Megawati
Chairwoman
DPP PDI
(Perjuangan)
Jl. Diponegoro 58
Jakarta

Homepage (Websitus)

Megawati Soekarnoputri

| 'Berita-1' | 'Berita-2' | 'Berita-3' | 'Berita-4' | 'Berita-5' | 'Berita-6' |

Gejolak Masa


Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa Indonesia di Jerman
Koeln (AJInews, 4/5/98) : Puluhan mahasiswa Indonesia yang belajar di
berbagai kota di Jerman dan Belanda Minggu siang tanggal 3 Mei menggelar
aksi unjuk rasa di depan gedung katedral Dom yang terkenal di kota Koeln.
Mereka memprihatinkan krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan di
Tanah Air. Pemerintah Indonesia dianggap sangat lamban dibandingkan
pemerinah-pemerintah lain di Asia Tenggara yang telah sanggup menemukan
jalan keluar dari krisis serupa dengan melakukan reformasi politik dan
ekonomi.
Sejumlah poster di gelar untuk mengekpresikan keprihatinan atas krisis
di tanah air, beberapa mahasiswa membagi-bagikan pernyataan tertulisnya
kepada ratusan orang yang datang menyaksikan aksi itu. Para pengunjuk rasa
itu juga membacakan puisi, menyanyikan lagu Padamu Negeri, Maju Tak Gentar
serta membuat bunyi-bunyian dari alat musik yang mereka bawa.
Aksi itu dikoordinir oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman
yang berkedudukan di kota Hannover. Para mahasiswa Indonesia yang
berdemonstrasi itu berdatangan dari Hannover, Hamburg, Berlin, Dortmund,
Koeln dan Stuttgart. Hadir pula aktivis Indonesia Pius Lustrilang, Hendrick
Dickson Sirait dan Yeni Rosa Damayanti.
PPI Jerman mengajukan 3 seruan kepada pemerintah Jerman yakni pertama,
menempatkan HAM sebagai syarat penyaluran bantuan dana dan bantuan teknis
kepada pemerintah Indonesia, kedua menuntut penjelasan tentang kasus
hilangnya sejumlah aktifis serta penangkapan illegal, ketiga mendukung
gerakan pro-demokrasi di Indonesia bagi suksesi demi lancarnya reformasi
politik yang menjamin kepastian hukum, kebebasan berpendapat, berserikat
serta terwujudnya pers yang independen.
Dalam pernyataan pers tertulis yang disebarkan mereka menyatakan bahwa
krisis ekonomi berkepanjangan yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia
saat ini terutama disebabkan oleh sistem dan praktek politik yang
memungkinkan monopoli kekuasaan berada di satu tangan. Sementara
negara-negara Asia lain yang dilanda krisis mulai bangkit kembali dengan
melakukan berbagai reformasi politik dan ekonomi. Mereka mempertanyakan
keseriusan upaya-upaya pimpinan nasional dalam mengubah praktek-praktek
politik dan ekonomi yang membuahkan nepotisme, korupsi dan kolusi selama
tiga generasi terakhir.
Hal inilah yang menyebabkan semakin hilangnya kepercayaan rakyat banyak
terhadap pimpinan nasional, sekaligus makin gencarnya tuntutan suksesi.
.Para mahasiswa juga memprihatinkan sikap keras aparat keamanan di tanah
air yang dianggap brutal dan tak terkendali dalam menghadapi gerakan
reformasi. Tuntutan-tuntutan perubahan dan reformasi dijawab dengan
pentungan, gas air mata, aksi penangkapan ilegal, penculikan dan penyiksaan
Bantuan-bantuan dari luar negeri kepada pemerintah Soeharto ternyata tidak
meringankan kesengsaraan rakyat, bahkan memperpanjang daftar korban
kekerasan-kekerasan politik.Karena itu PPI berpendapat bahwa reformasi
politik
yang segera dan mendasar hanya dapat dilakukan melalui suksesi . Mereka
menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia di luar negeri dan di Tanah
Air, khususnya kalangan mahasiswa dan intelektual, untuk secara damai dan
beradab menggalang solidaritas dan kekuatan agar kekalutan politik dan
ekonomi yang menyengsarakan rakyat Indonesia dapat segera diakhiri.
Demikian pula segala bentuk praktek-praktek kekerasan politik, intimidasi,
teror, penculikan, penyiksaan, ancaman bunuh dll.
---------------------------
Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman
Pernyataan Pers Aksi Demo, Minggu, 03 Mei 1998 di Koeln:
"Kepemimpinan Nasional adalah Masalah Utama Indonesia"
Krisis ekonomi berkepanjangan yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia
saat ini terutama disebabkan oleh sistem dan praktek politik yang
memungkinkan monopoli kekuasaan berada di satu tangan. Sementara
negara-negara Asia lain yang dilanda krisis mulai bangkit kembali dengan
melakukan berbagai reformasi politik dan ekonomi, pimpinan nasional
presiden Suharto tampaknya tidak bermaksud mengubah praktek-praktek politik
dan ekonomi yang membuahkan nepotisme, korupsi dan kolusi selama tiga
generasi.
Hal inilah yang menyebabkan semakin hilangnya kepercayaan rakyat banyak
terhadap pimpinan nasional, sekaligus makin gencarnya tuntutan penurunan
Suharto. Menghadapi gerakan reformasi, aksi-aksi aparat keamanan yang
membela kepentingan Suharto, semakin brutal dan tak terkendali.
Tuntutan-tuntutan perubahan dan reformasi dijawab dengan pentungan, gas air
mata, aksi penangkapan ilegal, penculikan dan penyiksaan, hanya untuk
mempertahankan hak-hak istimewa yang menjadi sumber kekayaan keluarga serta
lingkaran kerabat dekat.
Bantuan-bantuan dari luar negeri yang diberikan kepada pemerintahan Suharto
ternyata tidak meringankan kesengsaraan rakyat, bahkan memperpanjang daftar
korban kekerasan-kekerasan politik.
Karena itu Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman berpendapat bahwa
reformasi politik yang segera dan mendasar hanya dapat dilakukan melalui
penggantian pimpinan nasional. PPI menyerukan kepada seluruh masyarakat
Indonesia di luar negeri dan di Tanah Air, khususnya kalangan mahasiswa dan
intelektual, untuk secara damai dan beradab menggalang solidaritas dan
kekuatan agar kekalutan politik dan ekonomi yang menyengsarakan rakyat
Indonesia dapat segera diakhiri. Demikian pula segala bentuk
praktek-praktek kekerasan politik, intimidasi, teror, penculikan,
penyiksaan, ancaman bunuh dll.
PPI menyerukan kepada pemerintah Jerman agar:
- Mengaitkan penegakkan hak-hak asasi manusia sebagai syarat pemberian
kredit maupun bantuan teknis kepada pemerintah Indonesia;
- Menuntut penjelasan dari pemerintah Indonesia tentang kasus orang-orang
hilang dan penangkapan-penangkapan ilegal;
- Mendukung gerakan pro-reformasi di Indonesia yang menuntut penggantian
pimpinan nasional demi lancarnya reformasi politik yang menjamin kepastian
hukum, kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat dan pers independen.
Sender:
Precedence: bulk

