komunis. Kasus Tanjung Priok, Lampung, Aceh, Timor Timur,
Timika (irian Jaya) Sampang (Madura), Ujung Pandang dll merupakan potret
nyata dari kekejaman rezim soeharto dalam menjinakan nilai-nilai/martabat
kemanusiaan.
Se-puluh catatan di atas merupakan kesalahan besar yang dilakukan soeharto
yang harus dipertanggung jawabkan dalam SIDANG UMUM ISTIMEWA MPR-RI saat
ini juga. Karena, akumulasi krisis yang muncul hingga detik ini akibat
keteledoran soeharto dalam mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Dengan
catatan ini pula, sudah saatnya kita menyuarakan nurani rakyat, karena
suara nurani rakyat adalah suara kebenaran dan suara kebenaran adalah suata
Tuhan. Kita sebagai khalifatullah, berkewajiban untuk melakukan itu di muka
bumi. Karena bumi adalah temapat dimana manusia membangun peradaban. Karena
bumi haram kalau dikelola oleh orang yang berwatak biadab. Kehidupan mesti
dibangaun dan dipelihara berdasarkan kejujuran. Sampai saat ini kita tidak
menyaksikan negara ini dalam keadaan: damai, makmur-sentosa?. Yang justru
terjadi adalah bahwa negri ini berada diambang kehancuran, dengan jutaan
Rakyatnya yang kelaparan, negara ini jauh dari kata sejahtera, melainkan
justru sebaliknya. Kehidupan berbangsa dan bernegara seperti yang berjalan
selama ini menimbulkan rasa ketidak pastian dan menyeret kita kejalan
buntu. Situasi galau ini terjadi karena sejak awal sistem yang dibangun
oleh rezim soeharto, memang sudah keliru. Sistem politik berdasarkan
egoisme penguasa ini tidak akan lama lagi akan menemukan kematianya. Apa
yang terjadi sekarang teramat membingungkan rakyat, akankah kita ikut
terseret kedalamnya? Kenapa sampai terjadi situasi yang carut marut seperti
ini? Apakah hal ini terjadi tanpa sebuah sebab/kebetulan? kita jawab tidak.
Yang jelas, watak Orde Baru (ORBA) pada dasarnya memang; rakus, serakah,
egois, tidak tahu diri, tidak tahu malu, tega, keji, kejam, licik,
adhigung-adhiguna (mau menag sendiri) dengan menghalakan segala macam cara.
Ada cerita pewayangan yang diperankan Dosomuko dengan sekian sifatnya yang
rakus, maka sifat seperti itu dapat kita lihat kembali pada diri atau kini
dimiliki soeharto. Hal ini sama seperti yang dilakukan Dosomuko ketika
membangun negri "Alengka Dirja".Dengan keadaan seperti ini, Rakyat sudah
tidak lagi bisa menerimanya. Rakyat sudah tidak merasa lagi memiliki
pemimpin, yang ada hanyalah penguasa dhableg (raja). Dan setiap kali
Rakyat berhadapan dengan kekuasaan, yang tidak pernah mau tau bahwa itu
adalah rakyatnya. Yang palinng dirasakan dari akibat pemasungan ini adalah;
terjadinya penjajahan baru karena "bantuan-bantuan" yang diberikan IMF
sudah melampaui batas harga diri bangsa dalam mendikte kita sebagai negara
yang berdaulat. Lucunya lagi, penguasa lebih mau mendengan suara wong
asing, daripada mendengar suara Rakyat, yang jelas-jelas menjadi pemilik
sah negri ini. Sebagai negara bangsa yang merdeka, kita tidak harus tinggal
diam. Negara bangsa ini harus cepat diselamatkan dari tanggan-tangan
penguasa tolol, sebelum diserahkan dan diperebutkan pihak Luar ıNegri
(pemberi pinjaman utang).
FRONT AKSI MAHASISWA PEDULI RAKYAT (FAMPERA)
*****************************
Date: Tue, 5 May 1998
Subject: KERUSUHAN MAHASISWA DI MEDAN
To: [email protected]
KERUSUHAN MAHASISWA DI MEDAN
----------------------------------------------------------------
Oleh:Lion
Sungguh amat sangat memprihatinkan dan memalukan membaca berita aksi
kerusuhan yang melanda Medan yang melibatkan para mahasiswa Senin
malam lalu.
Massa mahasiswa (IKIP) dan masyarakat sekitar bergabung turun ke jalan
melakukan aksi-aksi perusakan yang berbau SARA. Apalagi kalau bukan
sasarannya toko-toko milik WNI Keturunan Cina. Fasilitas umum pun tak
luput dari aksi keberingasan mereka. Beberapa toko dan sebuah plaza
(Buana) dijadikan sasaran penjarahan.
OH! Inikah jati diri mereka yang selama ini muncul bak pahlawan rakyat
yang senantiasa mendengung-dengungkan penegakan Hak Asasi Manusia,
menuntut demokrasi, dan reformasi?
Begitu mendapat kesempatan mereka sendiri menjadi brutal dan biadab.
Menginjak-injak hak asasi orang lain. Rupanya apa yang
didengung-dengungkan dan dituntut selama ini hanya manis di kata-kata.
Hanya teori di atas kertas. Prakteknya bertolak belakang seratus
delapan puluh derajat!
Manusia-manusia seperti ini yang kelak akan mengganti pemerintah rezim
sekarang? Astaga! Sama saja dengan kita lepas dari mulut harimau masuk
mulut buaya.
Dalam aksi mereka seperti ini, justru umum akan menilai mereka sebagai
"pihak yang jahat", dan
pemerintah /ABRI-lah sebagai "pihak yang benar". Sebagai pahlawan
pembela dan pelindung kepentingan rakyat yang ditindas dan
dinjak-injak HAM-nya (berupa perusakan toko-toko itu).
Perilaku seperti itu sangat tak layak didukung. Sebaliknya harus
dikecam habis-habisan!
Apabila banyak mahasiswa berperilaku seperti ini, percayalah simpatik
yang mulai berkembang di masyarakat dan dunia internasional perlahan
tapi pasti akan sirna.
Benarlah ada pemeo yang mengatakan orang-orang yang berunjuk rasa
sekarang ini belum tentu semuanya benar-benar orang jujur, demokrat,
dan menjunjung tinggi HAM. Mereka kelihatan begitu karena belum
mempunyai kesempatan. Coba kalau punya kesempatan, mungkin korupsinya
dan jahatnya melebihi rezim sekarang yang diprotes!
Contoh sudah ada. Lihat saja beberapa Angkatan 1966 yang dulu termasuk
gencar menuntut pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Begitu
mereka duduk di pemerintahan: sami mawon!
Anda jangan terburu-buru menyimpulkan saya melakukan generalisasi.
Saya percaya lebih banyak mahasiswa yang benar-benar jujur dalam
melakukan aksi demonstrasi menuntut reformasi. Aksi-aksi mahasiswa di
UI, UKI, dan Gajah Mada saya nilai sebagai contoh aksi yang positif
karena berlandaskan intelektualisme dan argumentasi yang bagus dan
masuk akal.
Saya menilai siapa pun yang melakukan perusakan dan tindakan
destruktif lainnya di Medan itu, apakah mahasiswa, atau bukan, adalah
mereka yang mempunyai pikiran dangkal, wawasan sempit dan tidak
mengerti makna substansial dari yang mereka sendiri tuntut.
Saya percaya tidak semua mahasiswa di Medan itu mempunyai perilaku
negatif seperti itu. Tetapi aksi turun ke jalan dalam konteks ini ada
sesuatu yang keliru. Seharusnya mereka sadar bahwa dengan turun ke
jalan sangat rentan untuk disusupi pihak ketiga. Sangat rentan
diperalat oleh pihak ketiga untuk mencapai tujuan mereka.
"Pihak Ketiga" yang saya maksudkan di sini bisa saja
masyarakat kelas bawah yang memanfaatkan momentum tersebut untuk
melakukan penjarahan barang-barang yang tidak mampu mereka beli
(apalagi di masa krisis ini), sekaligus melampiaskan kekesalan dan
kecemburuan sosialnya terhadap warga negara tertentu (WNI Keturunan
Cina) yang sebenarnya tidak bersalah. Dalam hal ini tak ada kaitan
politisnya, tetapi lebih berkaitan dengan masalah sosial-ekonomi.
Atau "pihak ketiga yang berbau politis." Yang dimaksudkan di sini
adalah mereka yang memang sudah menyusun skenario dan rekayasa yang
canggih untuk memancing mahasiswa melakukan aksi kerusuhan. Tujuannya
adalah untuk memojokkan pihak mahasiswa itu sendiri. Sehingga ada
bukti dan pembenaran bahwa kalau mahasiswa turun ke jalan PASTI akan
bikin kacau, destruktif dan anarkis. Akan membuat resah masyarakat.
Maka benarlah mereka kalau masih mau tetap membuat aksi harus tetap di
dalam kampus masing-masing. Atau kalau aksi perusakan itu terlalu
serius, para mahasiswa itu harus diliburkan atau sama sekali dilarang
melakukan demonstrasi!
Rekayasa seperti ini dicurigai pula ada pada waktu aksi demonstrasi
para buruh yang tergabung dalam SBSI-nya Muchtar Pakpapahan beberapa
tahun lalu juga di Medan. Pada waktu itu menurut saksi mata massa yang
bergerak di jalan melakukan aksinya dengan tertib. Tiba-tiba ada
sekelompok orang yang tidak dikenal melakukan aksi-aksi perusakan yang
akhirnya membuat semuanya menjadi kacau. Menimbulkan korban jiwa dan
harta. Dan menyeret Muchtar Papahan ke penjara dan melarang
keberadaan SBSI-nya.
Demikian pula dugaan yang sama terjadi pada Peristiwa Malari di tahun
1974 tempo hari. Sebagaimana ditulis oleh mantan Pangkopkamtib
Jenderal Soemitro dalam dua bukunya ("Dari Mulawarman sampai
Pakkopkamtib" dan "Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15
Januari") bahwa aksi mahasiswa itu dimanfaatkan oleh sekelompok orang
yang sudah diorganisir dan direkayasa untuk memboncengi para mahasiswa
melakukan aksi kerusuhan. Tujuannya pada waktu itu -- menurut Soemitro
-- untuk memojokkannya oleh klik tertentu di pemerintahan.
Hal seperti ini bukan tak mungkin terjadi di masa sekarang. Rekayasa
seperti di atas bukan tak mungkin terjadi dalam peristiwa kerusuhan di
Medan itu. Yang menjadi sasaran kali ini adalah Jenderal Wiranto,
Menhankam/Pangab.
Seperti banyak rumor yang beredar bahwa di tubuh ABRI sendiri sedang
ada klik-klik tertentu yang saling bertentangan. Mungkin saja
kerusuhan mahasiswa di Medan hanya merupakan awal dari upaya rekayasa
untuk menyudutkan Wiranto. Maksud mereka yang melakukan rekayasa itu
adalah dengan aksi-aksi destruktif dari mahasiswa itu akan memancing
Wiranto mengatasinya dengan cara-cara represif yang akan menimbulkan
berbagai kecaman yang menyudutkannya. Apalagi Indonesia saat ini
sedang disorot tajam dalam maupun luar negeri berkenan dengan kasus
orang hilang karena diculik dan masalah-masalah HAM lainnya.
Jika memang benar demikian. Maka kayaknya maksud (para) sutradara itu
mulai ada tanda-tandanya berhasil. Jenderal Wiranto sudah mengatakan
bahwa aksi-aksi para mahasiswa seperti itu jika terus berlanjut akan
ditindak secara tegas. "Tegas" di sini bisa berarti mengatasinya
dengan cara kekerasan ala militer, atau tindakan represif. Walaupun
maknanya tidak selalu begitu.
Kemungkinan-kemungkinan di atas bisa saja benar. Oleh karena itu para
mahasiswa yang benar-benar menyuarakan suara rakyat, jujur, obyektif,
dan berjiwa inteletual harus pandai-pandai membaca situasi. Jangan
sampai betul-betul diperalat.
Turun ke jalan besar risikonya. Rentan untuk dimanfaatkan. Bukan
berarti saya tidak setuju mahasiswa turun ke jalan, tetapi yang saya
maksudkan, itu tadi, sangat berpotensi untuk dimanfaatkan. Mungkin
para mahasiswa sedikitpun tak berpikir untuk menciptakan kerusuhan,
tetapi begitu turun ke jalan potensi itu ada. Yakni dari apa yang saya
sebutkan "pihak ketiga" di atas.
Saya pernah melihat aksi mahasiswa UI yang saya nilai kreatif, yakni
mereka memagari/melingkari kelompoknya dengan tali rafia.
Sehingga jika ada orang luar yang berusaha menyusup akan segera
ketahuan. Nah, saya pikir cara seperti ini merupakan salah satu cara
terbaik jika para mahasiswa mau turun ke jalan dengan cara damai dan
tertib.
Dalam kaitannya dengan posting saya ini, saya kutipkan pernyataan
Jenderal Wiranto yang dikutip Kantor Berita Antara:
>Jakarta- Mahasiswa diimbau untuk melakukan unjuk >rasa di dalam
kampus saja karena jika turun ke jalan >terbukti menjadi anarkis dan
destruktif, demikian >Menhankam/Pengab Jenderal TNI Wiranto. Seusai
>bertemu dengan Presiden Soeharto di Bina Graha >Jakarta, Senin, ia
mengatakan mahasiswa terbukti >melakukan pengrusakan, anarkis dan
destruktif jika >turun ke jalan, sebagaimana yang terjadi di Medan
>baru-baru ini. Mahasiswa boleh saja melakukan aksi >unjuk rasa,
tetapi di dalam kampus dan jangan turun >ke jalan.
>ABRI memandang mahasiswa sebagai intelektual, >tetapi di sisi lain
intelektualitas itu dipertanyakan jika >melakukan pengerusakan toko
dan membakar >kendaraan. "Apa ini tindakan intelektual?" tanya
>Wiranto. Wiranto menyatakan akan menindak tegas >oknum mahasiswa yang
melakukan pengrusakan. >Dia menyatakan sudah memerintahkan Pangdam I
>Bukit Barisan untuk mengusut tuntas aksi-aksi >oknum mahasiswa yang
menganggu stabilitas dan >keamanan.
Kali ini saya sependapat dan mendukung Wiranto.
Dengan catatan saya kurang setuju dengan pernyataan yang menurut saya
terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan, yakni kalau mahasiwa turun
ke jalan terbukti menjadi anarkis dan destruktif. Seolah-olah hal itu
sudah menjadi kemutlakan dan menjadi hubungan kausa (sebab-akibat).
Hal itu bisa saja terjadi (mahasiswa turun ke jalan menimbulkan anarki
dan destruktif), tetapi tidak otomatis, tidak mutlak seperti yang saya
sudah jelaskan di atas.***
Salam
Lion
*****************************
Received on Fri May 8 02:28:45 MET DST 1998
Date: 07 May 98 12:07:08 +0000
Subject: SiaR---INTELLIGENCE AGENTS DISTRIBUTING YELLOW JACKETS AT THE...
INTELLIGENCE AGENTS DISTRIBUTING YELLOW JACKETS AT THE UNIVERSITY OF INDONESIA
JAKARTA (SiaR, 5/5/98). Efforts by intelligence agents to manipulate student
demonstrations have been revealed by a number of University of Indonesia
students who caught several of them distributing yellow jackets (University of
Indonesia jackets) to a number of gangsters. This took place at the time of
the student demonstrations on the University of Indonesia Salemba campus on
Saturday, 2 May.
"I ask all students wearing the yellow jacket, and particularly University
of Indonesia students, to take them off immediately! Take them all off! To
be frank, we, the University of Indonesia organizers of this event cannot
guarantee that there will be no infiltration," said a student member of the
University of Indonesia Student Senate in charge of coordinating the free
speech program from the building's balcony.
The request to discard yellow jackets was fulfilled by hundreds of students.
They only put the yellow jackets back on in the afternoon, when they felt that
they had regained control over the situation.
Eye-witnesses approached by SiaR stated that a number of crew-cut, sturdy
individuals were seen distributing yellow jackets from an automobile. "We are
afraid of a repeat of the Malari in l974 situation, when an intelligence
operation infiltrated peaceful student demonstrations," said a student from the
Christian University of Indonesia also in charge of co-ordinating events on the
University of Indonesia campus.
A SiaR correspondent in Medan also reported indications that the Medan riots
were the result of intelligence manipulation intended to corner students and
the campus community. "The riots involving the burning of cars and shops, and
the anti-Chinese sentiments, give the security forces a strong excuse to use
force in silencing campus opposition," said the SiaR correspondent, repeating
the words of a Nomensen University professor in Medan.****
***
Date: 07 May 98 12:22:12 +0000
Subject: SiaR---RIOT SPREAD, MEDAN CAMPUSES IN RECESS
RIOTS SPREAD, MEDAN CAMPUSES IN RECESS
MEDAN (SiaR, 5/5/98). In the wake of spreading riots over the past week in
Medan, North Sumatra, the rectors' offices of three major universities in that
city have declared a recess. These universities are: the University of North
Sumatra (USU), the HKBP Nommensen University, and the Islamic University of
North Sumatra (UISU).
The announcement was made by campus leadership after the riots resulting in the
destruction of an estimated 200 offices and shops in the shopping district in
the centre of town last weekend. Sporadic riots erupted in the main streets on
Monday, 4 May.
The rectors' offices decided to close the three campuses because the pro-reform
demonstrations no longer involve students exclusively but have begun to include
ordinary people, so that the rectors felt it necessary to introduce a cooling-
down period to avoid further spread of the riots. On Monday, 4 May, the
situation on the three campuses had returned to normal peace and quiet,
although crowds of students were still seen at several campus locations. The
interruption of demonstrations on these three leading campuses did not end the
pro-reform demonstrations in Medan, because the cause has now been taken up by
students from the Sisingamangaraja University and the Medan State Teacher's
Training Institute who are continuing the "struggle" of their colleagues at the
three universities in recess.
Students from the two campuses held sporadic demonstrations in the streets in
the area of Prof. HM Yamin SH St., Dr. Sutomo St., Perintis Kemerdekaan St.,
and Sisingamangaraja St. Students refused to comply with security forces who
tried to block their path. Molotov cocktails and "intifadah" rocks were hurled
by students to break through the security barricades, while security forces
threw tear-gas bombs and volleys of rubber-tipped bullets.
Student anger--already expressed in the riots of Friday (1 May) and Saturday (2
May)--continued to hit on government vehicles displaying red license plates,
and particularly on Timor cars. Students threw rocks at several Timor cars on
their way. Last week-end, students broke into a Timor dealership, shattering
show-room windows, pushing cars out and burning them in the street.
The Commander of Military Region !/Bukit Barisan, Major General TNI, Ismed
Yuzairi Chaniago reaffirmed to journalists that he would ask the students to
refrain from acts of violence in "luring" security forces into more severe
action. "We are looking for the best and most persuasive ways to deal with
student demonstrations," said Chaniago at a meeting with the North Sumatran
press held in connection with his assuming the position of Military Commander
from Maj. Gen. TNI T Rizal Nurdin two weeks earlier.
In the meantime, Pontas Sihombing, student activist from the HKBP Nommensen
University, rejected Chaniago's evaluation of the student demonstrations. "The
evaluation of the security forces, that demonstrating in the streets means that
we are anarchists and destructive is not correct. What is true is that they are
afraid that should we be allowed to undertake a long-march, the people will
join our ranks. That will result in people power," said Sihombing. In his
opinion, the clashes which took place between security forces and students were
caused by over-reactions on the part of the security apparatus, who placed
barricades around the campus.
"They were also caused by external infiltration, whom we have identified as
security apparatus disguised as thugs," he stated.***
***
Date: 07 May 98 12:29:13 +0000
Subject: SiaR---STUDENTS TAKE CONTROL OF LENTENG AGUNG
STUDENTS TAKE CONTROL OF LENTENG AGUNG
JAKARTA (SiaR, 5 May 98). Around 5,000 university and high school students took
to the streets and the Lenteng Agung main thoroughfare stretching from the
Pancasila University campus to the JOE St. junction leading to the State
Islamic Religion Institute virtually fell to the control of the masses.
The joint mass of university and high-school students and local residents, from
campuses in the Lenteng Agung area, marched from the Pancasila University
campus at around 11 a.m. local time. The march covered a distance of 5
kilometres and was escorted by two riot-control units from the Mobile Brigade
and the Marines. The Marine unit marched at the front, followed by the Mobile
Brigade unit, followed by the mass of demonstrators.
On the way, the Marines sang their revolutionary songs to the applause and sym-
pathy of the people. Students held up long black banners conspicuously
annoucing. "Drag Soeharto to the Courts."
Besides the banners, the demonstrators also waved red and white flags. Crowds
along the way shouted, "Hang Soeharto and his Family, Replace Soeharto, Trial
for Soeharto." Yells demanding reform were not heard.
After two hours, the mass reached the junction of Lenteng Agung St and JOE St.
Tension arose at that point as some wished to turn towards the State Institute
of Technology while others refused to do so. At around 3:00 p.m., as this
report was sent to press, a portion of the mass refused to leave the junction
and continued to gather there, shouting their yells.
Meanwhile, two students from Jakarta University and Sam Ratulangie, Manado
(North Sulawesi), respectively Benny Ramdani and Wahab Talaolu continued
their hunger-strike, which they had begun on 4 April, in front of the office
of the Indonesian Legal Aid Foundation on 74 Diponegoro, Jakarta. They are
protesting the use of violence by security forces against student demon-
strations. On Tuesday, 5 April, a team from the National Commission on Human
Rights visited the two student activists and promised to file a report to the
Plenary Meeting of the Human Rights Commission tomorrow morning.***
***
*****************************
Date: 07 May 98 13:17:24 +0000
Subject: SiaR---PASUKAN MARINIR DAN BRIMOB PERLAKUKAN MAHASISWA SECARA BERBEDA
PASUKAN MARINIR DAN BRIMOB PERLAKUKAN MAHASISWA SECARA BERBEDA
JAKARTA (SiaR, 6/5/98), Dalam "penanganan" aksi mahasiswa, lain korps
marinir, lain brimob. Jika korps marinir mendampingi -- bahkan turut menya-
nyikan lagu-lagu perjuangan dan menyemangati barisan mahasiswa -- dalam aksi
long-march mahasiswa di Lenteng Agung, Jakarta Selatan (Jaksel). Sebaliknya,
aparat Brimob di Meruya, Jakarta Barat (Jakbar) menembaki para mahasiswa dengan
bom gas air mata dan peluru karet. Pemandangan "kontras" tersebut terjadi
sepanjang Selasa (5/5) kemarin saat gabungan ribuan mahasiswa berbagai perguru-
an tinggi di Jaksel dan Jakbar melakukan demonstrasi menentang kenaikan harga
BBM dan listrik, menuntut sidang istimewa MPR, serta mendesak dilaksanakannya
reformasi di segala bidang.
Di Jakarta Selatan, ratusan pasukan marinir bukan hanya mentolerir
ribuan mahasiswa dari enam perguruan tinggi -- Universitas Indonesia (UI),
Universitas Pancasila (UP), ISTN, IISIP, APP, dan UPN Veteran -- melakukan
long-march mulai dari kampus UP di Lenteng Agung hingga pertigaan Jalan Joe,
tapi juga turut memberi aba-aba di sepanjang jalan, serta menyanyi lagu-lagu
perjuangan mengiringi langkah dan riuh rendahnya yel-yel mahasiswa. Pemandangan
yang unik dan menarik -- korps marinir dan mahasiswa satu barisan -- tidak ayal
mengundang simpati rakyat di sepanjang Jalan Lenteng Agung yang kemudian turut
berbaur dalam barisan. Akhirnya turut berbaur pula para pelajar, sopir
angkut-an, hingga ibu rumah tangga dan anak-anaknya.
Long-march diawali dari kampus UI sekitar pukul 12.00 WIB. Ribuan
mahasiswa berbaris menuju kampus UP yang berjarak sekitar 500 meter dari UI.
Dua lapis barikade aparat keamanan dari Brimob dan pasukan anti huru-hara
berhasil ditembus mahasiswa. Sementara itu, sebagian korlap mahasiswa -- yang
"melindungi" barisan ribuan mahasiswa untuk memberi jalan -- menutup ruas jalan
Srengseng Sawah sehingga melumpuhkan lalu lintas Depok-Pasar Minggu.
Setibanya di kampus UP, para korlap mahasiswa segera menegosiasi Dandim
0504, Letkol (Inf) Sadiyo dan Kapolres Jaksel Letkol Yudi Suhariyanto agar
mahasiswa diizinkan melakukan long-march hingga pertigaan Jalan Joe. Setelah
negosiasi yang cukup alot, Letkol Sadiyo "menyerah", dan jadilah ribuan
mahasiswa itu long-march dengan dikawal ratusan pasukan korps marinir. "Hidup
mahasiswa_hidup rakyat_hidup marinir_jatuhkan rejim Soeharto," demikian yel-yel
mahasiswa, yang disambut ribuan rakyat di pinggir jalan dengan lambaian tangan.
Bahkan ibu-ibu rumah tangga menyodorkan air minum kepada barisan mahasiswa-
korps marinir di sepanjang jalan.
Pemandangan yang mengharukan terjadi saat barisan tiba di depan stasiun
kereta api Pasar Lentang Agung. Tiba-tiba seorang ibu dan anaknya yang bersera-
gam SD ikut dalam barisan dengan berjalan di barisan paling depan dengan
membawa bendera merah-putih. Aksi mahasiswa yang berlangsung damai dalam
kawalan korps marinir itu berakhir tertib sekitar pukul 15.00 WIB. Mahasiswa
kembali ke kampus masing-masing.
Pemandangan yang bertolak-belakang dengan apa yang terjadi di
Lenteng Agung, terjadi di Universitas Mercu Buana (Jakbar). Ratusan aparat
brimob dan pasukan anti huru-hara (PHH) bentrok dengan mahasiswa UMB yang
memprotes kenaikan harga BBM. Dalam bentrokan tersebut, aparat berkali-kali
melemparkan dan menembakkan bom gas air mata serta peluru karet ke demonstran.
Mahasiswa membalas dengan melemparkan batu-batu ke arah aparat. Sebanyak 30
mahasiswa, dosen, dan Purek III UMB Abdoel Fatah menjadi korban kekerasan
aparat. Lima mobil pribadi hancur di halaman kampus. Sedangkan dari aparat
Brimob, lima orang luka-luka.
Aktivis UMB, Iko Pamungkas menegaskan, pihaknya telah menahan diri
untuk melakukan aksi "tanpa kekerasan" ketika tiba-tiba datang satu truk
pasukan bersenjata mendesak secara kasar para mahasiswa untuk masuk ke dalam
kampus hingga bentrokan tak terhindarkan. "Pasukan yang berasal dari truk itu
lah yang memulai menyerang mahasiswa," ucap Iko.