***************************************

INDONESIA DIGUNCANG DEMO: Di JAKARTA 6 MAHASISWA TERTEMBAK DAN 40 DIRAWAT DI
RUMAH SAKIT
JAKARTA (SiaR, 3/5/98), Aksi mahasiswa menuntut turunnya Soeharto
terjadi secara serentak di beberapa wilayah di Indonesia dalam rangka memperi-
ngati hari Pendidikan Nasional pada Sabtu (2/5) kemarin.
Di sejumlah tempat di Jakarta dan Medan, aksi mahasiswa dihadapi dengan
kekerasan oleh aparat keamanan. Di Jakarta, dalam aksi di Kampus IKIP Jakarta
enam mahasiswa luka-luka serius akibat tembakan, sementara sedikitnya 40
mahasiswa mendapat perawatan di rumah sakit. Belasan lainnya dinyatakan hilang.
Di Medan puluhan orang luka-luka, sebuah showroom mobil dan sebuah
mobil dibakar, puluhan mobil dirusak, delapan mahasiswa ditangkap. Kampus
Universitas HKBP Nonmensen diliburkan selama seminggu terhitung mulai Senin
(4/5).
Aksi serempak mahasiswa Indonesia Sabtu itu terjadi di sejumlah kota
seperti di Ujung Pandang, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Malang, Palembang dan
Purwokerto. Sebagian dari mereka hanya mengadakan mimbar bebas di kampus-
kampus, namun sebagian yang lain nekad turun ke jalan. Sedangkan di Jakarta
sendiri aksi mahasiswa meledak di enam tempat. Antara lain di Rawamangun,
Salemba, Matraman, Cempaka Putih, Ciputat dan Srengseng.
AKSI DI RAWAMANGUN
Di Jakarta tindak kekerasan aparat keamanan terhadap aksi mahasiswa
terjadi di Jl Pemuda dekat IKIP Rawamangun. Peristiwa di Jl Pemuda terjadi
ketika massa terpancing keluar dan berjalan sekitar 300 meter dari Kampus IKIP
hendak berjalan kaki ke arah Kampus Universitas Jakarta. Saat itu lah tiba-tiba
ratusan personil ABRI menyerang massa mahasiswa yang berjumlah sekitar 800
orang. Aparat keamanan mengobrak-abrik barisan secara brutal. Mereka mengguna-
kan pentungan, semprotan gas air mata, popor senapan, tinju, tendangan dan
pisau komando, bahkan terdengar suara tembakan selama sekitar 10 menit ke arah
massa.
Walau pun massa yang tidak melakukan perlawanan berlarian tunggang
langgang, aparat keamanan terus mengejar hingga ratusan meter jauhnya. Ratusan
mahasiswa. Dua mahasiswi luka-luka serius pada perutnya lantaran ditembak
dengan peluru karet dari jarak dekat. Sedangkan puluhan mahasiswa yang tidak
bisa lari cepat terkena pentungan yang dilengkapi kejutan listrik, sebagian
lagi perutnya robek akibat terkena tikaman sangkur bahkan ada enam mahasiswa
yang luka-luka parah terkena peluru karet di bagian kepalanya.
Data terakhir yang masuk ke Redaksi SiaR sampai Minggu (3/5) pagi
menyebutkan bahwa enam mahasiswa terkena peluru karet yaitu Feri (STNT
Trisakti), Aria Dewanto (STF Driyarkara), Aswin (Universitas Ibnu Chaldun) Yeni
Yuniani, Rina dan Atien (IKIP). Sedangkan 40 mahasiswa lainnya dirawat di rumah
sakit terdekat lantaran luka-luka.
Dalam bentrokan ini, Tutan Mohtar, seorang wartawan foto majalah SINAR
digebuki aparat dan kameranya akan dirampas lantaran ia memotret peristiwa
kekerasan terhadap mahasiswa itu. Tutan waktu itu sudah mkenyatakan dirinya
wartawan dan sudah menunjukkan kartu identitas, tapi aparat tetap menggebuki-
nya.
Wartawan Financial Times juga mengalami kekerasan. Kamera dan hand-
phone-nya diambil secara paksa oleh aparat keamanan yang tampaknya tak mau
memahami kerja profesional seorang wartawan.
DI MATRAMAN
Di Kampus ABA-ABI di Jl Matraman Raya juga terjadi bentrok tak seimbang
antara ABRI dan mahasiswa. Semula ratusan mahasiswa dari beberapa perguruan
tinggi yang berkumpul di Kampus ABA-ABI itu akan berjalan kaki menuju Kampus UI
Salemba. Belum sempat memasuki jalan, massa dihadang pasukan Brimob dengan
bersenjata pentungan dan gas air mata. Bentrokan terjadi berkali-kali.
Dalam bentrokan pagi itu sedikiutnya empat orang luka-luka dan polisi
kehilangan 1 pentungan rotan, satu helm dan satu tameng. Tak lama kemudian
ratusan mahasiswa berdatangan dan tiba-tiba menggelar spanduk panjang di
bulevard Salemba Raya. Kehadiran ratusan mahasiswa dari Universitas Attahiriyah
yang sebelumnya mengadakan aksi di kampus mereka di Tebet dan Sekolah Tinggi
Teknologi Jakarta dan UKI menjadikan aparat terpecah kosentrasinya.
Tak lama kemudian sepasukan PHH dan Brimob yang sebelumnya ikut memblo-
kir kampus ABA-ABI langsung membubarkan dan memburu massa. Situasi massa
menjadi kocar-kacir dan digiring meninggalkan jalan Matraman Raya.
Setelah berhasil mengusir massa yang berada di tengah jalan, polisi
berusaha memancing mahasiswa keluar dari ABA-ABI. Kapten (pol) Nursal yang
tampaknya selalu memberikan perintah kepada jajaran polisi secara kasar dan
kata-kata kotor bahkan memancing mahasiswa agar keluar dari kampus. Selain
meneriakkan dan mengacungkan kepalan tangan yang bisa mengasosikan orang pada
alat kelamin, ia juga membuang sejumlah bunga yang disematkan mahasiswa di saku
anak buahnya. Namun, mahasiswa yang tahu akan dijebak tetap bertahan di dalam
kampus.
Dari percakapan pimpinan ABRI di lokasi itu, jika mahasiswa tidak
mengembalikan peralatan mereka, maka aparat akan mendobrak masuk dan menghabisi
mahasiswa.
Baru sekitar pukul 15.00 wib dicapai kesepakatan antara lain semua
perlengkapan militer yang dibawa mahasiswa dikembalikan dan mahasiswa boleh
kembali asal jaket almamaternya dicopot.
DI SALEMBA
Sekitar 3.500 mahasiswa dari berebagai kampus di Jakarta tumplek di UI
Salemba sejak pk 10.00 wib. Mereka menggelar mimbar bebas dengan menghadirkan
Prof DR Selo Sumardjan sebagai orator. Mahasiswa dari IKJ menggelar happening
art dengan menggambarkan pembododohan dan aksi kekerasan yang dilakukan aparat
keamanan dan birokrasi serta pembungkaman mahasiswa dan pelajar.
Sejumlah sarjana juga bergabung dan memproklamirkan berdirinya Ikatan
Sarjana Jakarta (ISJ). Dalam tuntutan yang dibacakan, juru bicara ISJ meminta
agar MPR segera mengadakan sidang istimewa untuk meminta pertanggungjawaban
Soeharto.
Massa menyanyikan berbagai lagu yang menuntut segera diadakannya refor-
masi. Mereka juga mempelesetkan lagu "Potong Bebek" menjadi "Potong Soeharto".
Beberapa kali terjadi bentrokan kecil akibat sejumlah mahasiswa mencoba nekad
keluar dari kampus untuk memberikan pertolongan kepada teman-teman mereka yang
jadi korban kekerasan di Kampus IKIP Jakarta dan ABA-ABI.
Lalu lintas macet total. Beberapa ruas jalan ke arah Jl Pemuda dan
Matraman dialihkan ke beberapa jalan kecil. Aparat keamanan menjaga Kampus UI
secara berlapis-lapis. Dua kendaraan meriam air diparkir di sebalah kiri dan
kanan jalan keluar dari Kampus UI.
DI CEMPAKA PUTIH
Bentrokan kecil juga terjadi di kawasan Cempaka Putih, tepatnya Jl
Letjen Suprapto. Ratusan mahasiwa Universitas Yarsi, STMI dan Universitas
Muhamadiyah berencana mengadakan long march ke UI Salemba. Tapi belum sempat
beranjak jauh dari depan kampus, massa dihalau masuk dengan kasar oleh aparat
keamanan.
DI CIPUTAT
Begitu juga di kawasan Jakarta Selatan bentrokan terjadi juga di Kampus
Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Rubuan massa dari berbagai perguruan
tinggi di wilayah Ciputa itu berarak mulai dari terminal Lebak Bulus sepanjang
2 km melintasi Jalan Raya Ciputat. Tapi tiba di depan kampus UMJ, aparat
keamanan membelokkan massa ke kampus tersebut. Tapi ketika massa akan keluar
lagi dari kampus UMJ, aparat mencegahnya sehingga terjadi aksi dorong- mendo-
rong. Karena semakin kewalahan, akhirnya aparat keamanan menyemprotkan gas
air mata yang memaksa mahasiswa mundur.
DI SRENGSENG
Di Kawasan Srengseng sawah, sekitar 5 ribu mahasiswa dari Akademi Pim-
pinan Perusahaan, Universitas Pancasila, Institut Sains dan Teknologi Nasio-
nal, Universitas Jayabaya, Insitut Ilmu Sosial Ilmu Politik, dan Universitas
Nasional berbaur dalam barisan long march sejauh satu kilometer. Mereka beren-
cana melakukan long march menuju kampus UI tapi terhadang oleh pagar betis apa-
rat keamanan dari satuan Brimob Polda dan PHH Kodam.***
Sender:
Precedence: bulk

**************************************

To:
From: Gerakan Sarjana Jakarta <>
Subject: [GSJ] DEKLARASI GERAKAN SARJANA JAKARTA
Date: 3 May 1998 00:08:50 +0700

DEKLARASI PENDIRIAN GERAKAN SARJANA JAKARTA

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,

Kami menyadari sedalam-dalamnya
Bahwa perjuangan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis,
adil, makmur, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia berdasarkan Pancasila
adalah tanggungjawab segenap rakyat Indonesia.

Bahwa sarjana sebagai bagian rakyat Indonesia yang beruntung mendapat
kesempatan menikmati pendidikan tinggi turut bertanggungjawab mewujudkan
cita-cita seluruh rakyat Indonesia seperti yang dicetuskan para pendiri
republik ini, yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

Bahwa rejim Orde Baru telah menyeleweng dari Pancasila dan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 dengan melakukan
praktek-praktek korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), monopoli, dan pelanggaran
atas hak asasi manusia yang seluruhnya menyebabkan pembodohan dan pemiskinan
rakyat Indonesia secara terstruktur sehingga menjerumuskan bangsa Indonesia
dalam penderitaan yang berkepanjangan.

Karena itu, kami sarjana yang berdomisili di wilayah Jakarta dengan
kesadaran sedalam-dalamnya dan didorong oleh keinginan luhur membentuk
Gerakan Sarjana
Jakarta (GSJ) sebagai wadah untuk turut serta secara aktif dalam usaha-usaha
mewujudkan reformasi Indonesia.

Jakarta, 2 Mei 1998

Gerakan Sarjana Jakarta

Korespondensi:


From: "Sarko Bin" <>
To:
Subject: Indonesia Raya2
Date: Sun, 03 May 1998 09:14:58 PDT

Kepada: "tahir mustakim" dan "apakabar"

BAB 1.
PENDAHULUAN

Tulisan Bung tentang "Keruntuhan rezim Suharto" Date: Sun, 19 Apr 1998
08:59:38 PDT di apakabar saya setuju sepenuhnya, sangat menggugah kalbu.
Lihatlah beberapa hari ini sudah terbukti beberapa nomor. (Bahkan
baru-baru ini Menteri Sosial kita dengan zalimnya sudah menambahkan satu
lagi jurus penghalang gerakan mahasiswa: akan membagi-bagi uang SPP bagi
mahasiswa yang 'dipandang tak mampu'. Saya harapkan mahasiswa langsung
antri menerima uang itu dengan terbongkok-bongkok, kemudian atau
lemparkan kekepalanya atau langsung bagikan ke rakyat sepanjang jalan
yang kelaparan). Lepas dari itu, izinkan saya mengembangkan lebih lanjut
skenario Bung, dengan melihatnya begini:
Bung mulai dengan nomor satu:
1. Demo mahasiswa sebagai kekuatan moral akan terus berlanjut.
2. Upaya penghambatan oleh penguasa terus berlanjut, baik secara tidak
langsung maupun langsung, upaya-upaya tersebut akan terjadi dalam
bentuk-bentuk: ajakkan berdialog, ajakkan kembali belajar, issue
dibiayai pihak tertentu, tuduhan ditunggangi PRD, tuduhan
inkonsitusional, dsb.
...........................dst
...........................dst
34. Situasi sudah sedemikian buruknya, rakyat juga sudah capek, yang
penting ada perbaikkan, tidak permasalahkan lagi kucing putih atau
kucing hitam, pokoknya perekonomian cepat pulih, tidak ada jalan lain,
pemerintah baru harus menerimanya.
35. Perekonomian baru mulai menunjukkan titik balik menuju perbaikkan.
Bung selesai di situ. Nah, izinkan saya lengkapi. Setelah pemerintah
Bung itu agak mapan sedikit, berikutnya adalah:
36. Jebulnya ternyata ada Orang Zalim baru, didukung penjilat dan
Lapisan Elite Zalim baru.
37. Satu juta orang Indonesia kaya raya tak ketulungan, dua ratus
sembilan puluh sembilan juta kembali jadi kuli dengan penghasilan di
bawah garis kemiskinan.
38. A Nation of Coolies and A Coolie among Nations memelaskan hati
seluruh dunia; para patriot bangkit.
39. Kembali ke 1.

Ini tahun 1998, siklus Bung itu sudah beberapa kali terjadi selama
sembilan puluh tahun ini, rata-rata setiap generasi sekali, tinggal
ganti-mengganti nama sebenarnya Orang Zalim dan Lapisan Elite Zalim
saja. Katakanlah dimulai pada Tahun 1908 (20 Mei, sebentar lagi tentu
diperingati besar-besaran dengan kepeloporan Golkar atas nama Hari
Kebangkitan Nasional). Maaf ya, kalau kali ini upaya mahasiswa hanya
akan menambah jumlah siklus saja, saya nggak ikutan deh.
Republik-republik Pisang Amerika Latin saja sudah mulai sembuh dari
siklus kudetajenderal-kelompokkaya-kudetajenderal. Masakan Indonesia
baru akan menirunya tahun ini, dan menjadikan dirinya musium hidup
tontonan turis dari Hotel di Bulan, kelak di seluruh Abad 21?

Soal pokoknya adalah Kezaliman di mana-mana, tiadanya Keadilan, sampai
pada suatu saat sebagian besar rakyat yang sudah tak punya apa-apa sadar
diperas melulu. Kemudian bangkit dan berontak, selalu dipelopori
Mahasiswa dan Pemuda. Menuntut Kebebasan Berserikat kah (1908),
Menggalang Jati-Diri kah (1928), Memproklamasikan Kemerdekaan Negara kah
(1945), Kembali Punya Tuhan kah (1966), Menuntut Sedikit Udara Bersih di
Antara Yang Pengap kah cq Boleh Ikutan Sedikit Mengganjal Perut dari
Hasil Bumi Kaya Raya Loh Jinawi Ini kah (1998?). Setiap siklus hasilnya
sama saja, suatu Orang Zalim baru dan Lapisan Elite Zalim Baru yang akan
tetap buta-tuli terhadap pelajaran sejarah. Jangan lupa, di antara
1966-1998 perlu disisipkan 1974, 1978, 1983, 1996, artinya dalam masa
rezim Soeharto frekwensi perlawanan sebenarnya lebih kerap, sudah
intra-generational bukan inter-generational lagi. Cuma karena
pemenangnya yang keluar itu-itu juga, tidak aci dihitung. Di sini
kehebatan Soeharto; hanya dengan satu jurus, stabilitas, semua
terbungkamkan. Akhirnya tangan Tuhan juga yang turun, yaitu pada Juli
1997. Melihat begitu, siapa bisa menjamin setelah tiga tahun Amien Rais
Bung jadikan Presiden Republik Indonesia beliau tidak nantinya terbentuk
menjadi Khalifah Utsmani?