Sementara Kadispen Polda Metro Jaya, Letkol Edward Aritonang seperti
biasa memberi keterangan "standar" tentang bentrokan tersebut. "Kami telah
melakukan penjagaan sesuai prosedur, tapi mahasiswa tidak menggubris peringatan
kami," katanya pada wartawan.***
***
Date: 07 May 98 11:49:28 +0000
Subject: SiaR---WALAU LEMAS, DUA MAHASISWA TETAP LANJUTKAN MOGOK MAKAN
WALAU LEMAS, DUA MAHASISWA TETAP LANJUTKAN MOGOK MAKAN
JAKARTA (SiaR, 6/5/98), Dua mahasiswa yang melakukan mogok di halaman
kantor YLBHI Jl Diponegoro Jakarta tetap melanjutkan aksi mogok makan. Kedua
mahasiswa tersebut kemarin dibesuk tim dokter dari RS St Carolus dan dokter
memberikan obat untuk menambah stamina, tapi mereka menolaknya. Menurut tim
dokter ini, cairan dalam tubuh kedua mahasiswa itu sudah berkurang banyak.
"Kami sudah bertekad apapun yang akan terjadi, kami akan terus melaku-
kan aksi kami. Kami tetap tidak mau memasukkan setitik air pun ke mulut kami.
Kami siap jadi tumbal, kalau memang perubahan ini membutuhkan tumbal," kata
Benny Ramdhani, mahasiswa Fisipol Universitas Sam Ratulangi Manado semester 7
ini.
Benny kembali menegaskan bahwa aksinya merupakan bentuk keprihatinannya
terhadap perlakuan kekerasan oleh aparat keamanan ketika menghadapi aksi
mahasiswa. Menurutnya tuntutan mahasiswa saat ini merupakan representasi dari
kondisi masyarakat yang menginginkan kondisi Indonesia lebih baik.
"Reformasi tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dan reformasi yang diinginkan
rakyat adalah reformasi total, tidak sekedar reformasi ekonomi. Perlu segera
dilakukan pergantian secara menyeluruh di pemerintahan. Mulailah dengan
penggantian Soeharto. Soeharto harus turun karena ia adalah kunci dari semua
kekacauan ini," katanya sambil tiduran.
Benny dalam aksi mogok makannya bersama dengan seorang mahasiswa dari
Universitas Jakarta, Wahab Talaohu.
Kondisi Benny yang memulai aksi mulai Senin siang (4/5) sampai hari
ketiga kemarin sudah mulai melemah. Ia sering tiduran di tikar yang digelar.
Sementara Wahab masih tampak segar dan masih aktif melakukan sholat lima waktu.
Namun, walau kondisinya lemah, Benny masih bersemangat untuk memberikan
jawaban-jawaban terhadap wartawan yang mewawancarainya. Dalam tuntutannya yang
diedarkan kepada wartawan dua mahasiswa ini menuntut Panglima ABRI untuk
mengeluarkan pernyataan terbuka dan memberikan jaminan untuk tidak akan lagi
ada tindak kekerasan yang dilakukan aparat terhadap mahasiswa serta mengusut
tuntas dan menindak tegas setiap pelaku tindak kekerasan terhadap mahasiswa.
Sedangkan tuntutan keduanya, yang menginginkan YLBHI dan Komnas HAM
untuk proaktif dalam menikapi pelanggaran HAM terhadap mahasiswa. Tuntutan
kedua tadi sperti sudah direspons pada hari Selasa lalu. Komnas HAM diwakili BN
Marbun, Clementino da Amaral dan Sugiri datang membesuk keduanya. Bahkan hari
Rabu (6/5) ini, Komnas HAM mengadakan rapat pleno untuk membahas tindak
kekerasan terhadapa aksi mahasiswa.***
*****************************
Date: 07 May 98 12:00:02 +0000
Subject: SiaR---SPECIAL TEAM FROM ARMED FORCES HQ TO INVESTIGATE FOUR COLONELS
SPECIAL TEAM FROM ARMED FORCES HEADQUARTERS TO INVESTIGATE FOUR COLONELS
JAKARTA (SiaR, 5/5/98). A small team from the Armed Forces Headquarters,
chaired by Chief of the Central Military Police, Indonesian Armed Forces,
Major General Syamsu, is reported to begin investigation soon of four colonels
from the Kopassus, Greater Jakarta Regional Military Command and the Armed
Forces Intelligence Agency.
An unconfirmed source said that the four officers were in charge of operations
to abduct activists on the orders of a number of high-ranking officers (at the
rank of lieutenant-general and major-general). The source did not name the
generals, but there are suspicions that they are Lieutenant General Prabowo
(Commander of the Army Strategic Command) and Major General Sjafrie Sjamsuddin
(commander of the Greater Jakarta Regional Military Command).
The four colonels, according to the source, will be asked for information by
the Armed Forces Headquarters team this week. Suspicions of the involvement of
Sjafrie Sjamsuddin in the abductions were reinforced by a returned victim of
the abductions. He said that he recognized the voice of one of the kidnappers
who interrogated him as being that of Sjafrie Sjamsuddin.
"My eyes were closed throughout the interrogations, so I can only identify
them from their voices," he added.
A SiaR source in the Armed Forces said that the abductions of the activists is
to be used by General Wiranto's group to push aside Lieut.Gen. Prabowo's group,
suspected of being behind the series of abductions. If it is true that the four
colonels to be investigated are from units known to support Prabowo, the target
of these investigations is clear.
Reportedly President Soeharto refuses to discuss the cases of abduction with
the Coordinating Minister of Political and Security Affairs, and the Armed
Forces Commander. Soeharto himself, as he himself has disclosed in his bio-
graphy, "Soeharto, My Words, Actions and Thoughts," approves of the abduction
of political figures for the purpose of what he describes as "safeguarding the
1945 Constitution." In that book Soeharto has also revealed that it was he who
ordered the abduction and execution of hundreds--even thousands--of criminals
between 1982 and 1983 throughout Indonesia.***
*****************************
Date: Thu, 7 May 1998 02:24:26 -0700 (PDT)
From: Mammy Blue
Subject: Response to Indonesians
To: [email protected]
March 7, 1998
Fellow Human Beings,
Things that happen in Medan are no longer tolerable. At first, I admire
the spirit of the university students in demanding the so-called
reformation. I suppose I don't have to tell you the chronology of the
events happening for the last few days. It's a shame indeed that
Indonesia has so many uneducated students. They yell out loud in the name
of PANCASILA and their country... in need of reformation, but they destroy
others' mind and property. From what I saw, a few tried to get the masses'
attentions by t hrowing and burning materials so that others might follow
them. In return, those college boys and girls are not to be blamed for
their actions but the masses. This of course brought a bad influence into
the society. Somehow, I too feel that the government doesn't want to
listen to them. But, what does Chinese have to do with that? They were
born here not because they wanted to. So what? My fellow Indonesians, are
those Chinese robbing your life just because they're trying to survive the
game? This world i s not made for you only. If you're a smart guy as you
think you are, you'd probably have tried to compete with them. Is jealousy
all you have? All you ever think of is hoping for your country to help
you. The way I see, you are afraid of Chinese. One way or another, I agree
with some of them who wrote about your country. Are you afraid that
Chinese might bribe your government, that they might invade your very
personal life? I guess I don't have to tell you how narrow-minded you are.
For you who understan d the situation, I admire and want to thank you.
People who are afraid always make the first move. They are scared to death
that others might be stronger than they are.
Some times ago, I noticed some Indonesian parents taught their children to
be racial in front of my two eyes. I understand that there was a so-called
conflict between the original inhabitants and Chinese decades ago. But,
what does it have to do with both new generations nowadays? Is your mind
so vulnerable? I don't blame Chinese for not wanting to hang around with
Indonesians. Every word the Indonesians claim, 'CINA' is always in their
mind. The Chinese do well in business. So what? They have a good way of
thinking as an act to surviving this life. They don't want their lives
miserable. You would do the same if you live in other countries or even
were born somewhere else. There's a new Chinese minister now. I wonder
what his first religion was. You see, when we talk about racial
discrimination, somehow it has to do with religion too. Indonesia whose
people are Islamic in majority limits the movement of other religions.
People have to be Muslims to be in a higher position. They could have a
better life if they want to be Muslims. Is your country trying to build an
Islamic country? You may, but it doesn't make you right to spontaneously
change others' believe. I can see that some of the legal parties sound
like they want to make everybody a Muslim, during the past propaganda. If
Muhammad Bob Hasan wasn't a Muslim, will the government pick him up? No, I
believe not. So, you see, you people want things the way you want them to
be without considering others' interests. I'll not be surprised if Chinese
could t ake seats inside the government, they would have made things
better. Take the Malays for example, they've learnt their lessons. They
begin to trust that Chinese and Indians are a part of their society. Look
at the things they have contributed to Malaysia. How about Singapore? It's
even better, don't you think? You know something? I don't feel disgusting
when being around with the Malays (Muslims mostly), I feel safe yet they
welcome people. I have to watch for my back when in Indonesia. It is about
time y ou must trust people. You people talk about human rights, vow in
the name of your Allah... What is it good for when things have come to this?
When talking about corruption, bad politics, and more, is it not relative?
Other countries have the same problem to o. You think the crisis
overwhelming Indonesia doesn't influence many poor Chinese too. There may
be only a small amount of Chinese inhabitants in Indonesia, but the poor
are more than you could count. You think poverty only hits Indonesians.
How naïve!
The government, bad or good, is still only a representative. It is sort of
the Master of Ceremony of a nation. If you don't like it, why not change
it? Why do you have to destroy everything people have built? Is your Allah
telling you to do that? Will Jes us allow that too? Please don't speak in
the name of your religion to change the situation. You would make a fool
of yourself. Does that make you a tough guy after perishing all Chinese?
There are billions of Chinese, can you face them all? Will you not d
estroy them as well? Many people feel pity for you. The point is you are
the government. The government exists because of you. You must change the
way you think, before you could make differences. What I heard about
Indonesia is not good. Money has posses sed your mind. For those who live
in a small village, please take a good look at your right and left side.
Are there Chinese around? If not, tell me why you couldn't be rich! Will
it make any difference if all of the Chinese are gone? Do you have any ide
a how many rich Indonesians suck your life and you don't even know about
that? Why? Because that 'CINA' is always there in your pathetic mind. I'll
give you an easy example, your government... Are there Chinese around except
for the aforementioned case rece ntly? I can understand the misery. I can
bear with that, but it doesn't make you right to rob or hurt others.
Simple fact, imagine yourselves in their position... you become Chinese, and
they Indonesians. They haunt you to the top of the roof of your houses .
How would you feel?
Those who write bad things about Indonesia in this web page are actually
all cowards. If you were smart, you wouldn't have sit in front of your
computer and thought you could make changes to your countries. You don't
think, you must do... take a responsible ACTION, not the one happening right
now. What's happening is not a demonstration, it is a robbery. IT IS A
RIOT. Indonesia is actually a wonderful country with many beauties in it.
Some irresponsible naïve people that only think of themselves are just so
mehow contaminating it. If they are strong enough to reject all the
temptations, this country won't be ranked as one of the top ten corruption
countries. There won't be any bribery at all. It's just like when you are
cheating on the exams. Even if you don 't teach your children to do the
same, they will somehow do it automatically. Can you tear out one root of
a three-hundred-year-old oak tree just like peeling an apple? It is really
a pity that Indonesian people have actually acted like a 4-year-old child
. Those Chinese want to live a peaceful life, and if somehow there are
some bad Chinese, it is just one bad part of the society. Like you, there
are bad Indonesian guys as well. In France, there are bad French. In
Singapore, many bad Singaporeans exist al l over the corners. Whether you
like it or not, it is there. It is the spice of life. Live in China and be
haunted Indonesians please. Only then can you feel how they feel here. You
cannot falsify all because of certain bad deeds of certain groups of peop
le. That is true! Fiuh! Am I tired of babbling or what? Those Chinese feel
like strangers in the night even they were born here. THEIR GRANDMAS WERE
BORN HERE FOR CHRIST'S SAKE! I learn that they are very patient dealing
with people like you. You voted fo r GOLKAR, PDI, and PPP. GOLKAR won and
made some progresses in the past. You felt happy. GOLKAR wins again yet
failed to fulfil your desire. You are angry, crying for helps. Don't you
get it? It's not the Chinese. Well, I can say they are only victims of
your anger... because they are only... What? About 4-5 % of the Indonesia's
populations and could be put aside? Be wise, Buddies!
Yours...
*****************************
From: "Darwin"
To:
Subject: Medan - RUKO & RANMOR DIBAKAR, HARTA BENDA DIJARAHI
Date: Thu, 7 May 1998 19:02:17 +0700
KERUSAHAN MELUAS DI MEDAN II
=20
Aksi kerusuhan yang terjadi di Medan sejak Senin malam (4/5) hingga =
Rabu (6/5) ini semakin ganas & brutal bahkan sudah merambat sampai =
Kabupaten Deli Serdang, Tebing Tinggi & Padang Sidempuan.
Di jalan K.L. Yos Sudarso Pulo Brayan dan jalan pertempuran, ratusan =
ruko milik WNI Keterunan rusak dilempari massa, selain itu beberapa =
kantor Bank tidak luput dari dari sasaran amukan massa yang semakin =
brutal. Sekitar pukul 14.00 Wib ribuan massa tadi menyerbu sebuah Show =
Room "Brayan Motor" milik WNI Keturunan, lalu mengobrak-abrik dan =
merusak satu unit mobil Suzuki Katana BK 670 EA. Selain itu massa =
mengeluarkan 23 unit sepeda motor berbagai jenis merek dari Show Room =
dan membakarnya di tengah jalan. Namun 3 unit dari sepeda motor tersebut =
dibawa lari massa. Kemudian kerusuhan merembes di Pajak Sore Glugur =
Kota, ribuan massa melempari ruko-ruko WNI Keturunan.
=20
Di Lubuk Pakam sebanyak 1200 kios di lokasi Pasar Penampungan jalan =
Pasar NOL musnah dibakar massa pada pukul 17.00 Wib & massa melakukan =
pengrusakkan dan penjarahan terhadap ratusan ruko milik WNI Keturunan =
disepanjang jalan Sutomo pusat kota Lubuk Pakam.
Di Pantai Labu 4 Kilang Padi milik WNI Keturunan dan di Kecamatan =
beringin 7 Kilang Padi juga milik WNI Keturunan diobrak-abrik dan =
dikuras habis isinya. Kerusuhan serupa juga terjadi di Tebing Tinggi & =
Padang Sidempuan.
=20
Aksi kerusuhan ini tidak lagi terbendung aparat keamanan karena =
hampir disemua lokasi di Medan terjadi secara serentak turun ke jalan, =
lalu membendung ruas jalan dengan sasaran perusakkan dan penjarahan =
ruko-ruko dan rumah-rumah milik WNI Keturunan. Ironisnya tindakan massa =
yang sudah anarkis itu diwarnai dengan pencabulan terhadap Wanita WNI =
Keturunan yang melintas, baik mengendarai mobil, sepeda motor maupun =
becak. Bahkan tidak sedikit diantara Wanita WNI Keturunan itu disobek =
pakaiannya lalu harga dirinya dipertotonkan dan dicabuli dimuka umum =
yang disambut dengan sorak-sorai massa.
=20
Di jalan Mongonsidi simpang jalan Patimura pukul 19.30 Wib (6/5), =
massa mengamuk lalu membakar pabrik minuman "VIAT SING" milik WNI =
Keturunan yang merupakan pabrik minuman sehat terbesar di Medan. Selain =
itu dua pergudangan terbesar dan terlengkap di Medan yang berada di =
jalan Tirtosari No. 66A-66B juga milik WNI Keturunan di kelurahan =
Banten, juga dibakar massa. Dalam aksi itu kerugian diperkirakan puluhan =
Miliyard rupiah sebab didalam gudang tersimpan alat-alat berat berbagai =
jenis dengan harga ratusan juta rupiah perunit.
=20
Akibat dari Aksi kerusuhan yang dimulai dari hari Senin malam (4/5) =
sampai saat ini, banyak warga WNI Keturunan mencari perlindungan yang =
aman dengan berpergian, arus penumpang udara ke Singapura dan Penang =
dari Bandara Polonia membludak dan banyak yang masuk kedalam daftar =
tunggu.
Sedang yang lainnya menginap di Hotel-hotel yang mereka angap aman =
sedangkan tempat tinggal mereka di tinggal kosong, hotel-hotel yang =
biasanya sepi akibat dampak krisis moneter yang melanda tiba-tiba =
membludak dan kehabisan kamar.
Tetapi ada WNI Keturunan diberbagai kawasan kota Medan yang tidak =
meninggalkan tempat tinggal mereka mulai mengantisipasi aksi kerusuhan =
yang datang dari tempat lain . Sejak malam pukul 20.00 Wib (6/5) =
masyarakat setempat mengatakan siap melawan aksi kerusuhan tersebut bila =
sampai ketempat mereka. Mereka mempersiapkan diri dengan berbagai =
senjata mulai senjata tajam jenis samurai, kayu broti, pentungan & =
lain-lain.
=20
Data yang dapat dirangkum dari aksi kerusuhan yang terjadi di Medan =
Rabu (6/5) terjadi di 30 titik lokasi.
Aksi kerusuhan yang di mulai pukul 12.00 Wib s/d 17. Wib terjadi di =
Pasar VI Sampali, pukul 12.10 Wib massa melempar & melakukan =
pengrusakkan di gudang goni "Cahaya Terang" milik WNI Keturunan, pukul =
12.16 Wib di Tg. Morawa pelemparan & penjarahan di ruko - ruko, pukul =
12.35 Wib dijalan Brig.Jend. Katamso massa menjarah di toko Mas Jakarta, =
pukul 12.40 Wib di Simpang Amplas massa membakar Truk, pukul 12.50 Wib =
di Tembung jalan Letda Sujono massa membakar pabrik kartu domino. Pukul =
13.20 Wib di jalan Sisingamangaraja massa melakukan pelemparan terhadap =
petugas, pukul 13.30 Wib di jalan Industri massa melakukan perusakkan =
dan penjarahan di rumah-rumah penduduk WNI Keturunan. Pukul 13.40 Wib di =
Kawasan Industri Medan massa melakukan pelemparan terhadap rumah =
penduduk, pukul 13.50 Wib di Medan Baru massa melempar Prima Express =
Bank, pukul 14.00 Wib di Pulo Brayan merusak & menjarah ruko - ruko dan =
massa membakar ban-ban bekas ditengah jalan Medan - Belawan, 14.10 Wib =
massa membakar dan menjarahi ruko-ruko WNI Keturunan, pukul 14.20 massa =
di jalan K.L. Yos Sudarso membakar ranmor, pukul 14.30 Wib massa merusak =
dan menjarahi sebuah panglong, pukul 14.35 Wib massa membakar dua rumah =
warga WNI Keturunan.
Pukul 14.36 Wib di Titi Kuning masssa melakukan perusakkan di ruko-ruko =
WNI Keturunan & di Simpang Limun massa membakar 3 unit ruko WNI =
Keturunan, pukul 14.45 Wib di Percut Sei Tuan massa membakar pabrik =
meubel, pukul 14.55 di kawasan Medan Plaza massa melakukan perusakkan =
terhadap sejumlah ruko-ruko milik WNI Keturunan.
=20
Sedangkan Kamis (7/5) Pagi hingga Siang hari, aksi kerusuhan terus =
berlanjut di beberapa kota di Deli Serdang, bahkan massa yang semakin =
bertambah banyak jumlahnya dan semakin nekad meskipun aparat keamanan =
yang berkekuatan ratusan personil dari Kodim Deli Serdang dan jajaran =
Polres sudah dikerahkan melakukan pemblokiran di pusat-pusat kota. =
Situasi paling gawat (7/5) berlangsung di Tanjung Morawa Medan, massa =
yang mengamuk menghancurkan Show Room Honda milik WNI Keturunan di jalan =
Irian Barat setempat & sempat melarikan beberapa unit sepeda motor & =
membakar 8 Unit Honda & 2 Unit mobil masing-masing jenis Rocky dan Taft =
GT.
***
From: "Jimbo Jones"
To: [email protected]
Subject: Hapuskan Rasisme
Date: Thu, 07 May 1998 05:38:53 PDT
Para Netters yang terhormat,
Saya adalah seorang muslim WNI yang sedang bekerja di negeri orang untuk
menghidupi sanak keluarga saya di Indonesia. Saya sangat mendukung aksi
demonstrasi yg dilakukan adik-adik mahasiswa di tanah air untuk
membebaskan Indonesia dari ketidakadilan, krisis berkepanjangan,
korupsi, kolusi, dsb. Saya yakin hal itu akan dicapai apabila rakyat
bersatu padu, dengan atau tanpa dukungan ABRI.
Ketika mendengar berita bahwa di Medan terjadi kerusuhan yg
mengakibatkan banyaknya perampokan toko-toko milik orang WNI keturunan,
saya tidak percaya. Saya pikir itu hanyalah rekayasa militer yg menyuruh
para preman untuk mengacaukan keadaan sehingga dapat dengan mudah
nantinya memberantas aksi demonstrasi mahasiswa.
Tetapi apa yg saya lihat di saluran televisi lokal, meyakinkan saya
bahwa benar apa yg terjadi di Medan adalah tindakan rasisme yg brutal.
Di dalam tayangan tersebut, diperlihatkan seorang pemuda (keturunan)
sedang ditendangi, dipukuli massa setelah sepeda motornya dirampas.
Massa pun berteriak, "Bunuh saja dia!". Untungnya dia diselamatkan oleh
beberapa bapak yg masih punya rasa kemanusiaan.
Saya berpikir apakah pemuda tsb memiliki salah yg luar biasa sehingga
dia harus dibunuh massa. Apakah pemuda-pemuda yg memukuli tidak sadar
apa yg dilakukannya akan menimbulkan perpecahan diantara rakyat, kecuali
jika memang mereka diperintah pihak militer untuk memecah belah
persatuan di kalangan rakyat sehingga aksi demonstrasi yg menuntut
pertanggung-jawaban pemerintah menjadi kabur maknanya. Apakah mereka
sudah tidak memiliki hati nurani lagi untuk menilai apakah nyawa manusia
tidak ada harganya lagi. Apakah mereka turun ke jalan untuk mencari
kesempatan dalam kesempitan. Di kala para mahasiswa memperjuangkan nasib
rakyat (semua, baik pri maupun non-pri), ada segelintir orang yg mencoba
untuk merusak persatuan rakyat dengan cara merampok dan membunuh rakyat
minoritas demi sedikit harta benda.
Saya tidak berusaha untuk membela satu pihak. Saya hanya berharap agar
semua pihak dapat bersatu untuk mencapai tujuan utama yaitu membebaskan
rakyat Indonesia dari belenggu saat ini. Aksi-aksi demonstrasi mahasiswa
sudah dinilai positif di luar negeri sebagai sebuah usaha untuk mencapai
reformasi total di negeri kita. Tetapi perampokan dan tindakan rasisme
sangat ditentang oleh luar negeri. Kita butuh dukungan dari luar negeri.
Jadi jangan buat mereka berpikir untuk apa membantu rakyat Indonesia
yang tidak dapat membantu satu sama lain dan bersatu memecahkan masalah
bersama.
Wassalam.
BoB.
*****************************
From: "fery tjan"
To: [email protected]
Subject: reformasi hankam
Date: Wed, 06 May 1998 20:40:40 PDT
saya mempunyai usul mengenai reformasi di bidang hankam
sbb:
1. efisiensi di tubuh abri :
- pengurangan secara bertahap anggota abri
dan dialihkan ke bidang lain (menjadi transmigran)
- anggaran buat militer dikurangi tetapi dialihkan buat
training anggota abri yang nantinya menjadi sipil
yang memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang luas buat
transmigrasi atau berwiraswasta (bagusnya berkelompok).
- sekolah-sekolah perwira mengubah kurikulumnya dimana terfokus
untuk menambah wawasan di bidang lain (misalnya ekonomi,
engineering,dll)
2. bila anggota-anggota abri berada didalam masyarakat (berbaur diluar
tugasnya) dilarang memakai pakaian abri (dibuat uu-nya) hal ini
membuat abri menjadi lebih bersahabat dengan masyarakat. (seperti
informasi yg saya baca di indonesia-L ini; kondisi di amrik)
3. polri sebagai badan keamanan dalam negeri mengatasi kejahatan yg
terjadi di dalam negeri diatur oleh uu tidak diinterverensi oleh abri tetapi
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. dalam hal ini polri bertindak bertanggung
jawab kepada rakyat.
4. abri mengatasi aksi-aksi dari luar (expansi dari luar negeri)
dan kudeta dalam negri, maksudnya aksi-aksi yg dapat mengancam
pemerintahan yg legal.
[kerjasama keduanya diatur uu (abri dan polri)]
5. dan lain-lain yang bisa ditambah lagi oleh netters dan apabila ada
koreksi saya sangat berterimakasih....
tambahan buat para mahasiswa yg melakukan aksinya- sehubungan dengan
pernyataan pangab menyikapi aksi-aksi mahasiswa baru-baru ini, maka
saran saya ada baiknya perlu adanya gerakan moral lain (sementara untuk
beberapa-hari ini keinginan keluar kampus hendaknya ditekan) seperti pita
putih dilengan atau dimana saja yang bisa dilihat oleh masyarakat didalam
maupun luar negeri karena saat ini aksi-aksi mahasiswa telah bergema ke
seantero nusantara dan dunia internasional yang intinya sudah mengetahui
perjuangan masyarakat indonesia umunnya. hal ini untuk menghindari
jatuhnya korban lebih banyak lagi dipihak masyarakat (or abri). Dalam
hal ini pita putih bisa dibagikan secara damai kepada abri. dan koordinasi
saat ini sangat penting diantara kampus-kampus dalam melakukan gerakan
moral yg serentak. (dalam hal ini kita perlu mendoakan abri agar berada
dipihak kita) saya yakin abri lambat laun akan tersentuh karena abri berasal
dari rakyat juga.
salam damai di era reformasi 1998-....
from masyarakat cinta damai ditengah keadilan.
*****************************
From: "faisal salman"
To: [email protected]
Subject: ABRI yang menunggangi Mahasiswa dan Keributan di Medan
Date: Wed, 06 May 1998 22:08:44 PDT
REFORMASI atau MATI !!!