Soal pokoknya ada pada diri kita sendiri Bung, kita yang menjadikan Bung
Karno begitu, Bapak Suharto begitu. Jumlah pendukung itu di antara
ratusan juta rakyat, berbanding lurus dengan tingkat kebodohan
masyarakat. Rakyat Indonesia sadarlah, you get the government you
deserve! Kalau watakmu satu persatu memang zalim, suka unjuk tongkrongan
hanya kepada yang lemah, tak bermartabat sehingga tak malu menjilat ke
atas, otak sendiri tak pernah dipakai; yah, orang paling begitu di
antaramulah yang akan engkau anggap Paling, dan kau jadikan Penghulu.
Oh, karena sudah terbiasa, 350 tahun dijajah katamu? Seorang failasuf
Aljazair bilang, memang kolonialisme sangat menghinakan martabat
kemanusiaan, tapi kok ya mau di'colonize': Anda punya sesuatu tingkat
"colonizability" 'ngkali ya? Nah, yang 350 tahun itu kan Jawa cq
Batavia. Yogya masih ada Diponegoro sampai 1830, jadi 'hanya' 115 tahun
dicengkeram. Aceh sampai 1908 masih berperang melawan Belanda. Orang
Badui bahkan tak pernah dijajah siapapun atau apapun, hatta miniskirt
dan MacDonald sekalipun! Kita dizalimi sudah 30 tahun, mestinya karena
rata-rata kita memang mengagumi kezaliman!! Oh, betapa banggaku 'dekat'
dengan pejabat, maka perlu lebih pemeras kepada yang tak kenal. Aku
sekretaresse bule lho, harus lebih memandang rendah kepada si sawo
matang kampungan. Aku 'anggota', beraninya kamu kondektur KA minta
karcis? Aku Satpam, eh kamu jualan rokok pigi sana!! Aku Mikrolet
angkutan umum, jadi ngetem di mana saja, khususnya perapatan yang ramai.
Tapi: oh Bapak rawuh, mari tas jinjingnya kulo badeaken. You stupid
bitch; yes Sir, Oke Mister, more coffee yess, need me plisss. Sersan
bertitah, Siap sersan, Laksanakan. Bapak Menteri, kami Sekjen mohon
perkenan dapat kiranya sudi apalah maaf menganggu bolehkah jika
diizinkan sudi Bapak membaca konsep departemen ini...(Kayak jaman
Amangkurat III aja.....)

Karena itu, kali ini kita, Bung dan mahasiswa, dan siapa saja yang
memiliki Republik ini, harusnya bersatu padu MEMATAHKAN SIKLUS
KEZALIMAN, MENEGAKKAN KEADILAN. Kristalisasikan semua tuntutan 1998 ke
arah sasaran-sasaran jelas demi menghancurkan kezaliman masa kini;
termasuk yang di diri kita masing-masing. Untuk itu saya ada semacam
usulan, gerakan moral, people power, yang mendasar dan akan langgeng
hasilnya, Insya Allah. Namakanlah Gerakan Indonesia Raya Anti Kezaliman,
GIRAK, atau apa saja. Mari berdiskusi.

Dt Kotopanjang

BAB 2.
(Isi dan Susunan silahkan ubah sesuai pandangan tiap pembaca)

Gerakan Indonesia Raya Anti Kezaliman
(GIRAK)

[Zalim = meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya], sebagai lawan dari
[Adil = meletakkan sesuatu pada tempatnya.]

SATU Tujuan:
Indonesia Raya yang bebas dari segala bentuk keZaliman, berkembang
keAdilan, membangun menurut Alur dan Patut.
TUJUH Program Aksi:
1. Hentikan kezaliman Harta dan Uang
2. Adilkan cara berkegiatan Usaha
3. Boikot semua produk hasil kezaliman
4. Cerdaskan rakyat (khususnya tentang makna Zalim dan Adil)
5. Adilkan sistem politik
6. Adilkan sistem ekonomi
7. Adilkan sistem hukum
DELAPAN Sasaran:
1. Pengusaha Cendana
2. Pengusaha Kroni Cendana
3. Pembeli Jabatan Negara
4. Kezaliman sistem/oknum Polisi dan Tentara
5. Kezaliman di Rumah dan di Kampung
6. Kezaliman di Sekolah
7. Kezaliman di Tempat Kerja
8. Kezaliman di Jalan
EMPAT Kekuatan:
1. Yang Terpelajar: Mahasiswa, Guru, Ulama, Sarjana, Professional dan
semacamnya
2. Yang Fisik: Polisi, Tentara, Hartawan
3. Yang Bertenaga: Pekerja, Petani, Buruh, Nelayan, Pegawai pada umumnya
4. Yang Dilindungi: Perempuan, Anak-anak, Kaum Dhuafa, Orang Bodoh
LIMA Nilai Azasi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kerakyatan
3. Persatuan Indonesia
4. Perikemanusiaan
5. Keadilan Sosial.

Dt Kotopanjang

BAB 3.
LANDASAN KEYAKINAN

Kata guru saya, Zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Manusia cenderung ke sana karena penggerak kegiatan adalah nafsunya. Dan
kalau nafsu tak tertahan-tahan, manusia lantas bertindak semaunya,
cenderung memuaskan hawa nafsu dengan segala jalan. Karena itu orang
Islam sekurangnya 17 kali sehari meminta pertolongan Allah dihindarkan
dari jalan orang sesat itu (dalam surah Al Fatihah). Bapak Soeharto kini
sesat (saya berlindung kepada Allah dari penyebaran fitnah dan
gunjingan), mulanya karena nafsu berkuasa kemudian nafsu berharta dan
berturangga (tentang nafsu akan wanitanya saya tak tahu, kecuali
pengaruh isteri dan anak yang memang wanita; juga tentang nafsu
berkukilo/burung/ waktu luang/santai setahu saya hanya golf dengan Bob
Hasan dan memancing dengan BJ Habibie). Kemudian tiga-tiganya di dalam
dirinya tak terkendali lagi; dikipas dan ditunjang oleh Elite yang
dibentuknya dengan sengaja, yang mabuk nikmat pertama kali karena tak
pernah mencicipi emas sebelumnya. Timbullah lapisan Elite kita yang
OKB-minded, tidak sebenarnya bangsawan hati, bukan pula hartawan betulan
karena nuraninya berkata inipun harta lewat jadi pakai saja
habis-habisan, yang tak perlupun dibeli juga, anak biarlah bodoh asal
menunggang Ferrari. Sekarang kuasa, harta, dan turangga diyakininya
sudah begitu jalin-menjalin, hilang satu bisa hilang semua. Sesuai pula
dengan globalisasi, menangnya kapitalisme Amerika Yahudi atas dasar riba
uang sebagai komoditi, disimpulkannya Uang dapat menyelesaikan
segala-galanya, orangpun dapat dibeli. Maka jalannya semakin sesat,
kezalimannya menjadi-jadi.

Lawan kata Zalim adalah Adil, yaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Kekuasaan itu untuk mengabdi (menjadi pelayan) kepada sebanyak mungkin
manusia. Harta itu untuk penolong bagi pemeliharaan ketaqwaan kepada
Allah (menurut salah satu Hadis). Turangga itu agar lekas selesai
pekerjaan. Perempuan itu untuk menjadi Ibu Bangsa, penentu watak
generasi mendatang, surga di bawah telapak kaki Ibu. Kukilo agar ada
waktu perenungan, menilik hati sanubari, meneliti hakekat segala.
Kekuasaan diperoleh karena kepercayaan dari yang dikuasai. Harta
diperoleh karena cucuran keringat, selain itu haram; atau martabatmu
hanya sekelas peminta-minta. Turangga diperoleh karena diperlukan dalam
bekerja. Perempuan karena suka sama suka. Kukilo karena efisien bekerja.
Hubungan antara kelimanya tidak ada sama sekali, kecuali semuanya adalah
rezeki dan nikmat dari Allah. Agama dan Akal membuktikan hal ini.
Sebagai rezeki tiap-tiapnya harus disyukuri per se, kalau tidak itu
namanya syirik. Masa iya berani mengatakan, saya dapat perempuan itu
karena saya Menteri? Atau, harta saya didatangkan burung peliharaan di
rumah? Atau, saya berkuasa di asrama ini berkat isteri saya? Atau, saya
jadi Bupati karena membayar 1 milyar? Statistik menunjukkan betapa
banyak orang berkuasa tak berharta; orang berharta tapi tak berkuasa;
perempuan cantik suaminya miskin; tempat bekerja jauh, sepeda saja tak
punya. Yang maunya mengait-ngaitkan itu semua (biasanya bermuara pada
harta yang dianggap jadi sumber yang lain-lainnya) hanyalah orang zalim.
Atau sistem "pursuit of happiness"nya kapitalisme Amerika (if you are so
smart why ain't you rich?)

Saya pernah baca seorang sufi mengatakan sifat Adil adalah yang paling
dekat kepada Taqwa. Berikut ini saya rumuskan selengkapnya (dengan
nambah-nambah sendiri):
Yang paling dekat kepada Tuhan ialah Taqwa
Yang paling dekat kepada Taqwa ialah Adil
Yang paling dekat kepada Adil ialah Jujur
Yang paling dekat kepada Jujur ialah Ilmu Pengetahuan ('Ilm)
Yang paling dekat kepada Ilmu Pengetahuan ialah Membaca ('Iqra)

Kebalikannya tentulah benar pula. Maka mengertilah Bung kenapa orang
yang tak Membaca (kitab, alam sekitar, atau penderitaan rakyat), akan
jauh dari ilmu pengetahuan, lambat laun tersingkap kebodohannya; karena
tak berilmu maka jauh dari jujur sehingga semakin tak dipercaya orang
atau IMF; karena tak jujur menjadi tega berbuat tidak adil alias zalim;
yang hanya membuktikan tiadanya ketakwaan seakan-akan hanya manusia yang
perlu diperhitungkan; akhirnya jauh dari Tuhan dan turunlah segala macam
azabNya yang sekonyong-konyong. Kejadian bulan Juli 1997 adalah turunnya
'Tangan Tuhan'.

Dari dua buah Hadis Nabi, terkutip dari buku Dr Muhammad Faiz Almath
terj. A Aziz Salim Basyarahil, 1100 Hadis Terpilih: sinar ajaran
Muhammad, cet. 7, Gema Insani Press, Jakarta: 1994.

1. Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas
perbuatan dosa menurut kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran
waktu dan penangguhan tempo belaka. Kemudian Rasulullah Saw membaca
firman Allah Swt dalam surat Al An'am ayat 44: "Maka tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam
berputus asa."

2. Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara. Kalau aku (Rasulullah
Saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu
mengalaminya. (1) Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan
terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum
pernah menimpa orang-orang terdahulu. (2) Jika suatu kaum menolak
mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau
bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan
sama sekali. (3) Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka
Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan
kezaliman penguasa. (4) Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum
yang bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka
untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. (5) Jika mereka
menyia-nyiakan Kitabullah dan sunnah Nabi maka Allah menjadikan
permusuhan di antara mereka.
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Dt Kotopanjang

BAB 4.
LANDASAN OPERASIONAL

Garis Perjuangan, dan Pekik Perjuangan yang harus diambil sudah tampak
dengan jelas dan sederhana. SETIAP RAKYAT INDONESIA BERLAKULAH ADIL!!!!
Konsekwensinya, kita nyatakan siapa yang tak mau berlaku adil bukan
Warganegara Republik Indonesia. Silahkan tinggalkan negeri ini: mau
kehendak sendiri, atau dipaksa? Tiap kita mulailah berbuat Adil, hari
ini, esok, dan seterusnya; berantas segala perbuatan zalim. Pertempuran
kelak hanya akan antara dua golongan Manusia: Yang Adil melawan Yang
Zalim. (Selintas lalu: Yang Adil tentu punya Ratu Adil, Yang Zalim punya
Sang Raja Zalim).