Perusakan dan bentrok yang terjadi dalam demo-demo mahasiswa baik di
IKIP Rawamangun atau di UGM jogja maupun di Nomemsen medan, terjadi
karena ada intel-intel abri yang ikut menunggangi mahasiswa dan mereka
yang mulai, info ini kami peroleh dari laporan-lapora adanya orang-orang
yang mencurigakan dalam demo mahasiswa, baik postur tubuh maupun
potongan rambut tidak nampak militer kare mereka bagaikan mahasiswa,
dan mereka selalu memulai perusakan dan lari. ingat kasus di medan ada
intel berpakaian sipil berjibaku dengan AD. Jadi kalau faisal tanjung,
wiranto dan Orang Golkar ngomong mahasiswa ditunggangi ya itu untuk
mengelabuhi rakyat. Padalah INTEL ABRI BUSUK itulah yang menunggangi.
mana ada rakyat kita yang berani memulai pengrusakan kalao tidak
didahului intel abri.
Jadi kita jangan percaya sama Pejabat ABRI yang kalau ngomong tidak
dipikir tak rasional ( sorry they don't have brain in their head ).
Kepada mahasisiwa berkobarlah dan berjuang.
REFORMASI atau MATI !!!
***
Date: Thu, 7 May 1998 00:36:50 -0700 (PDT)
From: Darma Tri
Subject: Kerusuhan Medan Terus Meluas
To: [email protected]
Sampai saat ini kerusuhan (pembakaran ruko dan perampokan barang)
terus berlanjut dan meluas ke Deli Serdang (Tanjung Morawa, Lubuk
Pakam, Perbaungan dan Tebing Tinggi).
Sekitar jam 14:00 terjadi pembakaran Mobil di Jalan Ayahanda dan rumah
penduduk di Kota Bangun. Massa di Kota Bangun pada saat ini
diperkirakan 2000 orang.
Pak Kasad yang tiba di Medan tadi Malam menurut informasi sudah
kembali ke Jakarta. Tidak ada informasi apa yang sudah dikoordinakan,
YANG JELAS KERUSUHAN MASIH TERUS BERLANJUT. RUMAH,
GUDANG TERUS DIJARAH.
Katanya pasukan dari Kostrad sudah turun ke Medan, tapi koq lambat
sekali actionnya.
HARAP BAPAK-BAPAK BERTINDAK SECEPATNYA DAN TEGAS,
TEMBAK DITEMPAT SAJA........
***
Date: Thu, 7 May 1998 08:27:22 -0700 (PDT)
From: Ken Arok
Subject: abri dan reformasi
To: [email protected]
Abri saat ini menjadi penghalang utama terjadinya reformasi. Bahkan
mereka menyerang rakyat yang ingin menunjukkan aspirasinya karena
DPR/MPR tidur melulu. Mengapa Abri begitu "disiplin"? Karena kalau ada
reformasi total dan KKN benar-benar dihapuskan, mereka khawatir akan
kehilangan penghasilannya. Misalnya saja, polisi yang sudah kita
ketahui bersama dan sudah banyak ditulis di koran-koran mencari
penghasilan dengan kolusi di jalanan maupun di kantornya. Banyak
anggota Abri yang menjadi backing para pengusaha khususnya untuk
kegiatan ilegal. Jika ada backing dari Abri bisa dijamin usaha akan
lancar, meskipun setiap bulan harus keluar uang ekstra. Anggota polisi
atau satuan lain yang bertugas di pos-pos sekitar perumahan elit atau
pertokoan ternyata menjadi orang-orang yang sangat manja. Mereka
tinggal minta apa saja, biasanya ada jatah harian, bulanan, hari-hari
besar, dsb. Saya pernah tertegun sewaktu mengunjungi seorang teman
yang bapaknya ketua RT di daerah elit di Jakarta, waktu itu seorang
polisi datang dan menemui ketua RT untuk minta ban mobil karena ban
mobilnya bocor satu. Ketua RT tersebut langsung menelpon anggotanya
yang mempunyai usaha ban mobil. Kata teman saya, itu sudah biasa.
Bahkan di daerah Glodok, abri yang jaga di sana bisa minta handphone
yang paling mahal sekalipun. Sementara itu anggota Kopasus mencari
penghasilan dengan menjadi semacam detektif swasta, tetapi mereka pada
umumnya menanggalkan senjatanya dan menggantinya dengan clurit atau
semacamnya. Dari kenyataan ini, jelaslah kalau mereka kuatir dengan
reformasi total. Apalagi sekarang ini tampak di depan mata kita bahwa
Abri bertindak keterlaluan dalam menghadapi mahasiswa. Mereka selain
brutal juga licik. Mereka menyisipkan peluru tajam diantara peluru
karet dan memukuli serta merusak peralatan wartawan untuk
menghilangkan bukti-bukti kekejaman mereka.
Kepada Pangab Wiranto, inikah yang anda rencanakan? Bertindak busuk
dan licik? Sejarah membuktikan Abri memang tanpa ragu-ragu lagi
membantai rakyat, misalnya pada kasus Tanjung Priok dan 27 Juli. Di
Medan kenapa tidak seluruh rakyat Medan ditangkap semua, biar aman
dari orang-orang yang kelaparan.
Wahai Pangab, ingatlah anda sekarang bisa bertindak licik, tetapi
pikirkanlah bahwa anda juga bakal menjadi korban kelicikan tingkat
tinggi demi kenaikan pangkat tiba-tiba sang putra mahkota Prabowo,
supaya layak menjadi Pangab dan presiden nantinya.
Kepada rekan mahasiswa, kalau kalian demo lagi pakailah helm dan
buatlah pakaian "anti peluru" sederhana sebagai tindakan pencegahan.
Maju terus pantang mundur! (seperti pesan pengamen di bis kota untuk
kalian).
*****************************
Date: Mon, 04 May 1998 10:28:12 +0700
From: Roy
To: [email protected]
Subject: Demo mahasiswa tersussupi
Hidup reformasi.......
Apa yg terjadi dengan demo mahasiswa yg tidak teratur , dan tidak punya
konsep yg jelas . Meninjukkan bahwa gerakan mahasiswa hanya sekedar
main-main, Mahasiswa sekarang tidak terlatih dalam demo tidak seperti
mahasiswa dulu.
Mahasiswa sekarang takut mati dalam memperjuangkan kebenaran , takut
turun ke jalan meneriakkan reformasi, takut melihat senapan/tembak,
takut membakar toko,DLL
Jadi gerakan mahasiswa sekarang ini digerakkan oleh pemikiran PRD yg
telah menyusup di otak mahasiswa.
Maka dari itu marilah mahasiswa kita konfrontasi terbuka dengan militer
yg sekarang milik penguasa. Militer bukan milik rakyat lagi tapi
penguasa .......
Mahasiswa..........pro reformasi........berjuanglah .sampai
mati.........kita akan mendapat surga.....
***
From: "soeharto soetrisno"
To: [email protected]
Date: Wed, 06 May 1998 21:06:02 PDT
Salam Reformasi,
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya merasa bahwa wakil -
wakil rakyat negara kita memang sudah saatny dibangunkan dari tidurnya,
dari segala bentuk machiavellism dsb. Saya cukup salut dan mendukung
aksi mahasiswa yang dilakukan namun saya berpendapat bahwa aksi - aksi
tersebut kadang-kadang perlu dilandasi dengan pertimbangan effektivitas
, bahwa demonstrasi tersebut benar -benar dapat menyampaikan suatu
message yang jelas, konkret dan terintegrasi dengan aksi - aksi yang
lain , dan yang perlu dipertimbangkan adalah tempat dan waktu yang
tepat, sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan benar-benar berada
ditempat yang seharusnya , misalnya langsung di tempat object dari
message tersebut terarah !
Demikian pendapat saya .
hidup Indonesia ! Jalankan reformasi !
***
From: "Panji Laras"
To: [email protected]
Subject: Gerakan Mahasiswa: info untuk anda
Date: Wed, 06 May 1998 21:33:53 PDT
Sehubungan semakin maraknya gerakan oleh para mahasiswa, saya sebagai
ex-mahasiswa ingin memberikan urun rembuk demi suksesnya gerakan anda.
Usulan saya adalah: cobalah buat spanduk terpanjang di dunia yang berisi
tuntutan-tuntutan kalian yang bisa dikoordinasikan dengan semua
perguruan tinggi- perguruan tinggi yang ada dengan cara masing-masing PT
wajib setor berapa ratus meter, tiap fakultas wajib setor berapa meter,
tiap mahasiswa wajib setor berapa meter, sehingga setelah semua
digabungkan dan dijahit, you will be surprise.
Sekian dulu dari Panji Laras.
***
From: "rizal hamzah"
To: [email protected]
Subject: Brimob Pukul Mahasiswa Aceh
Date: Wed, 06 May 1998 22:39:45 PDT
Keangkuhan Angkatan Darat (Maaf saya tidak menyebut ABRI karena
keterlibatan pasukan Angkatan Udara dan Angkatan Laut dalam meredam demo
mahasiswa bukan pada tempatnya) khususnya pasukan Brimob makin
menjadi-jadi. Aceh yg dikenal sbg daerah jaring merah (daerah rawan)dgn
kondisi sudah 15 tahun dlm trauma politik dg cara shock therapy membuat
masyrakat menjadi takut dan alergi melihat serdadu AD. Kearogansi
pasukan Brimob membabat mahasiswa semakin menjadi-jadi di Aceh.
Beriku ini Kronologi pemukulan mahasiswa Aceh berdasarkan laporan dari
rekan sealmamater mahasiswa:
Sabtu malam, tanggal 3 may 1998, mahasiswa teknik mesin Universitas
Syiah Kuala tahun masuk tahun 1996 sekitar 4
atau 5 orang dihajar sampai babak belur oleh anggota BRIMOB....
Kejadiannya terjadi sekitar pukul 00.30 malam di jalam Peurada Utama,
Banda Aceh.
Awal kejadiannya, anak mesin yang merupakan anak kost tsb, pergi keluar
mencari minum di simpang peurada dengan jalan T. Nyak arief, mereka
pergi
bertiga mengendari sepeda motor RGR. Tidak jelas bagaimana kejadiannya
sewaktu pulang meraka dihadang oleh anggota BRIMOB (menurut berita yang
saya dengar dalam keadaan mabuk) yang mencari anak muda yang ngebut yang
mengendarai sepeda motor Tiger 2000. Begitu dihadang meraka langsung
ditanyai dengan tangan berada dikerah baju. "mana teman kalian".... anak
mesin yang tidak tau apa-apa itu tidak bisa menjawab... ya karena memang
tidak tahu.... setelah itu langsung terjadi pemukulan... mereka dihajar
dan selanjutnya sepeda motor pun ditahan oleh anggota BRIMOB tsb.
Setelah sampai di rumah, teman-teman kost yang juga anak teknik itu,
pergi ke tempat kejadian berencana untuk mengambil kembali sepeda motor
yang ditahan sekaligus mencoba memberi penjelasan..... pada awalnya
anggota Brimob itu sebanyak tiga orang tetapi ketika mereka balik
ternyata anggota tsb sekitar 15 orang... dan tidak jelas kejadiannya
mereka langsung dihajar kembali. Salah seorang yang terjatuh di jalan,
menurut kabar yang saya dengar diinjak-injak oleh aparat. tsb.
Anak mesin itu semuanya menderita memar-memar di muka dan beberapa
bagian
tubuh lainnya. Malah seorang dari mereka sempat pula di rongent.
Malam itu juga kejadian ini telah dilaporkan ke POM, tapi berita
selanjutnya sampai sekarang saya belum dengar...
Anggota BRIMOB pada saat tejadinya pemukulan memang tidak memakai
seragam, tetapi hanya memakai baju kaos kesatuan meraka..
wassalam,
***
From: "Mahesa jenar"
To: [email protected]
Subject: Mana mahasiswa Malang
Date: Wed, 06 May 1998 23:12:04 PDT
Kepada segenap Mahasiswa Malang yang cinta tanah air.
Salam reformasi!!! MERDEKA
Selama ini kalau saya membaca berita tentang demonstrasi di Indonesia
saya merasa bangga. Sebenarnya saya ingin bergabung dengan kalian.
Sayang saya harus terbuang di negri Orang (Amerika). Sebagai anak malang
saya menunggu berita kegagahan dan heroisme ala Malang (Rawe-rawe rantas
Malang-Malang putung). Tapi selalu saya kecewa. Hai dimana kalian AREMA.
Kegagahan kalian akan menjadi pembakar semangat teman-teman seperjuangan
di seluruh Indonesia. Jangan kalah dengan Jakarta. Bandung, dan Ujuing
Pandang dan Medan. Apalagi saudara-saudara kalian Arek Suroboyo sudah
mulai menunjuukan semangat kepahlawanannya. hayo AREMA jangan diam saja.
Sudah saatnya kalian tunjukkan bahwa AREMA sangat cinta tanah air dan
bukan cinta suharto.
Tapi selalu ingat akan sucinya sebuah perjuangan. Jangan menghancurkan
apa yang tidak perlu. Lawan kita bukan agama, atau ras atau suku, tapi
jelas SUHARTO DAN SEMUA YANG MAU MENJILAT PANTATNYA. Jangan kawatir
sekuat tenaga saya akan turut berjuang di sini. Akan saya sebarkan
perjuangan dan keganasan suharto dan antek-anteknya.
So selamat berjuang kawan-kawan.. MERDEKA.. HIDUP REFORMASI!!!!
HIDUP MAHASISWA!!HIDUP KEBENARAN!!!