Mari periksa fakta sosiologi-antropologi kita, dan Undang-undang negeri
kita. Katakan, yang menonjol di sini adalah KEBERSAMAAN dan PATUH KEPADA
PEMIMPIN. Meskipun untuk yang kedua itu perlu dicatat koreksi orang
Minang/Melayu: "raja adil raja disembah, raja tak adil raja disanggah
..."

Nah, dari sikap batin Bangsa itu kita ketahui sumbernya segala sikap
harian: ABS; pejah gesang nderek si Anu; jangan ganggu Bapak yang sudah
dipilih wakil-wakil kalian sendiri; itu sudah petunjuk Bapak; mohon
petunjuk Bapak (dari butir-butir IMF sampai ke warna corak seragam
pakaian untuk Upacara Sunatan X). Bagaimana tak pusing jadi Pemimpin
bangsa beginian. Satu-persatu sub-pimpinan, sub-sub-pimpinan,
sub-sub-sub pimpinan TIDAK ADA YANG JANTAN BERTANGGUNG-JAWAB atas
perbuatannya, semua di"persembahkan" ke Pemimpin Tertinggi. Memberi
jalan mulus bagi Strategi Tunggal Soeharto: OK, mau kalian begitu, aku
juga akan BERTANGGUNG-JAWAB ATAS YANG BAIK-BAIK SAJA dan meminta
TANGGUNG-JAWAB YANG MEMILIHKU UNTUK YANG JELEK-JELEK. Sangat manusiawi
Indonesiawi bukan? Cocok dengan kelakuan sehari-hari Anda hai Gubernur,
Walikota, Bupati, Jenderal, Menteri, Camat, Lurah, Agen Polisi, Satpam,
Dosen Diktat&Proyek, Kepala Dinas DKI, Ketua Kadin, Konglomerat, Kepala
Bulog, Pemakan Hutan, Suami Pemalas, Isteri Sinting, Remaja Tripping,
Mahasiswa Aspal, dan 'Kang Parkir.

Bangsa ini nyatanya memang hanya sekumpulan hewan herbivora, asal cukup
makan diam. Pertempuran kekuasaan Pimpinan hanya antara si kuat, rakyat
'mah gimana Abah aja ..... Inilah sesuai norma-norma kesopanan Bangsa
Timur, konstitusional, mangayu-bagya tradisi leluhur, mikul duwur
mendhem jero, Negara adalah Ketoprak, MPR/DPR mengalahkan Srimulat
...(Saking geramnya, rasanya kalau bisa Bung Karno, Bung Hatta, Bung
Syahrir, Bung Ali Sastroamidjojo, Bung Natsir itu akan balik dari kubur
untuk mengajar kembali bangsa ini apa maksudnya Merdeka 17.8.1945 dan
memilih bentuk REPUBLIK. Bung Tomo akan menggebrak meja bilang maksud
kami MERDEKA ATAU MATI itu adalah Meletakkan TANGGUNG JAWAB Atas Nasib
Bangsa Sendiri DI TANGAN SENDIRI!!!!).

Singkat kata, kita bisa 'tersrimpung' tak maju-maju oleh karena sikap
batin, jati-diri kita sendiri yang bernama KEBERSAMAAN itu. Demikian
banyak potensi negatipnya kalau dipakai untuk urusan berNegara, makanan
empuk bagi penguasa yang berbakat zalim. Lantas apa kita perlu berganti
dasar KEINDIVIDUALAN dengan contoh gamblang (katanya) gembar-gembornya
HAM, pasar dolar orang Amerika, tiap orang punya pestol itu?

OOOOPSSS, TUNGGU DULU, tenang, jangan cepat-cepat ambil kesimpulan
begitu. Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasangan, ada herbivora ada
carnivora, ada kejelekan herbivora ada KEBAIKAN herbivora. Salahnya kita
30 tahun terakhir ini, lupa Sunnatullah tentang kehidupan di dunia. Mau
cepat-cepat makan enak dan mencoba sepatu Gucci lupa MENCERDASKAN DIRI
sebagai kewajiban utama Manusia. Berlatih menjadi Manusia itu adalah
SunnahNya yang utama (baca 'Iqra), justru nantinya untuk memahami kenapa
segala ciptaanNya adalah Serba Sistem, serba berkaitan, tak ada satupun
hatta sebutir debu yang sia-sia bagi kehidupan, bahwa Manusia Sejati
hanya bisa hidup baik jika ber'ummah, menenggang sesamanya dan segenap
makhluk, dengan kata lain mempraktekkan hidup yang dilandasi SIKAP BATIN
KEBERSAMAAN. Bung boleh juga mengatakan, memang dibuat lupa, memang
rakyat diperbodoh oleh rezim Suharto, rezim yang boleh disalahkan telah
MELANGGAR pesan nomor empat dari UUD 45 bab Tujuan Bernegara yaitu
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA. Saya setuju, tapi kok dibiarkan ya,
bahkan banyak pendukung, selama 30 tahun ini? Kalau tak ada peristiwa
Krismon Juli 1997 ("Tangan Tuhan"), apakah bangsa kita bisa tersadar
dari nina-bobok kemilau emas Suharto and His Gang itu ya? 'Kan baru
sekarang kita sadar (itupun tak semua), kebersamaan model Soeharto
adalah: hasil kekayaan Nusantara untuk keluarga dan konco-konconya,
kerja kulinya untuk semua 200 juta rakyat. Cilaka, bahkan sampai Maret
1998 masih dianggap wajar pula, memang "haknya Ratu" kok.

Mahasiswa, jangan keburu marah dulu kepada Ulama, yang menurut
analisanya akan berfatwa bahwa itu semua disebabkan kejahilan ummah
negeri ini sendiri, telah kacau balau bermasyarakat, malas menuntut
ilmu, rancu membedakan halal dan haram, benar dan bathil, telah
meninggalkan Sunnatullah dan Sunnah Rasul, semua demi emas dan "gaya
hidup masa kini". Ada masjid dibangun, kurban dipotong, sedekah
diberikan, tapi niatnya riya', uangnya haram. Ada penuntutan ilmu yang
benar seperti membuat pesawat terbang, kapal, kereta api, tapi uang dan
caranya itu lho, apa sudah halal diberkahi suara rakyat?
Peringatan-peringatan Tuhan berupa bencana alam, kelaparan, kekeringan,
kebanjiran, penyakit, gempa, tsunami, tidak dihayati maknanya, eh malah
jadi ajang proyek-memroyek. Uang negara dipakai untuk berfoya-foya
bermercu-suar dengan tenaga asing. Ahli sendiri disingkirkan, dibiarkan
merana, semakin tidak tahu kenapa banjir, kenapa kering, kenapa
lalu-lintas macet, semakin goblog dalam menanggulangi tiap-tiap
pekerjaan. Alasan lagi bagi si Maha Zalim untuk memanggil Paduka Yang
Dipertuan Ahli Asing. And so on, and so on, ad nauseaum .........

Akui sajalah kebenaran Ulama itu yang lebih tahu dari kita betapa Tuhan
menciptakan segala sesuatu di dunia serba berkaitan, serba sistem, tak
ada ciptaanNya yang sia-sia. Soeharto itu tak mungkin begitu kalau
ditanam di Korea, Jepang, di Philipina, di Thailand, bahkan di Malaysia
sekalipun. Dianya subur karena, INI INDONESIA Bung! Cuma saja dari Ulama
kita akan belajar, tidak begitu saja SistemNya (dengan huruf S kapital)
dapat diketahui, tanpa kita tekun belajar dan menjadi cukup cerdas.
Kebanyakan kita hanya sampai ke sistem (huruf s kecil) bikinan manusia,
maka bisa ngomong seenak jidatnya. Antara lain dengan phrasa Indonesia
yang begitu terkenal setiap Pejabat mau lari dari tanggung-jawabnya:
".... masalahnya sangat kompleks, tak dapat dilepaskan dari
............."

Jadi kita harus cerdas, sebagai ummah maupun sebagai manusia perorangan.
Dan PR kita yang pertama apa boleh buat, mulai dari mula lagi, kembali
ke Bab Pengantar yaitu mempelajari apa itu Zalim, apa itu Adil, Karma,
Kasih. Kemudian mengamalkan apa yang diketahui itu ke dalam perbuatan
sehari-hari. Untuk itu segera undanglah Ulama semua agama masuk kampus
.........

Dt Kotopanjang

BAB 5.
LANDASAN STRUKTURAL

Sistem (dengan S kapital, Sunnatullah) Perlawanan Rakyat Atas Kezaliman
Dengan Menegakkan Keadilan jika dicari di Al Quran dan Al Hadist pasti
ketemu. Tapi Ilmu Allah itu jauh lebih banyak lagi dari tujuh kali tujuh
samudera yang dijadikan tinta untuk menulisnya. Jadi pakai dululah
seadanya, suatu sistem (dengan s kecil, bikinan kita-kita manusia)
dengan doa khusuk semoga semakin dekat ke Sistem. Saya beranikan
mencoba, seperti berikut ini, misalnya.

Sepakati SATU Tujuan: "Indonesia Raya yang bebas dari segala bentuk
keZaliman, berkembang keAdilan, membangun menurut Alur dan Patut".
Sederhana saja, yang tidak sepakat bukanlah dari golongan kita.
Kawan-kawan MBA pasti mengenal konsepsi Tujuan Upaya ini, biasa Anda
namakan Visi. Nah, visi inilah yang dijadikan "rallying point" penggerak
dukungan dan pelaku-pelaku visioner. Pada permulaan yang penting bukan
kwantitas, tapi kwalitas keyakinan akan visi. Visi Muhammad Saw dimulai
hanya olehnya sendiri, berikutnya satu orang terdekat ialah Khadijah;
kini sudah 1400 tahun visi itu mengarahkan manusia dengan lebih 1 milyar
pendukungnya. Visi Suharto tentang makna kedudukan seorang Presiden
Republik yang kini terang-gamblang kepada kita setelah 30 tahun
dirahasiakan, mulanya hanya dianya yang punya (sadar tak sadar),
kemudian memperoleh dukungan kuat satu orang saja ialah isterinya
sendiri yang kini telah almarhum (sambil lalu, tak dapatkah Bung baca
hikmah dari dipanggilNya berpulang lebih dahulu Ny Tien Suharto itu?);
anda mau hitung berapa sekarang manusia pendukung visi brengsek itu,
munafiqqin sekalipun? Visi Napoleon pemberi Code Civil kepada dunia
menjadikan Perancis negeri ilmu dan budaya, bisa terlaksana menurut
katanya " ... give me five young men who reads, and I will move the
world ..." Orang Amerika apalagi, sangat percaya " ... one man can make
a difference ..." Jadi, hari ini, detik ini, jangan susah, kwantitas
pendukung bukan soal, teguhkan keyakinan akan visi itu, Insya Allah
diberiNya kekuatan

Setelah Tujuan atau Visi, berikutnya Misi, Strategi, Program, dan
Implementasi bukan? Nah, percayalah Bung, khusus ketidak-cerdasan (untuk
tidak mengatakan kegoblogan) kita orang Indonesia selama ini ialah tidak
ilmiah, tidak pandai membaca sub-sub sistem. Akhirnya segala
digebyah-uyah, sinkretik, semua persoalan sama bobot mengambil tempat di
otaknya yang cetek, dia Raja anjingnyapun harus disembah seperti Raja.
Kita ini baru BERPIKIR MERENCANA, jangan dinilai menurut aturan BERPIKIR
MELAKSANAKAN. Merumuskan dan menyelenggarakan masing-masing Misi,
Strategi, Program, dan Implementasi itu membutuhkan orang-orang ahli
tersendiri; jadi kalau mau Adil, berikanlah dengan tulus porsi itu
kepada para spesialis masing-masing. Marilah ajak mereka mengemukakan:
apa Misi GIRAK, apa Strategi GIRAK, apa Program GIRAK, bagaimana
Implementasi GIRAK. Kalau sudah melaksanakan nanti, maka langkah-langkah
Implementasi akan berada di urutan pertama, dan orang-orang implementor
harus mengemuka dan memimpin. Dengan kata lain, dalam tahapan merencana
ini, kita perlu menstrukturkan diri menurut: grup Visi, grup Misi, grup
Strategi, grup Program, dan grup Implementasi. Masing-masing grup
berdiri sejajar, terus berkomunikasi satu sama lain, dan terus beramal
sekuat-kuatnya; dengan ikatan hanya satu, yaitu Tujuan gerakan.

Dari mana sumber manusia untuk mengisi grup-grup itu? Seperti disebut
Bab 2, kekuatan GIRAK diperoleh dari empat macam lapisan masyarakat
menurut "senjata terakhirnya":
1. Yang Terpelajar: Mahasiswa, Guru, Ulama, Sarjana, Professional dan
semacamnya
2. Yang Fisik: Polisi, Tentara, Hartawan
3. Yang Bertenaga: Pekerja, Petani, Buruh, Nelayan, Pegawai pada umumnya
4. Yang Dilindungi: Perempuan, Anak-anak, Kaum Dhuafa, Orang Bodoh

Jika dipakai kriteria kelompok Mau Adil dan Mau Zalim, dewasa ini
tiap-tiap lapisan itu terpecah dalam prosentase yang tidak sama. Di
lapisan Yang Terpelajar, baru mahasiswa dan gurunya sebagian besar Mau
Adil dan menolak kezaliman, bahkan sudah ada korban; sedangkan Ulama,
Sarjana, Professional dan semacamnya, Quo Vadis? Di lapisan Yang Fisik
'nggak tahulah, justru di sini persoalan terbesar apa hati nuraninya
dapat di'himbau'. Lapisan Yang Bertenaga dan Yang Dilindungi lebih
dilematis lagi, jadi rebutan dua lapisan yang lain dalam perjuangan
sekarang: bisa didiamkan dengan 'social safety net', Padat Karya,
Sinterklas Sembako/SPP/Sumbangan Menteri Sosial (yang tak tahu kita asal
usul uangnya haram apa halal), atau Upah Langsung Sebagai Tukang Pukul.
Kelompok Mau Adil (GIRAK) jika mau mengajak kedua Lapisan ini akan
terpaksa cari uang pula (yang halal) atau rajin berkhotbah dan memberi
contoh. Yang jelas, sekali lapisan Yang Bertenaga dan Yang Dilindungi
ini bergerak, mereka akan seperti air bah tak akan memperdulikan nyawa
atau harta lagi ..................... !!!

Dt Kotopanjang

BAB 6.
PENUTUP: Kriteria Sederhana

Kembali kepada definisi Zalim dan Adil yang teruraikan di Bab 3 Landasan
Keyakinan. Segala yang terjumpai di masyarakat kita pertanyakan ke hati
nurani dengan satu pertanyaan saja: PADA TEMPATNYA KAH ....? Jika
jawabnya YA maka ada keAdilan dan GIRAK mendukung serta memperkuatnya.
Jika jawabnya TIDAK maka jelas Zalim dan GIRAK memberantas, berjihad
menghapuskannya, menegakkan yang Adil. Jika jawabannya YA dan TIDAK dan
NGONO YO NGONO YEN OJO NGONO, maka pertanyaannya yang salah, betulkan
dulu. Berikut suatu daftar (yang sangat tidak lengkap):

Pengusaha Cendana
1. PADA TEMPATNYA KAH Presiden Republik menjadi Komisaris Utama sebuah
PT (kasus PT 2150)yang nota bene tunduk kepada UU No 1 Th 1995 tentang
Perseroan Terbatas? ..... Teruskan ke Menteri, quasi Menteri yang jadi
Direktur-direktur.
2. PADA TEMPATNYA KAH Presiden menjadi Ketua Yayasan untuk
segolongan-segolongan rakyat saja?
3. PADA TEMPATNYA KAH Pejabat Negara membagi tindakannya yang
berpengaruh luas ke dalam kategori kapasitas 'sebagai Pejabat' dan
'sebagai Pribadi'?
4. PADA TEMPATNYA KAH pembantu-pembantu langsung Presiden tidak
bertanggung-jawab atas segala tindakannya, melainkan hanya Presiden yang
bertanggung-jawab?
5. PADA TEMPATNYA KAH semua orang dewasa termasuk anak-anak dan keluarga
Presiden, Menteri, Gubernur, dst boleh berkiprah berusaha dengan
melanggar peraturan perundangan?
6. PADA TEMPATNYA KAH ada pengumpulan dan penggunaan Uang Negara yang
tidak usah diketahui rakyat cq DPR?
7. PADA TEMPATNYA KAH tiap orang Indonesia memperlakukan
isteri-anak-cucu, anjing, kucing Pejabat sebagaimana memperlakukan
Pejabat itu sendiri?
8. PADA TEMPATNYA KAH Pejabat menggunakan kekuasaannya untuk membalas
orang yang tidak memperlakukan isteri-anak-cucu, anjing dan kucingnya
sebagaimana dia sendiri?
9. PADA TEMPATNYA KAH ...........................
Pengusaha Kroni Cendana
1. PADA TEMPATNYA KAH setiap Pengusaha berusaha 'dekat' dengan Penguasa?
2. PADA TEMPATNYA KAH Pengusaha berbuat sesuai dengan dekrit Penguasa
Tertinggi yang mungkin dicapainya, dalam hal belum ada peraturan
terperinci?
3. PADA TEMPATNYA KAH setiap Pengusaha berusaha memperkaya diri?
4. PADA TEMPATNYA KAH Pejabat kaya-raya karena jabatannya?
5. PADA TEMPATNYA KAH ........................
Pembeli Jabatan Negara
1. PADA TEMPATNYA KAH orang disuruh bekerja keras tak digaji?
2. PADA TEMPATNYA KAH gaji pegawai negeri hanya cukup untuk hidup
s-s-s-s-sederhana selama seminggu?
3. PADA TEMPATNYA KAH tiap Menteri harus mencari uang sendiri bagi
Departemennya dan menghidupi pegawainya?
4. PADA TEMPATNYA KAH bila Partai Terbesar tak merakyat lagi maka rakyat
menjadikannya Partai Terkecil?
5. PADA TEMPATNYA KAH ........................
Kezaliman sistem/oknum Polisi dan Tentara
1. PADA TEMPATNYA KAH ABRI profesional menjadi Kepala Daerah, Pengurus
Olahraga, dan Direktur Perusahaan?
2. PADA TEMPATNYA KAH penanggung-jawab hukum membuat suasana hukum
rimba?
3. PADA TEMPATNYA KAH kehidupan Jenderal suaaaangat jauh berbeda dari
Prajurit?
4. PADA TEMPATNYA KAH ........................
Kezaliman di Rumah dan di Kampung
1. PADA TEMPATNYA KAH menelantarkan pendidikan dan budi-pekerti anak
karena orang-tua mengikuti trend hidup mancanegara?
2. PADA TEMPATNYA KAH ........................
Kezaliman di Sekolah
1. PADA TEMPATNYA KAH murid-murid terpelajar mengompas tukang es?
2. PADA TEMPATNYA KAH ........................
Kezaliman di Tempat Kerja
1. PADA TEMPATNYA KAH pegawai rendahan dan pribumi diperlakukan sebagai
budak belian?
2. PADA TEMPATNYA KAH ........................
Kezaliman di Jalan
1. PADA TEMPATNYA KAH agen polisi Negara pengatur lalu lintas jadi
pengemis karena terpaksa gaji tak cukup asrama bobrok?
2. PADA TEMPATNYA KAH timing lampu lalu lintas dipakai untuk memacetkan
jalan?
3. PADA TEMPATNYA KAH ........................
(Dari Kezaliman di Rumah dst saya batasi saja, terlalu banyak yang
sangat menyedihkan yang kalau mengingat budaya ABS-isme boleh ditimpakan
ke kepala para pengatur Kampung Kota Sekolah Jalan etc yang semakin
goblog saja; untuk akhirnya tentu ke 'Pembina'nya juga).

Bung boleh berpendapat, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu tidak
semudah YA atau TIDAK; apalagi nanti mendobrakkan penyelesaiannya.
Justru itulah kita harus cerdas dan MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA
sehingga soal-soal memalukan yang sudah masuk museum di negara beradab
modern itu segera terselesaikan. Dan kita bisa tenang mendalami sains
dan teknologi serta berproduksi menyongsong masa depan bersahabat
seluruh dunia. Mari berjuang bersama.

Dt Kotopanjang

To:
From: GSJ <>
Subject: GSJ - Siaran Pers Pendirian GSJ
Date: 4 May 1998 03:24:56 +0700

GERAKAN SARJANA JAKARTA

Hal : Siaran Pers Pembentukan GSJ

Kepada:
Yth.
- Pemimpin Redaksi Media Massa se-Indonesia
- Masyarakat Umum

Salam Reformasi!

Bersama ini kami informasikan bahwa pada hari Sabtu, 2 Mei 1998
bertempat di Kampus UI Salemba telah dideklarasikan pembentukan Gerakan
Sarjana Jakarta (GSJ) sebagai wadah bagi para sarjana lulusan manapun yang
kini berdomisili di wilayah DKI Jakarta untuk aktif dalam usaha-usaha
mewujudkan reformasi Indonesia. Deklarasi tersebut dilakukan oleh alumni
11 perguruan tinggi, yaitu UI, IPB, ITB, IKIP Bandung, UGM, U. Tunas Bangsa
Solo, Unair, Unibra, Unsri, Unhas, dan U. Tadulako serta alumni Permias.
Deklarasi GSJ disaksikan oleh ribuan mahasiswa, pelajar, dan masyarakat
umum yang menghadiri aksi di lapangan parkir Kampus UI Salemba.

Dasar pemikiran didirikannya GSJ adalah bahwa krisis berkepanjangan
yang saat ini terjadi di Indonesia merupakan ancaman bagi kelangsungan
hidup bangsa Indonesia di masa depan. Krisis ekonomi yang dipicu oleh
krisis moneter begitu cepat menghantam segala aspek kehidupan bangsa
Indonesia dan menjerumuskan negeri ini ke dalam jurang kemiskinan yang
menyengsarakan rakyat. Terpuruknya perekonomian Indonesia tersebut disebabkan
oleh rapuhnya pembangunan yang dilakukan Orde Baru dengan praktek-praktek
korupsi, kolusi, dan nepotismenya di segala bidang sehingga Indonesia tidak
memiliki ketahanan nasional yang memadai dalam bidang ekonomi. Kegagalan
Orde Baru tersebut merupakan akibat penyelewengan pemerintah Orde Baru
terhadap Pancasila dan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Rakyat Indonesia harus sadar dan mau belajar dari kegagalan ini serta harus
segera membulatkan tekad untuk bangkit dari cengkeraman kekuasaan rejim Orde
Baru yang telah membuat rakyat menderita. Karena itu sarjana sebagai kaum
intelektual yang cepat sadar dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk
bangkit perlu melakukan usaha-usaha mewujudkan reformasi total Indonesia
secara aktif dengan menggalang gerakan bersama mahasiswa dan seluruh
masyarakat umum.