MAHESA JENAR
***
From: "soeharto soetrisno"
To: [email protected]
Date: Wed, 06 May 1998 23:16:54 PDT
Rekan - rekan mahasiswa sekalian,
Sekali lagi kita perlu semakin berprihatin atas peristiwa Medan yang
terjadi baru saja ini . Menurut saya, hal tersebut adalah suatu bentuk
rekayasa yang dilakukan oleh pihak keamanan. Hal tersebut bersifat
memojokkan mahasiswa, dengan mengekploitasi kejadian pengrusakan
tersebut seakan-akan adalah murni gerakan mahasiswa. Nampaknya pihak
keamanan sudah benar -benar kehilangan akal bagaimana mengendalikan
suara hati tulus yang keluar dari nurani mahasiswa .
Oleh sebab itu , rekan mahasiswa , sekali lagi saya mengingatkan agar
mengkoordinasikan gerakan tersebut secara lebih rapih, effektif dengan
mempertimbangkan waktu dan tempat yang tepat. Dan yang terpenting adalah
koordinasi yang benar .
Salam , Soeharto
***
From: "friend friend"
To: [email protected]
Subject: Re: Demonstrasi di Medan
Date: Wed, 06 May 1998 23:38:52 PDT
Gilaaaa..... saya merasa kaget sekali setelah membaca betapa gentingnya
suasana di Medan. Walaupun sekarang saya berada di US, tapi saya dapat
merasakan ketakutan masyarakat di Medan !!!!
Kalau mau saya pikir lagi... sekarang mahasiswa dan pemerintah sudah
berada di jalur yang sama !!! Mengapa ? Karena baik mahasiswa dengan
alasan menuntut adanya reformasi di segala bidang ... pada akhirnya juga
memeras rakyat !!!! Ini benar !!!!!! Apa gunanya anda berdemonstrasi
kalo akhirnya menyusahkan rakyat ? Lebih baik anda bubar saja ... dari
pada hanya menjadi beban rakyat ! Sudah cukup penderitaan rakyat bung
!!! Sudah cukup penderitaan rakyat !!! Sudah cukup pemerintah
menyusahkan rakyat !! Jangan anda memperberat lagi beban rakyat !!!!
Apa gunanya sih anda membakar mobil, showroom ( dengan dalih itu adalah
showroom TIMOR, yang identik dengan Tommy !! ).. apa gunanya !!! Saya
bangga menjadi warga Medan, karena selama ini saya bangga dengan sikap
moral dan jiwa satria Sisingamangaraja , bukan jiwa pemberontak tapi
meresahkan rakyat, seperti yang ditunjukkan dengan aksi pengrusakan !!!!
Coba anda pikir... betapa banyak lagi orang yang akan kehilangan
pekerjaan karena kalian membakar tempat kerja mereka ? Berapa banyak !!
Memang anda itu terlalu banyak belajar di bangku kuliah sehingga anda
tidak dapat merasakan sulitnya mencari uang ! Yang ada tahu hanya protes
kepada pemerintah tanpa alasan yang jelas ... dan begitu merasa kalah
dan tidak ada tanggapan dari pemerintah ... anda melibas apa saja yang
ada di depan mata anda !!!
Buka mata anda bung !!!!!! Cari uang ... buka mata anda .... lihat
sekeliling anda .. cari apa yang mereka butuhkan .... lihat mata rakyat
!!! Jangan hanya mata nafsu kalian saja !!!! Lihatlah ketakutan mereka
karena aksi brutal kalian !!!!!!!
Cinta Indonesia ..... ingin reformasi .... tapi bukan dengan cara
menakuti rakyat !!!!
*****************************
From: "jati gumawang"
To: [email protected]
Subject: Suara Ganesa: Dukungan Civitas Academica
Date: Thu, 07 May 1998 00:20:01 PDT
Suara Ganesa:
SUARA DARI CIVITAS AKADEMIKA ITB.
Setelah mengadakan 'hearing' dengan mahasiswa, dosen, dan alumni
akhirnya senat mahasiswa ITB menyatakan beberapa butir dengan bahasa
senat, dan akan disampaikan ke forum nasional. Pagi ini wakil dari senat
berbicara di depan pengunjuk rasa di depan taman ganesa yang isinya
bahwa Civitas Academika mendukung reformasi, dan meminta pengunduran
diri presiden Soeharto. Beberapa alumni juga berbicara keras, menentang
kepemimpinan Soeharto, dosen dan mahasiswa. Suatu kemajuan bahwa secara
resmi civitas academica ITB mendukung reformasi, yaitu menuntut turunnya
presiden Soeharto. Bagi para alumni ITB dan simpatisan gerakan mahasiswa
ITB yang menyangsikan berita ini bisa Email ke saya atau alumni yang
lainnya atau mahasiswa.
REFORMASI BUKAN KERUSUHAN
Sekarang ini ada pihak yang berkepentingan untuk mengarahkan aksi unjuk
rasa menjadi kerusuhan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut mencoba
untuk menjebak baik mahasiswa maupun aparat keamanan di lapangan untuk
bentrok. Kemudian diarahkan lebih lanjut untuk menjadi kerusuhan.
Akhirnya gerakan mahasiswa yang disalahkan. Pihak keamanan mendapat
legitimasi untuk melarang aksi-aksi mahasiswa. Bahwa mereka mempunyai
legitimasi untuk bertindak keras.
Tentu saja rekayasa kerusuhan tersebut sangat tidak bertanggung jawab.
Ada dua alasan logis mengapa pihak-pihak yang berkepentingan tersebut
melakukan aksinya:
1) mereka memang suka akankerusuhan.
2) mereka ingin membungkam aksi mahasiswa dan menyetop bergulirnya
Reformasi dan Demokrasi Bangsa.
Dengan demikian kita tidak boleh terpancing untuk bertindak kekerasan.
Rakyat jarus buktikan bahwa kita ingin reformasi tanpa kekerasan dan
aparat harus membuktikan itikad baiknya akan reformasi. Aparat harus
tanpil simpatik, mengamankan aksi dan bukannya menambah rumit keadaan.
Mari bersatu berjuang bersama. Mari kita semuanya memperjuangkan
Indonesia yang Demokratis dan mari kita perjuangkan pergantian
kepemimpinan nasional. Ganti Presiden!!!!
***
From: "triadi a"
To: [email protected]
Subject: Garong ala mahasiswa Medan
Date: Thu, 07 May 1998 01:08:16 PDT
Biadab, kampungan, dasar kota preman tak ada nurani sedikitpun. Itulah
ungkapan saya untuk orang-orang lapar dan tak beradab yang melakukan
kekacauan di Medan. Awalnya adalah dari demo mahasiswa IKIP, tapi
mengapa mereka tidak mengontrol diri. Ataukah yang melakukan perbuatan
biadab di Medan itu dengan membakar ruko, melempari rumah-rumah,
membakari mobil dan sepedamotor adalah oknum mahasiswa sendiri dengan
dalih disusupi massa masyarakat. Lihat betapa rakusnya mereka dengan
membongkar ATM dan menyikat uangnya. Ini persis tingkah perampok yang
pantas di DOR saja. Apa pula urusan mereka sehingga membakari mobil dan
sepeda motor milik orang-orang yang sama sekali tidak mempunyai urusan
kepada mereka. Ini benar-benar mencari kesempatan ditengah kesempitan.
Kalian makin menginjak-injak hak asasi di tanah pertiwi ini. Tingkah
kalian sama sekali tidak mencerminkan intelektualitas seorang mahasiswa.
Tapi lebih merupakan cerminan rampok, garong yang lapar. Memang bapak
kalian sekarang sudah kesusahan memberi kalian makan dan kalian bakal DO
dari universitas karena krisis ini. Sehingga pantaslah kalian menjadi
rampok dan tukang teror masyarakat. Sekarang kalian lihat apa yang
terjadi. Kota Medan tidak lagi aman, masyarakat takut keluar rumah.
Takut oleh akan adanya "demo garong" dari kalian-kalian, atau takut akan
ABRI yang akan menaruh kecurigaan terhadap mereka. Lihat pula ada
beberapa warga yang kena sasaran salah tembak petugas ABRI dan sekarang
sedang menuntut ABRI. Untuk warga yang kena korban kekeliruan ABRI,
tuntutan kalian adalah salah kaprah, seharusnya oknum mahasiswa/massa
yang memulai kerusuhan ini yang harus dituntut.
Para mahasiswa Medan jangan bicara reformasi lagi kalau tujuan kalian
bicara adalah hanya untuk menghasilkan kekacauan kami para warga. Terus
terang simpati kami terhadap usaha kalian tidak ada lagi, kalian cuma
mencari sensasi murahan dari pers-pers asing, juga sembari numbalin
perut kalian yang lapar. Apa yang kau lakukan ini wahai para mahasiswa
Medan. Kalian sekarag menjadi najis yang menciptakan ketidak-amanan di
Medan.
Hentikan cuap-cuap reformasi kalian, pulang saja kekampung untuk jadi
petani daripada jadi perampok yang diserapahin masyarakat di Medan kalau
memang bapak kalian tidak sanggup membiayai kalian lagi. Jangan
menambah-nambah sengsara negara ini dengan ulah kalian. Karena ulah
kalian ini pula harga-harga di Medan yang sudah memang naik, semakin
menaik lagi. Kalian sekarang puas bukan?. Wajah lapar dan beringas
kalian tampil di koran dan TV, ini yang sebenarnya kalian cari.
Untuk ABRI, jangan segan-segan menembak oknum mahasiswa/massa yang
membuat kerusuhan dan perampokan. Akibat terlalu lembeknya penanganan
ABRI, sekarang aksi mahasiswa/massa semakin berani. Tembak saja oknum
yang membabi buta dan tak berhati nurani itu, sehingga mahasiswa/massa
yang lain akan berpikir seribu kali sebelum melakukan aksi. Lupakan
kecaman internasional karena kita sedang menciptakan stabilitas dan
ketenteraman di tanah air. Biar saja mereka berkoar-koar menghentikan
program IMF, negara kita cukup kaya kok. Kita tak akan mati lapar tanpa
IMF selama kita tinggal di Indonesia yang subur ini.
Sekian
Warga Medan non WNI
/JRU
***
Date: Thu, 7 May 1998 05:42:43 -0500
Message-Id: <[email protected]>
From: bon ar bonar
To:
Subject: SERATUS RIBU MAHASISWA PADANG TURUN KE JALAN
Tidak kurang dari 100 ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
kota Padang yang dimotori Mahasiswa Unand, IKIP dan Bung Hatta secara
serentak turun ke jalan, Kamis (7/5/98). Aksi massa yang menuntut
turunnya Soeharto dan Bubarkan Kabinet Pembangunan VII tersebut
membuat kota Padang lumpuh total.
Aksi mahasiswa yang juga diikuti ratusan sopir, pelajar, buruh,
pengamen dan masyarakat umum tersebut mulai bergerak pukul 10.00 WIB
dengan melakukan long march menuju Kantor Gubenur Sumbar di jalan
Sudirman. Namun dalam perjalanan menuju kantor Gubernur itu, di
sepanjang jalan aksi gabungan mahasiswa dan masyarakat ini
menurunkan bendera merah putih menjadi setengah tiang pada
setiap kantor yang ada di kedua sisi jalan Chatib Sulaiman dan jalan
Sudirman. Tidak terkecuali bendera di Gedung DPRD Sumbar dan sejumlah
kantor lainnya, tanpa dapat dicegah oleh siapapun juga tetap
diturunkan menjadi setengah tiang. "Indonsia sekarang tengah berduka
atas reformasi yang direncanakan Soeharto baru pada tahun 2003. Rakyat
harus bangkit meruntuhkan rezim diktator ini," teriak Joni seorang
aktivis demonstrans ini.
Hancurkan Gedung Golkar
Usai menggelar Mimbar Bebas di halaman kantor Gubernur Sumbar di jalan
Sudirman Padang, massa mahasiswa dan masyarakat kembali turun ke jalan
menuju kantor DPD Golkar Sumbar di jalan Rasuna Said. Kantor Parpol
yang paling banyak mengobral janji pada Pemilu'97 ini lansung
saja diobrak-abrik massa. Selain seluruh kacanya pecah, sebuah mobil
Golkar diangkat dan dibalikan bersama-sama. Aksi kemudian berbuntut
kerusuhan ketika massa yang sedang berang dan hendak pulang itu
diteriaki. Akibatnya massa demonstranspun mengamuk menghancurkan
kantor DPRD Sumbar dan Minang Plaza serta President Music Room. Sampai
Kamis petang, kota Padang masih lumpuh total akibat para supir
melancarkan mogok massal menuntut pembatalan kenaikan harga BBM.
sedangkan kalangan mahasiswa dan pelajar kota ini telah
bertekad untuk terus melancarkan aksi turun ke jalan hingga Soeharto
turun dari takhta kerajaan presiden-nya yang telah diduduki selama 32
tahun. ****
Denny's
Suara Demokrasi Padang.
***
To: [email protected]
Date: Thu, 07 May 1998 02:29:12 PDT
From: Satrio Piningit
Subject: AKSI DAMAI STTelkom
Salam Reformasi
Laporan Pandangan Mata Aksi Mahasiswa STT Telkom
Kembali aksi damai digelar dikampus tercinta, hari ini tepat pukul 09.00
WIB. Acara seperti biasanya, dimulai dengan pembacaan narasi reformasi
oleh saudara Kuntjara Wimba Pranawa dan Era. Tidak perlu saya bicarakan
apa isi narasi reformasi tersebut, semuanya hampir sama dengan isi
beberapa opini surat kabar yang beberapa hari ini terbit.
Kawan-kawan seluruh civitas akademika STT Telkom, aksi yang ketiga
kalinya kita adakan ini memberikan sebuah bukti kepada kita bahwasanya
mahasiswa STT Telkom adalah mahasiswa yang suka kedamaian, tidak mau
bentrok dan peduli terhadap masyarakat dan seterusnya peduli kepada
cita-cita bangsanya. Cita-cita bangsa mewujudkan masyarakat adil dan
makmur. Manakala mereka tahu bahwa cita-cita keadilan itu tidak berjalan
sebagaimana mestinya, dan sistem telah membuat semua menjadi
berubah,maka mereka berteriak.
"Simbol-simbol kedamaian yang selama ini dibentangkan oleh penguasa
adalah omong kosong", begitu salah satu statement dari seorang mahasiswa
saat menyampaikan pendapatnya di depan mimbar. Ya, saya pikir itu adalah
kebenaran, kedamaian menurut penguasa, keadilan menurut sistem
pemerintahan sekarang adalah lain daripada kedamaian dan keadilan
menurut rakyat banyak. Dan mahsiswa adalah salah satu bagian orang yang
tahu hal itu. Saya kira jika kemudian kita sekarang bergerak itu adalah
kewajaran, sama hal nya jika anda tidak tidak diberi keadilan oleh ibu
anda, maka andapun akan berteriak dan menangis kepada beliau untuk
diberi keadilan. Sekarang mahasiswa menangis kepada ibu pertiwi dan
mengumpat kepada sebuah rezim yang oleh kami sebut dengan Soeharto.
Soeharto membuat ibu pertiwi menangis.
Kawan-kawan mahasiswa, aksi berlanjut, dengan agenda agenda
acara turun jalan, dengan tetap memakai jargon aksi damai, aksi
keprihatinan dan aksi reformasi untuk rakyat. Aksi turun jalan ini
diwarnai dengan aksi tipu-tipu dengan beberapa aparat ABRI yang sudah
semenjak acara belum jalan, dipersiapkan didalam kampus. Para kaki
tangan Soeharto, maaf sebenarnya mereka bukan kaki tangan Soeharto, tapi
kaki tangannya kaki tangan Seoharto itu mengganggap aksi turun jalan
kita akan melewati pintu depan arah Moh. Toha, tetapi kemudian oleh
beberapa penggagas dipindah alihkan ke jalan arah DayeuhKolot, tepatnya
menuju arah Jalan Sukapura. Drama tipu-tipu ini sempat membuat para
aparat ABRI itu kewalahan, dan agak menjadi berang. Salah satu Satgas
yang kebetulan menjaga di Pintu Depan arah Moh. Toha melaporkan, bahwa
saat aparat mulai tahu bahwa mereka sedang ditipu, langsung mengambil
jalan pintas dengan mengalihkan kekuatan yang akan bergerak ke Toha
untuk segera bergerak menuju arah DayeuhKolot. Oh ya kata mereka juga,
dan sempat saya sendiri melihat, dua truk yang berisi pasukan anti
huru-hara sudah iba di Jalan Radio langsung diperintahkan oleh komandan
mereka untuk segera meluncur ke arah DayeuhKolot. Perlu kami
informasikan, berdasarkan laporan yang dilansir dari Pak Andi, bahwa Pak
Andi sempat dapat E-mail bahwa akan dikirim 5 Truk Pasukan Anti
Huru-hara ke kampus, tapi sayang mereka akhirnya tertipu.
Aksi Turun Jalan
Aksi turun jalan kali ini diikuti oleh kurang lebih 1300-1400 Mahasiswa.
Dengan mengambil rute Sukapura-Terowongan Tol-Tol dan kemudian Pulang
dengan rute Jalan Terusan DeuhKolot - Kejaksaan - Sukapura. Seprti
aksi-aksi sebelumnya, mahasiswa dengan arakan-arakannya dan
nyanyian-nyanyian mereka serta yel-yel mereka tetap dengan semangat
kemahasiswaan mereka, meneriakkan kata-kata reformasi. Yang jelas
kata-kata reformasi yang mereka teriakkan adalah kata-kata reformasi
menurut bahasa mereka, bahasa mahasiswa. Seperti "Turunkan Harga",
"Ganti kepemimpinan Nasional", "Lindungi Hak-hak Rakyat", "Hapus
Nepotisme", "Turunkan Nilai Dolar", dan ya.... ujung-ujungnya mereka
dengan semangat meneriakkkan yel-yel
Ganti Suharto Itulah bahasa reformasi menurut mereka, bahasa yang mereka
kuasai dan bahasa yang menurut mereka sudah sepantasnya diteriakkan.
Kalau anda ada yang bertanya apakah ada yang
mendalangi?, saya tidak tahu, yang saya tahu, mungkin mereka ditungai
oleh hati nurani mereka, oleh kecerdasan mereka, oleh
kesewenangan-kesewenangan yang selama ini mereka alami, oleh
ketidaktahuan mereka. Seperti pernah saya katakan beberapa waktu lalu,
ketidaktahuan mereka bukan beratri bahwa mereka tidak tahu, tapi karena
keinginan tahuan yang besar itulah sehingga mereka selalu mencari dan
mencari. Pokoknya kata mereka, reformasi dapat berlangsung dengan Ganti
Suharto Sebelum keluar dari pintu gerbang, sempat terlihat kurang lebih
10-20 menit aksi tawar menawar dengan para aparat ABRI yang hanya
beberapa saja ada di tempat tersebut dan Satpam STT. Beberapa kawan
putri juga sempat memberikan karangan bunga kepada Bapak-bapak pejabat
ABRI untuk memberikan sedikti kerelaan hati dan memberikan mereka ijin
untuk berjalan. Terjadi juga aksi penyembunyian kunci pintu pagar oleh
Satpam STT. Dan dengan hitungan mundur 60, berdasarkan kesepakatan
antara ABRI,dan dengan dikomandoi DanLap massa mahasiswa STT tepat jam
10.55 dapat keluar dengan tenang dan kembali merapatkan barisan sebelum
akhirnya berarak-arakan melewati jalan Sukapura. "Wah Mas, kayak seperti
di Televisi waktu tahun Baru", kata teman putri yang kebetulan sudah
berada diluar pagar. Ya memang kayak seperti di Televisi, hitung mundur
dan kemudian asyik meniup terompet tanda tahun baru mulai datang. Tapi
hari ini bukan tahun baru dan bukan terompet kegembiraan tapi hari ini
hitungan mundur untuk reformasi dan untuk sebuah keprihatinan.
Beberapa penduduk sempat ada yang ikut kedalam massa dan dengan
ketidaktahuan mereka juga (red-warga kampung), ikut ber yel-yel
bersama-sama dengan mahasiswa. "Pokoknya demo mas, pokoknya harga
turun", begitu kata sebagian masyarakat yang dengan sukarela ikut
bersama kawan-kawan mahasiswa turun jalan. Sampai dipertigaan jalan arah
terowongan tol dan jalan perumahan kejaksaan, terlihat dua mobil Jip
ABRI siap-siap untuk menghadang mahasiswa. Karena kejadian yang mendadak
ini, sempat barisan massa berniat untuk belok tidak melewati jalan
menuju terowongan tol, tapi berkat negosiasi beberapa kawan yang memang
ditempatkan sebagai tim Advokasi, berhasil membujuk mereka untuk tidak
menghadang di jalan arah terowongan tersebut dan dipersilahkan menunggu
di pertigaan jalan Terusan Buah Batu.
Aksi turun jalan akhirnya berhenti tepat di Pertigaan Terusan
Dayeuhkolot, samping jalan tol. Aksi dilanjutkan dengan agenda acara
berikutnya yaitu aksi pemasangan spanduk.
Aksi Pemasangan Sapanduk
Seperti aksi sebelumnya, mahasiswa memasang beberapa spanduk, di atas
Jalan Tol, tepatnya perlintasan jalan tol arah Dayeuhkolot. Spanduk itu
bertuliskan begini, "DPR BUKAN WARUNG KOPI", "JANGAN ADA PHK LAGI",
"REFORMASI UNTUK RAKYAT".Berbeda dengan aksi satu minggu sebelumnya,
aksi ini diwarnai dengan acara mimbar bebas di jalan umum. Kontan saja
masyarakat yang kebetulan lewat di jalan tersebut rame-rame ikut
mendukung dan tampak beberapa angkot jurusan Dayeuhkolot-Kordon
rame-rame meneriakkan yel-yel reformasi dan aksi angkat jempol. Beberapa
aparat ABRI juga tidak kalah ikut menikmati acara di samping jalan tol
ini dengan asyik mencari tempat teduh. Tampak juga beberapa aparat sibuk
melancarkan lalu-lintas jalan, akibat beberapa kendaraan menjadi terlena
dan tanpa sadar ikut-ikutan untuk berhenti tepat didepan aksi mahasiswa.
Di saat mahasiswa di bawah mengadakan mimbar bebas, di atas Jalan Tol,
beberapa kawan mahasiswa sibuk juga memasang spanduk.
Pada aksi keprihatianan mahasiswa yang ketiga kalinya ini, hadir Bapak
Rasyim (PUKET III) dengan beberapa pembantunya (Staf). Sempat juga
beliau memberikan sepatah dua kata dn mungkin juga banyak kata kepada
mahasiwa. Tidak banyak yang beliau katakan, tapi cukup membuat banyak
kawan-kawan mahasiswa yang turun jalan menjadi berang dibuatnya. Sempat
juga terdapat aksi buka baju oleh seorang kawan mahasiswa di depan Bapak
Rasyim, karena omongan beliau ini. Intinya, apa yang dibicarakan Pak
Rasyim tidak sepantasnya (menurut mahasiswa) diomongkan di mimbar bebas
tersebut, dan didepan sekian ribu mahasiswa yang sudah nyata-nyata bulat
untuk mengatakan bahasa reformasi menurut mereka, menurut orang banyak
dan menurut rakyat. "Wong nyata-nyata sekian ribu mahasiswa ngomong
ganti Soeharto, kok dia malah ngomong gitu, apa dia (red-Rasyim) gak
lihat, di bawah terik matahari yag begitu panasnya, dan terpaan debu
jalanan, itukan sudah menjadi bukti bahwa kita bersatu untuk satu kata r
e f o r m a s i", begitu kata kawan mahasiswa putri yang dengan wajah
kepanasan dan make up yang luntur oleh keringatnya.
Mimbar bebas terus berlangsung meskipun Bapak Rasyim telah memberikan
wejangan-wejangan kedamaian menurut versi dia (Rasyim), dan tidak
membuyarkan semangat kawan-kawan mahasiswa. Lagu-lagu reformasi ganti
soeharto dengan plesetan beberapa lirik lagu terus dikumandangkan dengan
iringan dram. Sesekali bendera merah putih dikibar-kibarkan dan dibawa
lari berkeliling untuk menyemangati mereka. Sampai akhirnya jam untuk
kembali ke kampus sudah tiba dan DanLap (Komandan Lapangan) bersiap
memberikan intruksi untuk kembali ke kampus.
Kembali ke Kampus
Ada beberapa perbedaan pendapat untuk kembali ke kampus. Beberapa kawan
ada yang tetap mengehndaki untuk kembali turun jalan dan meneruskan
sampai Buah Batu, kaawn-kawan dari penyelenggara menghendaki untuk tetap
kembali ke kampus, tetapi akhirnya mereka bulat-bulat untuk kembali ke
kampus dengan satu syarat, pulangnya lewat jalan Umum, yaitu jalan
Terusan Buah Batu. Dan akhirnya hal ini disetujui secara bulat.
Arakan-arakan mahasiswa kemudian dengan tertib merapatkan barisan untuk
bersiap-siap jalan. Mulailah kemudian aparat-aparat keamanan menjadi
kelabakan kembali, dan dengan tergesa-gesa, tampak beberapa Kawan ABRI
yang tadinya asyik
menikmati acara mimbar bebas, dengan tergesa-gesa memasang Helm mereka
dan Tameng kebesaran mereka. Terfengar dengan keras suara komandan
mereka mengatakan "Halangi mahasiswa turun jalan".
Kontan saja, mereka (pasukan anti huru-hara), langsung berlari-lari
segera membentuk tameng hidup. Sementara itu, arakan-arakan mahasiswa
sudah dapat berjalan sampai persis dibawah jalan tol, dan baru tameng
hidup itu berhasil membentuk barisan saat ribuan mahasiswa itu menguasai
jalan. Disinilah kemudian aksi sodok-menyodok dengan aparat dimulai.
Beberapa kawan mahasiswa yang kebetulan berada di garis depan sempat
terkena sodokan tongkat mereka. "Untung sodokannya kena sabuk (ikat
pinggan), kalau meleset sedikit saja ke bawah, wah tak tahulah aku",
kata salah satu rekan mahasiswa yang kebetulkan terkena sodokan.
Melihat aksi aparat yang menghalangi gerekan reformasi ini, DanLap
segera memerintahkan mahasiswa untuk duduk di jalan Umum itu. Dan
beberapa kawan mahasiswa kembali bernegosiasi dengan aparat, dan
kayaknya tidak berhasil dengan baik. Tapi kemudian tampak aksi bagi
kartu nama. Ya, Bapak Rasyim dengan wajah agak panik membagikan kartu
nama kepada beberapa pejabat ABRI yang mungkin beliau-beliau itu adalah
penanggung jawab aparat-aparat lainnya. Berkat aksi bagi-bagi kartu nama
itu, spontan dengan dengan intruksi, "Beri Mereka Jalan", segera tameng
hidup itu bubar dan memberikan jalan kepada mahasiswa untuk meneruskan
jalan menuju kampus tercinta. Sedikit tentang aksi bagi kartu nama.