Visi GSJ adalah menghantarkan bangsa Indonesia mencapai tatanan
bernegara yang lebih baik untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur,
dan merata; demokratis, dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

Misi GSJ secara umum adalah menggerakkan para sarjana di Jakarta
untuk melakukan usaha-usaha untuk mengeluarkan bangsa, negara, dan rakyat
Indonesia dari krisis berkepanjangan yang menyebabkan penderitaan rakyat
sesegera mungkin, serta menyiapkan tatanan baru sebagai landasan reformasi
menyeluruh negara Indonesia. Misi GSJ khususnya adalah melakukan
pemberdayaan masyarakat diawali dengan penyadaran akan kondisi negara
Indonesia sesungguhnya serta mendukung dan melakukan gerakan-gerakan untuk
mendorong reformasi politik dan ekonomi.

Demikianlah informasi pendirian GSJ. Lembar deklarasi dan pernyataan
sikap kami sampaikan terlampir beserta hasil survei people power tahap I.
Kiranya dapat diketahui sebagaimana mestinya dan dipublikasikan seperlunya.
Atas perhatian dan kerja sama pers sekalian kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 2 Mei 1998

Gerakan Sarjana Jakarta

* Deklarasi Pendirian GSJ: http://www.indopubs.com/archives/0657.html
* Pernyataan Sikap GSJ http://www.indopubs.com/archives/0658.html

Kontak:
- Budi S. Yono (0816-1888-659)
- Muni BA (0818-182-199)
- Putra (Starko: 13022-60846)

From: GSJ <>
Subject: GSJ - Hasil Survei Reformasi Tahap I
Date: 4 May 1998 03:25:08 +0700

GERAKAN SARJANA JAKARTA

HASIL SURVEI "PEOPLE POWER UNTUK REFORMASI INDONESIA"
TAHAP I: 20-30 April 1998

1. Apakah anda merasakan langsung krisis ekonomi yang melanda Indonesia?
Ya: 96% Tidak: 4% Ragu-ragu: 0%

2. Apakah anda mendukung/menyetujui reformasi politik dan ekonomi Indonesia?
Ya: 100% Tidak: 0% Ragu-ragu: 0%

3. Apakah anda memahami tuntutan aksi-aksi mahasiswa tentang reformasi?
Ya: 94% Tidak: 2% Ragu-ragu: 4%

4. Apakah menurut anda aksi-aksi mahasiswa bermanfaat untuk tercapainya
reformasi?
Ya: 96% Tidak: 2% Ragu-ragu: 2%

5. Apakah anda mendukung/menyetujui aksi-aksi mahasiswa untuk reformasi?
Ya: 96% Tidak: 0% Ragu-ragu: 4%

6. Apakah anda setuju bahwa krisis Indonesia saat ini adalah hasil akumulasi
kesalahan rejim Orde Baru pimpinan Soeharto dengan budaya kolusi, korupsi,
dan nepotisme-nya?
Ya: 98% Tidak: 0% Ragu-ragu: 2%

7. Apakah anda percaya Indonesia bisa keluar dari krisis di bawah pimpinan
Soeharto?
Ya: 6% Tidak: 86% Ragu-ragu: 8%

8. Apakah anda setuju reformasi ekonomi tidak akan terjadi tanpa reformasi
politik dan reformasi politik tidak akan terjadi tanpa turunnya Soeharto?
Ya: 94% Tidak: 0% Ragu-ragu: 6%

9. Apakah anda percaya Indonesia bisa keluar dari krisis jika Soeharto turun?
Ya: 76% Tidak: 8% Ragu-ragu: 16%

10. Apakah anda percaya kekuatan rakyat bersama (people power) bisa terbentuk
di Indonesia sebagai reaksi manusiawi untuk survive dan keluar dari tekanan?
Ya: 84% Tidak: 14% Ragu-ragu: 2%

11. Apakah anda yakin people power Indonesia bisa menumbangkan rejim Soeharto?
Ya: 84% Tidak: 12% Ragu-ragu: 4%

12. Apakah people power di Indonesia perlu dukungan ABRI untuk menumbangkan
rejim?
Ya: 68% Tidak: 32% Ragu-ragu: 0%

13. Apakah anda yakin ABRI akan mendukung people power di Indonesia untuk
menumbangkan rejim Soeharto?
Ya: 44% Tidak: 42% Ragu-ragu: 14%

14. Apakah anda yakin Soeharto akan jatuh/bisa dijatuhkan?
Ya: 80% Tidak: 12% Ragu-ragu: 8%

15. Apakah anda merasa keterlibatan diri anda dibutuhkan untuk bersama
seluruh rakyat Indonesia membentuk kekuatan rakyat bersama (people power)?
Ya: 84% Tidak: 8% Ragu-ragu: 8%

16. Apakah anda bertekad akan mendukung people power di Indonesia pada waktunya?
Ya: 94% Tidak: 0% Ragu-ragu: 6%

Keterangan:
- Survei semula dilaksanakan oleh Pokja Aksi Iluni UI dan diolah/dilanjutkan
seterusnya oleh Gerakan Sarjana Jakarta
- Responden berdomisili di seluruh wilayah Indonesia, sebagian di Australia,
Amerika, dan Eropa
- Survei terus dilanjutkan dan hasil tahap II akan diumumkan pada tanggal
20 Mei 1998

Bagi yang akan mengisi survei di atas silahkan lihat
http://www.indopubs.com/archive/0062.html

atau kirim hasilnya langsung
Subject: Survei Reformasi

*****************************

Date: Sun, 03 May 1998 06:47:29 +0700
From: TOSHIBA <>
To:
Subject: Surat untuk para mahasiswa setanah air Indonesia.

Kepada teman-teman mahasiswa se Indonesia.

Setelah membaca surat-surat anda di internet ini, hati saya tergugah
untuk ikut membantu teman-teman mahasiswa yang sedang berjuang untuk
perbaikan bangsa yang kita cintai ini, bangsa Indonesia.

Melihat tindakan pemerintah RI sekarang-sekarang ini, saya merasakan
bahwa tidak lama lagi akan terjadi pertumpah-darahan yang dashyat dimana
kita sebagai rakyat bakal ditembakin oleh pemerintahnya sendiri. Lebih
tepatnya, melalui tukang kepruk ABRI dibawah pimpinan berhati preman,
siapa yang berani, silahkan mencicipi peluru panas.

Menurut pandangan saya, sebagai ex-mahasiswa, janganlah berbuat konyol
pada saat berdemontrasi.(jangan terlalu over reacting sampai- sampai
berbuat nekat - mending kalo mampus, kalau cacat bagaimana?). Kita
diberikan pengetahuan yang cukup oleh para dosen dan orang tua, oleh
sebab itu, kita mesti pikirkan jalan lain yang lebih aman, lebih
terpelajar dan manusiawi. Janganlah kita musuhi para petugas, karena
mereka itu hanya melaksanakan tugas.... yang musti disate itu yang
memberi perintah.

Menurut ide saya, jika pemerintah kita bandel nggak keruan, yah kita
musti rame-rame bahu-membahu tulis surat ke pemerintah negara lain minta
tolong untuk memperhatikan tindakan pemerintah kita yang seenak jidat.
Misalnya, (1)dimohon lengser, kagak lengser-lengser. (2)mahasiswa
diculikin dan digebukin di mabes. (3)rakyat yang cari makan di kawasan
perkantoran Jl. Jendral Sudirman + Moh. Thamrin bakal kena peras stiker
"goceng" yang usut punya usut, tukang cetak gambar tempel adalah salah
satu perusahaan anak babe. (4) inflasi & reformasi yang tidak karuan.

Saya rasa pemerintah negara Singapura, Malaysia, Amerika Serikat,
Inggris, Jepang, Thailand, United Nations (PBB) dll. bisa mengerti
keadaan politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Dan dari sekian
banyak surat yang kita tulis, pasti nanti ada pemerintah negara tetangga
yang hatinya tergugah dan mau menolong kita untuk melobi pemerintah RI
yang sekarang, agar melunakan kekerasan dan kesombongan hati.

Caranya: (1)kita kirim e-mail ke homepage pemerintah luar negeri, cari
saja alamatnya lewat internet search, yahoo, alta vista, dll. (2) kita
kirim e-mail ke homepage kantor berita luar negeri seperti CNN, ABC
NEWS, CNBC, BBC, dll. Sukur-sukur surat kita dibaca dan diperhatikan.
Dengan cara ini, kita masih bisa ber-internet ria plus uneg-uneg
perasaan kita dibaca diluar negeri. Gampang kok, tinggal pergi ke
Options, pilih Mail & News Preferences, pilih Composition, terus tulis
e-mail address pemerintah asing / kantor berita yang dituju. Nah, dengan
cara ini, semoga pertumpah darahan antara mahasiswa dan tukang gebug
dapat dihindari sejauh mungkin.

Nah, teman-teman mahasiswa, mari kita teruskan demonstrasi ini, karena
ini adalah tugas mulia sebagai seorang pelajar republik yang
ber-demokrasi. Ingat, para pahlawan-pahlawan nasional kita telah
berjuang dengan darah sampai mati demi kemerdekaan negara republik ini.
Mereka banyak mati, karena jaman dahulu belum ada internet. Sedangkan
sekarang khan sudah ada internet, marilah kita bersatu berjuang demi
perubahan yang positif: reformasi politik dan ekonomi (TIDAK ADA LAGI
NEPOTISME, KORUPSI, UANG AMPLOP, FASILITAS YANG BERLEBIHAN, PERAS,
KELAPARAN, KETAKUTAN UNTUK MEMBERIKAN SUARA-SUARA YANG POSITIF,
PENCULIKAN, MONOPOLI SEPIHAK, CALON TUNGGAL, DLL).

Mengenai penyalahan pengusaha swasta RI sebagai biang krismon adalah
tidak benar. Yang selayaknya bertanggung jawab adalah yang sesuai dengan
pekerjaannya yaitu: (1) pejabat-pejabat BI yang tidak mengerjakan tugas
yang selayaknya sebagai bank sentral, tetapi malah ikut-ikutan bisnis,
dan ketahuan korupsi seperti Paul Sutopo dkk. (2) pemerintah RI sendiri;
dimana pemerintah RI suka membiarkan "pengusaha gadungan" (ex. pejabat,
anak pejabat, pengusaha beneran tapi tukang nyogok) untuk menerima
proyek-proyek negara begitu saja tanpa memikirkan hal-hal yang
selayaknya diperhatikan dalam berbisnis: kemampuan, pengalaman dan
permodalan yang cukup. Nggak heran kalau mereka-mereka ini, udah dikasih
rejeki, eh modal kerja masih ditalangi dan proyeknya nggak kelar-kelar
karena kurang pengalaman dan modal.

Dari seorang mahasiswa yang sudah bekerja, dan lagi mati-matian bekerja
agar bisa kasih makan dan hidup karyawannya. (Sampai nggak kawin-kawin
loh, abis krismon sih!).

*****************************

Date: Sat, 2 May 1998 13:38:46 -0700 (PDT)
From: Dewi Prabowo <>
Subject: Dewi tidak termakan psywar Suharto
To:

Pernyataan Suharto tentang reformasi nanti tahun 2003 saja dan yang
bandel akan ditindak, tidak perlu membuat kita keder. Buat saya yang
perempuan saja, ini hanya saya anggap sebagai gertak sambal saja,
nggak saya anggap serius.
Mari kita berhitung sedikit.

Bahwa rejim ini juga memakai "jurus nakut-nakutin" (culik dan siksa),
ini memang salah satu jurus yang dari dulu dipakai untuk membuat
"ngeper" reformis yang hatinya kecil. Jurus ini hanya sekedar shock
teraphy dan penerapannya hanya sebagai contoh saja (diterapkan secara
terbatas). Tentara tidak akan berani mengulang hal yang sama persis ke
puluhan atau ratusan orang secara terus-menerus, karena ini akan
dikecam habis dari seluruh dunia. Dengan besarnya reaksi dari dalam
dan luar negeri, kemungkinan proses ini tidak akan berlanjut lagi.

Sejauh ini, jurus ini hanya baru (agak) manjur untuk kaum reformis
yang punya keluarga, semacam Haryanto Taslam. Ancaman buat yang sudah
punya anak-isteri, memang bisa membuat keder (siapa sih yang tidak
sayang sama anak-isteri?). Tetapi buat para reformis yang masih
bujangan, dampaknya lain lagi.

Coba, apa berani tentara menculik - misalnya - Rama Pratama dari UI?
Wah, se Depok dan Salemba bisa berang habis-habisan deh, belum lagi
simpatisannya di kampus-kampus seluruh Indonesia. Apa berani tentara
mem-Pius-kan Amien Rais atau Gus Dur? Wah, sudah gila apa, ya nggak
akan berani.

Pendek kata, jurus culik dan setrum-setruman benar-benar hanya psywar.
Asal kita tidak termakan dengan psywar ini, saya rasa jurus ini nggak
efektif. Asal kita tegar saja dan tetap solid, psywar ini bisa
dimentahkan. Ini memang kuat-kuatan mental, namanya juga gertak sambal.
Perhitungan saya sendiri, dengan kritik keras dari mana-mana sekarang
ini terhadap kasus penculikan Pius cs (tingkat reaksi keras ini tidak
terduga sebelumnya oleh tentara lho!), jurus penculikan yang sama akan
dihentikan sampai segini saja.

Bagaimana kalau perkiraan saya keliru, yaitu penculikan justru jalan
terus? Wah, para reformis malah "untung" karena "punya bahan" baru
terus untuk melanjutkan hura-hura, melanjutkan tekanan ke rejim
tentara. Maaf, saya tidak berharap bahwa penculikan akan jalan terus,
tetapi inti yang saya sampaikan adalah: bahwa adanya penculikan lagi
justru tidak akan menyurutkan gelombang dan semangat reformasi; tambah
galak malahan.

Lalu apakah "ditindak" berarti main "dor"? Wah, nggak mungkin juga.
Ini sama saja membuka "perang Bharatayudha" sama rakyat, apalagi kalau
men-dor-nya ke arah kampus. Catatan: "nge-dor" ke kampus sebenarnya
sih bisa saja dilakukan oleh tentara, tetapi itu hanya untuk test saja
(hanya untuk melihat reaksi kampus bagaimana); judulnya tetap psywar
doang, nggak serius betul.

"Dor" itu hanya punya alasan kalau dilakukan ke massa/orang yang
sedang melakukan destruksi dan bakar-membakar di jalan-jalan, atau
sedang memukul langsung seorang militer. Kalau hanya teriak-teriak
pakai mulut terus di-dor, "si bos" bunuh diri namanya (people power
malah jadi terbentuk dengan sendirinya, tanpa susah-susah kita mesti
mengorganisirnya).

Bentuk konkrit dari "ditindak" yang paling mungkin, menurut
perhitungan saya, adalah:
1) membuikan aktivis-aktivis reformasi, termasuk terhadap para
pemimpin mahasiswa dan terhadap Amien Rais cs, dengan sasaran agar
"tukang kompor tidak jualan lagi";
2) main skors dan DO di kampus-kampus, dengan sasaran agar mahasiswa
ngeri nggak dapat ijasah sarjana;
3) menutup kampus-kampus dalam jangka waktu lama, dengan sasaran
kampus menjadi sepi (markas gerakan reformasi dikebiri) dan terjadi
cooling down di wilayah ini.

Nah, silakan melakukan antisipasi terhadap tindakan-tindakan jenis
ini. Detail operasionalisasinya silakan dielaborasi sendiri, sejak
sekarang. Saya tidak (belum?) akan menuliskannya di sini, karena
kasihan pak John nanti capek mem-post-nya ke Apakabar.

Yang terang, si bos itu - dasar tentara - pada dasarnya nggak sabaran,
mau cepat selesai. Sekarang ini si bos sudah sulit tidur, dan ini
sangat uncomfortable buat dia yang sudah berumur itu. Maka salah satu
strategi yang baik adalah jangan buru-buru, tarik-ulur terus pacing
reformasinya, dan jangan kepancing untuk main rusak-rusakan sehingga
dia akan punya alasan untuk melakukan "the final attack".
Pendek kata, psywar ya mesti di-counter dengan psywar juga. Ini kata
Dewi lho.

Titip pesan sedikit:
Buat para netters yang pada mengirim email langsung ke mailbox Dewi -
yang memberi simpati, yang ngritik, maupun yang sedikit
ngancem-ngancem, terima kasih deh atas email anda. Hanya, maaf nih,
Dewi nggak bersedia diskusi secara private. Kita diskusi di forum
terbuka saja, OK?

Dewi Prabowo

*****************************

From: "jim morrison" <>
To:
Subject: RE: GERAKAN MAHASISWA : KOREA SELATAN VS INDONESIA
Date: Sun, 26 Apr 1998 21:26:22 PDT

Saya sangat setuju dengan apa yg ditulis oleh saudara "Palsu Nama",
adalah sangat mudah untuk menyalahkan dan mencaci maki sesuatu atau
seseorang sebagai penyebab semua masalah yg sedang kita hadapi saat ini.
inilah alsaan mengapa sekarang2 ini banyak orang2 yg berteriak dan
menyalahkan orang lain, karena itu lebih mudah dibandingkan dengan
berpikir untuk mencari jalan keluar.

Saya sangat setuju dengan pertanyaan2 yg di ajukan saudara "Tanpa
Nama"...sebelum kita berteriak dan menyalahkan orang lain ada baiknya
kita menjawab pertanyaan2 dibawah. Diharapkan dengan demikian saudara2
akan mempunyai gambaran akan bentuk reformasi macam bagaimana yg rekan2
mahasiswa kehendaki. Juga bagaimana caranya mencapai reformasi
tersebut.

PERTANYAAN
==========
1. APAKAH KRISIS HANYA DAPAT DIATASI DGN TURUNNYA
PRESIDEN SOEHARTO ?
2. SEANDAINYA PRESIDEN SOEHARTO LETAKKAN JABATAN, SIAPA DAN
TINDAKAN APA YG AKAN DILAKUKAN UTK MENGATASI KRISIS ?
3. APAKAH KRISIS, MEROKETNYA HARGA BARANG, PHK
DISEBABKAN OLEH KORUPSI, KOLUSI, NEPOTISME, CRONYSM ?
4. KEPALA NEGARA DARI JEPANG DAN ASEAN, PRESIDEN AMERIKA
(DIWAKILI MR MONDALE) MENGUNJUNGI PRESIDEN SOEHARTO,
MENANDAKAN KEYAKINAN MEREKA THD PRESIDEN SOEHARTO.
BOLEHKAH KITA "TUNDA DULU" AKSI2 KITA, MEMULIHKAN
KESTABILAN POLITIK DALAM NEGERI, MEMBERIKAN PRESIDEN
IKLIM YG BAIK MELAKSANAKAN REFORMASI SESUAI PERMINTAAN
IMF ? MENGATASI KRISIS EKONOMI ATAU MENGGANTI
PEMERINTAH YG MENJADI NOMOR SATU SEKARANG INI ?

Disadur dari surat "GERAKAN MAHASISWA : KOREA SELATAN VS INDONESIA"
tulisan saudara "Palsu Nama",

Mungkin benar bahwa pemerintahan orde baru dan presoden kita Soeharto
telah banyak melakukan penyimpangan dan kesalahan. Namun perlu kita
ingat juga bahwa berkat pemerintahan orde baru juga lah kita dapat
menikmati bangku kuliah, perekonomian yg lumayan bagus (walau saya akui
belum merata), dan keadaan negara yg realtif aman dan tentram.

kalau ada yg menggugat Soeharto sebagai diktator, saya dapat mngerti
gugatan tersebut karena memang benar beliau kadang2 bertindak sebagai
diktator negeri ini. Namun yg perlu kita juga sadari adalah kenyataan
dimana sebenarnya kita memerlukan seorang diktator untuk memimpin negeri
kita ini.

Mengapa kita memerlukan seseorang diktator? karena kondisi dan situasi
negara kita yg tidak memungkin untuk seorang pemimpin demokratis untuk
bertahan lama. perlu kita sadari bahwa Indonesia terdiri dari ribuan
pulau dan ribuan suku bangsa yg berbeda, kalu kita tidak mempunyai Bung
karno dan Pak Harto, yg dua2nya diktator, tidaklah mungkin ada nama
Indonesia sekarang ini. Karena dua orang inilah (dan kediktator-an
mereka) Indonesia masih berdiri sampai hari ini. kalau Indonesia
dipimpin oleh seseorang yg tidak memiliki sifat2 kediktatoran, besarlah
kemungkinan adanya usaha2 di daerah2 untuk memcahkan diri dari negara
kesatuan RI. Bentrokan antar golongan, suku, dan agama di Indonesia
akan sulit untuk terhindari dan sangatlah mungkin perang saudara seperti
di Bosnia terulang di kawasan Asia tenggara, di kepulauan Indonesia.

Walau saya berpendapat bahwa Indonesia perlu akan ada nya seorag
pemimpin diktator yg dapat menjaga kesatuan dan ketertiban, saya juga
MENOLAK seorang pemimpin yg koruptor. Seorang pemimpin yg koruptor
tidaklah berguna bagi bangsa dan negara. saya menyadari bahwa mungkin
inilah citra presiden kita dimata rekan2 mahasiswa sekarang ini: seorang
pemimpin yg diktator dan koruptor.

Salam,
CUEKS...(yg peduli akan masalah yg dihadapi Ibu Pertiwi)



From: "Satrio Piningit" <>
To:
Subject: Salam REFORMASI, dari kampus Biru Putih
Date: Mon, 27 Apr 1998 03:26:18 PDT

Salam keprihatinan,

Kawan - kawan, dalam situasi serba susah ini, mungkin kawan -kawan punya
keluhan, kekecewaan, kesedihan, ketidakpuasan, atau mungkin ide untuk
menyelesaikan badai krisis di Negara tercinta ini.

Munkin Selama ini, semua itu terpendam.
Mungkin juga kawan -kawan pernah atau bahkan sering mengungkapkannya
dengan teman sekamar, pacar, serumah, sekelas, lewat obrolan diwarung
kopi, kantin kampus, atau mungkin lewat kegelisahan di malam-malam
sunyi.
Suara - suara kita akan lebih bergema jika kita melontarkannya
bersama-sama, teriakan-teriakan kita akan lebih nyaring jika kita
teriakkan bersama-sama, dan obrolan-obrolan kita akan lebih panjang jika
kita ngobrol sama-sama.
Kawan - kawan semua adalah bagian dari kebersamaan itu, kawan -kawan
adalah bagian dari tulang punggung kebersamaan itu,kebersamaan yang akan
kita wujudkan bersama-sama !!
Kampus akan menjadi tempat dimana kita akan mewujudkan kebersamaan itu,
kebersamaan dalam meneteskan air mata, kebersamaan dalam meneriakkan
kekecewaan, ketidakpuasan, kepedulian, kesedihan, kegelisahan,dan .....
, tempat, dimana kita bebas berpikir, bebas berpendapat, bebas bicara
"ngalor - ngidul", bebas mengeluh, tempat yang bebas dari rasa takut,
bebas tekanan dari aparat keamanan, bebas intel, bebas orang hilang,
bebas pembodohan, bebas korupsi, bebas kolusi, bebas manipulasi, bebas
nepotisme.

MIMBAR BEBAS di Kampus STTTELKOM
RABU, 29 APRIL 1998 (09:00 WIB)

Selamat bergabung kawan-kawan mahasiswa STTTelkom, kawan-kawan mahasiswa
seluruh Indonesia, kawan-kawan buruh, dan masyarakat umum.
(Undangan ini juga ditujukan kepada segenap anggota DPR/MPR RI yang
merasa tidak mempunyai wakiluntuk menyuarakan aspirasinya di DPR/MPR
RI).