Seperti yang kita maklumi bersama dan kita ketahui bersama, Bapak Rasyim
adalah BrigJen berbintang dua, meskipun beliau sekarang telah pensiun.
Mungkin karena di kartu nama itu terpampang
BrigJen Rasyim Pembantu Ketua III STT Telkom Membuat aparat-aparat itu
tunduk dan segera memberikan jalan kepada mahasiswa. "Bravo untuk
BrigJen" Inilah wujud nyata Ketaaan ABRI oleh atasan mereka, oleh orang
dengan pangkat yang lebih tinggi, dan bukan oleh sebuah realita, saya
tak tahu apakah itu juga merupakan wujud kemanunggalan ABRI dengan
rakyat atau malah sebaliknya kemanunggalan ABRI dengan pejabat, dengan
penguasa dengan pangkat atau dengan apa?? Tapi saya pribadi angkat
"jempol" malu-malu kepada Bapak Rasyim.
Akhirnya arakan-arakan itu berjalan dengan iringan pasukan anti
huru-hara di depan barisan mereka, jalan Dayeuhkolot saat itu
sepenuhnhya adalah milik kaki-kaki mahasiswa. Sampai kemudian aksi belok
ke Jalan Kejaksaan. Tapi sebelum belok terjadi juga eyel-eyelan
kawan-kawan mahasiswa untuk terus berjalan lewat jalan Dayeuhkolot,
sehingga sempat bentrokan kecil dikalangan mahasiswa terjadi. Kembali
kemudian ditekankan bahwa aksi mahasiswa STT adalah aksi reformasi
dengan damai. Berkat para SATGAS (Satuan Tugas) mahasiswa, bentrokan
kecil ini dapat ditanggulangi dan tidajk meminta korban. Salut untuk
SATGAS yang dengan gesitnya dapat mengembalikan massa kembali normal dan
kembali pada tujuan semula Aksi Damai untuk Reformasi. Yang penting khan
Ganti Suharto. Massa akhirnya berjalan menuju kampus dan menyiapkan
tenaga lagi untuk kembali berteriak seperti diatas tadi.
Silahkan anda berpikir sendiri tentang apa yang kami lakukan hari ini,
sebenarnya cuma satu keinginan kami, dan tentunya jika anda tidak
keberatan, kapan kita bisa mengadakan seperti ini lagi dengan dukungan
kawan-kawan dan dukungan seluruh civitas akademika STT Telkom (alumni,
dosen. mahasiswa, dll).
Kalau Rektor IPB sudah berani membawa spanduk "WIRANTO ANAK NAKAL"
Kalau Nani Leksono sudah berani dengan susunya
Kalau Kawan putri mahasiswa IKIP sudah robek bibirnya oleh sangkur ABRI
Kalau 200-an Dosen UI mendukung reformasi
Kalau UTS di UI diundur karena reformasi
Kalau tutut dengan wartegnya
Kalau Soeharto dengan reformasi 2003-nya
Kalau Amin Rais dengan 6 bulannya
Kalau .... kalau .... kalau .... kalau ... kalau dan kalau
Ya kalau saja 20 Mei ini kita bisa berkumpul disini, dikampus ini ......
kami menunggu anda, 20 Mei.....
Aksi 20 Mei akan terus kami jalankan, tinggal anda bagaimaan?
Bebepa agenda kegiatan aksi reformasi yang berlangsung
1. Mulai 4 Mei 1998 yang lalu, digelar Fun's Socker Reformasi yang
diselenggarakan bersama dengan UKM Sepak Bola
2. Tiap Sabtu Malam Minggu diadakan diskusi reformasi. Kami undang
kawan-kawan diamanapun anda berada dan mempunyai waktu serta tidak
terganggu acara akhir minggunya, untuk datang ke acara tersebut.
Bertempat di Student Center (Gedung I) Jam 19.30 WIB. Mari kita bicara
bersama, mari kita tukar pikiran bersama, mari kita berdialog bersama
untuk satu tujuan kita bersama.
3. Aksi penggalangan Dana Reformasi. Untuk satu kegiatan ini, kami
ucapkan banyak terima kasih kepada beberapa rekan yang sudah ikut ambil
bagian.
***
Date: Thu, 7 May 1998 08:10:24 -0500
From: nasr jualan sate
Sender: <>
To:
DEKLARASI
MAHASISWA INDONESIA MESIR
Berdasarkan ketetapan Muker II Majlis Perwakilan
Anggota - Persatuan Pelajar
dan Mahasiswa Indonesia (MPA-PPMI)
No: SK 03/MPA-PPMI/III/V/1998
A Berdasarkan keprihatinan terhadap musibah yang menimpa
bangsa Indonesia akhir-akhir ini dan berlandaskan
nilai-nilai
moral yang telah diajarkan oleh agama sesuai dengan
ayat-ayat:
Al-Maidah ayat: 2, An-Nisa ayat: 58, Ali Imran ayat: 159,
As-Syura
ayat: 38
B Bahwa rasa nalionalisme diperlukan bagi setiap penduduk
bangsa
dan kedaulatan rakyat mutlak dipertahankan.
C Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan nilai yang paling
luhur
bagi segenap bangsa, maka dengan memohon ridla Allah SWT,
kami menyatakan:
1. Reformasi adalah kewajiban agama yang harus
diperjuangkan dan dilaksanakan secara serius.
Bersihkan praktek-praktek pemerintahan yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai agama.
2. Kedaulatan ditangan rakyat.
DPR/MPR adalah wakil rakyat bukan wakil penguasa
Laksanakan segala tuntutan rakyat.
3. Jabatan bukan kesempatan
Jabatan adalah amanat.
4. Buktikan ABRI adalah milik rakyat.
5. Menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu
mendukung perjuangan tuntutan reformasi.
6. Tingkatkan solidaritas dan kepedulian antar sesama.
Kairo, 3 Mei 1998
Atas nama mahasiswa Indonesia Mesir
Didik Lukman Hariri
Ketua MPA-PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia)
***
Date: Thu, 07 May 1998 21:51:41 +0700
From: "Infonesia (M Ilyas Thaha)"
To: [email protected]
Subject: Intel ketangkap di IKIP Jakarta
Saya tidak sengaja jalan ke kampus Ikip Jakarta Rawamangun, kebetulan
waktu itu ada demo mahasiswa biasa mengenai reformasi dll, namun saya
terkejut kenapa mahasiswa kok pada berkumpul di depan gedung rektorat
IKIP Rawamangun, saya sempatkan ke sana untuk mengetahui perihal apa
yang terjadi, awalnya ada pembawa acara melagukan salawat nabi, dan
diikuti oleh peserta lainnya (mahasiswa yang berkumpul). Menjelang
beberapa saat keluar seseorang didampingi oleh seorang dosen dari gedung
rektorat, ternyata dia adalah intel yang menyamar sebagai mahasiswa IKIP
Jakarta dan dia punya kartu mahasiswa berlaku sampai th 2000, sempat
mahasiswa bertanya kepadanya, kenapa anda mengintip kampus kami, orang
yang mengintip adalah pencuri dan pencuri harus diadili, apa maksud anda
mematai-matai kami ? dia jawab kami disuruh atasan kami dan kami
ditugasi untuk memantau situasi di Jakarta Timur. Mereka pun menanya
siapa atasan anda ? dia jawab seorang letjen di kodam (saya lupa
namanya). Memang dia punya surat tugas, membawa pestol dan ada
surat-suratnya, dan menyamar sebagai mahasiswa. Itulah sekilah
pengalaman saya di kampus IKIP Jakarta hari kamis tanggal 7 Mei 1998.
dan Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa saya pun tidak
sempat mengingatnya, lain kali saya tanya kepada seorang wartawan yang
sempat meliputnya terutama pers kampus di IKIP Jakarta sendiri mengenai
wawancara yang berlangsung sekitar 20 menit. Mahasiswa pun menuntut
pemalsuan kartu mahasiswa, bila tidak tuntas dipengadilan kodam
nantinya.
Jika tidak ada kejelasan selanjutnya, kami mahasiswa, melalui LBH,
Rektor akan menuntut Anda atas pemalsuan Kartu Mahasiswa, jelas
seseorang yang maju dihadapan mahasiswa lain dengan pengaras suaranya.
Merekapun bersorak .....!
ini saja lain kali saya sambung.
***
From: [email protected]
Date: Thu, 7 May 1998 11:31:33 -0400 (EDT)
To: [email protected]
Subject: KMPPRL: "Soeharto Harus Turun", Aksi UTB
KABAR DARI AKSI KEPRIHATIANAN
KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS TULANG BAWANG (UTB)
(Kamis,7 Mei 1998)
Aksi Mimbar Bebas Keluarga Mahasiswa UTB yang diseponsori oleh KMPPRL
dibuka pukul 16.05 di Lapangan UTB. 200 masa turun dalam aksi keprihatinan
ini yang terdiri selain dari Mahasiswa UTB juga ada turun dari KMPPRL.
Aksi Mimbar Bebas ini diisi oleh terikan yel-yel Perjuangan dan Tuntutan
dan juga ditampilkan beberapa orasi tentang kondisi bangsa Indonesia. Dan
juag ada nyanyian lagu-lagu perjuangan dan pembacaan puisi. Tuntutan Aksi
ini adalah: · Reformasi Ekonomi, Politik dan Hukum · Turunkan Soeharto,
karena Soeharto sebagai penyebab bobroknya perekonomian Indonesia. ·
Turunkan Harga, termasuk BBM · Golkar ikut bertanggung jawab atas segala
yang menimpa bangsa Indonesia. Aksi ditutup pukul 17.50 Dengan tertib
masa membubarkan diri. Sementara aparat yang terlihat · 1. Truk brimob ·
Tidak terhitung aparat yang berpakain preman
***
From: [email protected]
Date: Thu, 7 May 1998 11:26:10 -0400 (EDT)
To: [email protected]
Subject: KMPPRL: Lampung Tengah Aksi
Status: OR
KRONOLOGIS AKSI
KELUARGA MAHASISWA METRO
(Kamis, 7 Mei 1998)
Gelar mengelar aksi semakin meluas bukan hanya dihiruk pikuk kota besar,
Lampung yang merupakn kota terujung dari Sumatera selalu terus memberikan
sumbangan bagi terbentuknya pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab
dalam aksi-aksi untuk reformasi d an penurunan Soeharto. Unversitas
Mahammadiyah Metro (Lampung Tengah) saat ini kembali mengelar aksinya yang
didukung oleh beberapa perwakilan dari Kampus Unila, UBL dan A2L.Berikut
kronologi aksi yang sempat tercatat:
Pukul 9.00 Aksi Mimbar Bebas dibuka oleh Kolap di lapangan FKIP Univesitas
Muhamadiyah Metro. Seperti biasa diawali dengan yel-yel perjuang dan
tuntutan." Turunkan harga", Reformasi atau mati", "Turunkan Soeharto" dll.
Pukul 9.15 Orasi-orasi diberikan oleh peserta Aksi diantaranya oleh
mahasiswa dari Universitas Bandar Lampung (UBL), Universitas :Lampung, UMM
dan ada juga dari DPRD Tk II Lampung Tengah.
Pukul 10.20 Masa memanas dan ingin mengapresiasikan aksinya ke jalan raya.
Ada beberapa orasi yang disampaikan oleh para dosen UMM: · Ada orasi yang
diberikan oleh Dekan Fak. Teknik , Ir. Satori, yang berisikan tentang
penderitaan rakyat yang disebabkan oleh krisis ekonomi . Krisis yang
diakibatkan oleh rezim Orde Baru. Dan menurutnya rakyat berhak menuntut
haknya · Dekan Fak. Ekonomi, Drs. Ifan Sofian. Yang pada intinya sepakat
dengan aksi mahasiswa. · dan lain-lain
Pukul 10.52 Masa sudah siap turun kejalan untuk Long march ke DPRD
Tk II Lampung Tengah. Tapi Tidak jadi karena ada disamping ada aparat yang
menjaga dengan ketat juga ada beberapa dosen yang melarang.saat itu suasa
mejadi menegak karena keinginan massa untuk keluar tertahan.
Pukul 11.00 untuk menenagkan massa dinyanyikan lagu "Tepuk Tangan" yang
ingin reformasi tepuk tangan ....dst.
Pukul 11.05 Orasi dibarenge denga yel-yel dan ada juga pembacaan puisi dan
menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Pukul 11.15
Peserta Aksi menyanyikan lagu Indonesia Raya
Pukul 11.24 Ada lesehan Reformasi di gedung Fak. Ekonomi antara peserta
Aksi dan oras-orasi dari perwakilan mahasiswa se Lampung.
Pukul 11.32
Pembacaan Proklamasi II dari UKM
Pukul 11.41
Pembacaan puisi
Menyanyikan lagu Indonesia Milik Siapa
Berbalas Pantun
dan lain-lain
Pukul 11.50
Pementasan Teather dan diskusi
Pukul 12. 15
Do'a dan aksi pun ditutup
Adapun Tuntutan Aksi Keluarga Mahasiswa Metro pada intinya sama
dengan tuntutan yang lainnya;
· Reformasi Ekonomi dan Politik
· Turunkan Soeharto
· Turunkan Harga
· Turunkan BBM
*******************************