Tiga puluh tahun lebih orang tua, paman, dan kakak-kakak kita hidup
dalam tekanan, hidup dalam ketakutan, hidup dalam kegelisahan, hidup
dalam rasa bersalah, karena mewariskan kehidupan yang sama kepada kita.
Jangan sampai anak cucu kita menjalani kehidupan seperti ini, dan
sepanjang hidup kita mesti dihantui perasaan bersalah, dan rasa malu
karena sejarah mencatat kita sebagai bagian dari generasi " tak tahu
malu", "gerasi ketakutan", dan "generasi tak berdaya"

KITA ORANG MERDEKA



From:
Date: Mon, 27 Apr 1998 23:06:13 +0700
To:
Subject: pernyataan sikap FLKM UNS

Subject: PERNYATAAN SIKAP FORUM LEMBAGA KEMAHASISWAN UNS SOLO

PERNYATAAN SIKAP KELUARGA MAHASISWA [KM]
UNIVERSITAS SEBELAS MARET [UNS] SURAKARTA
TENTANG TUNTUTAN-TUNTAN REFORMASI

Maraknya aksi-aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa, para cendekiawan,
para staf pengajar, dan sektor masyarakat tertindas lainnya, pada
dasarnya merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara dan keinginan untuk memperoleh kemerdekaan dalam arti yang
sebenar-benarnya. Oleh karena itu, aksi-aksi tersebut semestinya dan
harus ditanggapi sebagai masukan dan kritikan bagi penyelengara negara
bukan dengan pentungan, gas air mata, stigma-stigma komunis ataupun
tindakan repreisf lainnya bahkan meculik rakyatnya sendiri hanya demi
langgengnya kekuasaan.

Munculnya permasalahan dari timbulnya aksi-aksi yang kalau dibiarkan
(tidak ditanggapi secara positif) seebnarnya merupakan cerminan dari
keserakahan penguasa dan tidak terdapatnya mekanisme kontrol yang benar
dari lembaga yang sebenarnya tyelah diamanatkan oleh para founding
fathers negeri ini. Tidak terserapnya aspirasi masyarakat ke dalam
lembaga-lembaga formal yang ada, seperti DPR, partai politik ataupun
ormas membuat rakayat membuat sarana/alat sendiri untuk menyuarakan
kepentingannya, yakni dengan aksi parlemen jalanan.

Krisis ekonomi hanyalah sekedar sebuah bias dari krisis kepercayaan
politik rakyat negeri terhadap penyelenggara negara. Penyelesaiaan
krisis ekonomi tanpa melakukan perubahan-perubahan yang mendasar di
sektor politik tidak dapat merampungkan akar masalah yang sebenarnya,
artinya "badai" yang menerpa bangsa ini bersumber pada hilangnya
kepercayaan akan kemampuan pemerintah dalam menjalankan fungsinya
masing-masing.


Berdasar pertimbangan-pertimbangan tersebut dan semangat untuk
memperoleh hak-hak kemerdekaan sepenuhnya dalam segala bidang dan tetap
berpijak pada frame Pancasila dan UUD 1945, FORUM lEMBAGA kEMAHASISWAAN
[FLKM] UNS
sebagai salah bagian dari rakyat Indonesia menyatakan sikap:

1 Menuntut DPR untuk menggunakan hak-haknya mengajukan mosi tidak pecaya
pada pemerintahan Soeharto dan segera mengadakan Sidang Istemewa.
2 Menuntut untuk dicabutnya Lima Undang-undang politik yang merupakan
akar dari segala ketidakdemokratisasian bangsa kita.
3 Menuntut pemerintah untuk mengumumkan seluruh kekayaan yang dimiliki
secara terbuka kepada rakyat Indonesia.
4. Menyerukan sepada seluruh elemen pro demokrasi untuk menyatukan dan
menkonsolidasikan serta menggorganisir secara rapi aksi-aksi yang
dilakukan demi perubahan ini dengan meninggalkan sikap sektarianisme
masing-masing organisasi.
5. Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia dari semua sektor (buruh,
mahasiswa, petani, kalangan profesional, kaum kiskin perkotaan) untuk
segera bersatu menuntut perubahan dengan cara-cara demokratis dan
konstituusional.


Surakarta, 26 April 1998
FORUM LEMBAGA KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
[FLKM UNS]

*****************************

Date: Mon, 27 Apr 1998 12:03:24 +0700
From: Citra Desa Indonesia <>
Subject: Hasil Investigasi KAMPARA

Rekan-rekan,
Berikut saya kirimkan hasil investigasi KAMPARA (Forum LSM Aceh, LBH Aceh,
dan WALHI Aceh), dan kliping berita Serambi Indonesia hari ini (Senin, 27
April 1998)

Salam,

Maimul Fidar
Dewan daerah WALHI Aceh/Presidium Forum LSM Aceh
-----------------------------------------------------------------------------
Laporan Tim Investigasi
Komite Aliansi Untuk Masyarakat Pantee Rakyat (KAMPARA)
Kecamatan Kuala Batee Aceh Selatan

1. Pendahuluan
Keberangkatan tim ke lokasi pembakaran basecamp PT Cemerlang Abadi dan
pengrusakan Polsek Kuala Batee dimulai tanggal 21 April 1998 dengan jumlah
tim 5 orang, yang tediri dari :
- Abdurrahman Yacoub, SH (LBH)
- Ansharullah Ida, SH. (LBH)
- Rufriadi, SH (LBH)
- Jamalul Kamal Farza, SH (Walhi)
- Afrizal Tjoetra, SPd (Forum LSM)

Adapun misi yang diemban tim ini adalah untuk mencari data apa
sebenarnya yang terjadi di lokasi, bagaimana nasib para tahanan yang
berada di Mapolres Aceh Selatan serta upaya hukum apa yang akan ditempuh
dalam menyelesaikan kasus tersebut. Gambaran tentang situasi kejadian
(desa Pantee Rakyat) sungguh-sungguh mencekam, rasa ketakutan serta sikap
curiga mencurigai terus saja melekat dalam benak masyarakat. Ditambah lagi
dengan sikap refresip pihak aparat kepolisian Aceh Selatan serta tenaga
bantuan dari satuan Brimob Polda Aceh yang berkekuatan 2 pleton membuat
kehidupan di Pantee Rakyat khususnya dan kecamatan Kuala Batee umumnya
bagaikan daeah yang belum merdeka. Pemeriksaan KTP, patroli setiap hari,
penangkapan terhadap orang-orang yang dicurigai tanpa prosedur yang resmi,
pengungsian yang dilakukan oleh orang-orang yang dianggap terlibat dalam
kasus menambah rasa ketakutan di kalangan masyarakat. Juga ditemukan suatu
hal yang ironi dimana menurut pengakuan masyarakat setempat ada oknum
masyarakat dalam membakar emosi massa mengatakan bahwa setiap gerakan yang
dilakukan masyarakat di backup dan dibekali oleh suatu lembaga yang ada di
Banda Aceh (LBH), ini jelas suatu pengakuan yang membuat anggota tim
khusus dari LBH 'terharu' dan pedih, karena sepengetahuan LBH oknum
masyarakat tersebut tidak dibina bahakan bertemupun tidak dengan LBH
kecuali setelah amuk massa 12 April 1998 dan juga ada beberapa data-data
yang ditemui di lapangan sangat berbeda dengan data awal sehingga membuat
tim harus bekerja dari awal lagi.

2. Hasil Investigasi
A. Data dari masyarakat

Dalam kasus pembakaran basecamp PT Cemerlang Abadi dan pengrusakan
Polsek Kuala Batee di dapat data lapangan bahwa :

- 2 orang tertembak dan luka parah
- 4 orang tertembak dan luka ringan (saat ini mereka telah melarikan diri)
- 49 orang ditahan di Polres Aceh Selatan (2 orang perempuan dan 5 orang
anak-anak)
- Dalam proses penangkapan tersebut dilakukan tanpa Surat Perintah
Penangkapan serta dibawah todongan senjata diikuti dengan pukulan-pukulan.
Disamping itu menurut pengakuan salah seorang tahanan yang dibebaskan
(tidak ikut serta dalam aksi) keadaan para tahanan di Mapolres Aceh Selatan
sangat memprihatinkan sekali. Mereka tidak diperkenanakan berganti baju,
mandi sehingga untuk shalatpun harus bertayamum. Dan juga adanya
penggabungan antara anak-anak dengan orang dewasa dalam satu tahanan juga
dua orang wanita tidak jelas ditempatkan dimana, kadang-kadang diruang
Kasat Reserse, kadang juga di ruang lain.
B. Data dari Kepolisian

Dari pihak kepolisian yang ditemui Tim pada hari Jum'at tanggal 22
April 1998 yang diterima oleh Kasat Reserse Kapt. Dwicahyo menjelaskan
jumlah tahanan 50 orang yang terdiri dari :

- 5 orang anak-anak yaitu : Husaini, Asmudi, Zulkarnain, Hasan, satu lagi
tidak diketahui.
- 2 orang perempuan, yaitu : Siti Laila, Emmawati
- Sisanya adalah orang dewasa.
Di samping itu ada yang menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) yaitu: M.
Yakir, Sudirman, Raden, Nya' Raja dan Keucik Usman. Nya' Raja dan Keucik
Usman telah menyerahkan diri.
Kesemuanya mereka menurut Kasat Serse dikenakan tuduhan pasal 187 KUHP
untuk pengrusakan PT Cemerlang Abadi dan Pasal 170 KUHP untuk pengrusakan
kantor Polsek Kuala Batee. Pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan
pada tersangka yang ditandai dengan rampungnya BAP yang mengejutkan pihak
kepolisian membuat surat pernyataan bermaterai yang isinya pihak tersangka
tidak mau didampingi penasehat hukum.

3. Kesimpulan
Tugas tim ini belumlah selesai, ini merupakan awal menuju proses
selanjutnya, kerjasama tim yang membaik untuk masa yang akan datang perlu
dibentuk tim semacam ini dalam menyikapi berbagai macam kasus.

Banda Aceh, 26 April 1998
Komite Aliansi Untuk Masyarakat Pantee Rakyat
Ketua Tim


Abdurrahman Yacoub, SH

YAYASAN CITRA DESA INDONESIA
Indonesian Rural Image Foundation
Jl. Simpang Dodiklat, Komplek Lamjame Permai I No.17
Phone (62-651) 44894, Fax. (62-651) 44344
Banda Aceh 23235 - Indonesia

*****************************


WIRANTO ARISMUNANDAR
-----------------------------------------------
Oleh:Lion

Ada pemeo yang mengatakan bahwa orang diktator, jahat, bengis, dan
kejam biasanya sebenarnya mempunyai nyali tikus. Sifat-sifat kejam
mereka biasanya muncul untuk menutup-nutupi sifat mereka yang pengecut
itu. Orang-orang semacam ini biasanya sangat berani dan suka bertindak
tak sewenang-wenang, menindas, kejam dan otoriter terhadap orang-orang
atau pihak-pihak yang lebih lemah daripada mereka. Tetapi jika
menghadapi orang atau pihak yang lebih kuat, nyalinya ciut, sikapnya
bermanis-manis dan menjilat-jilat.

Demikian pula yang banyak terjadi di negeri ini. Banyak pejabat
pemerintah yang mempunyai sifat-sifat seperti ini. Secara umum mungkin
bisa kita lihat pemerintah sebagai satu kesatuan lembaga yang
biasanya bertindak represif terhadap rakyat kecil, dan bertindak di
atas hukum, tak berdaya ketika berhadapan dengan kekuatan yang lebih
besar daripada mereka. Misalnya IMF dan Amerika Serikat.

Secara individu hal ini berlaku pula terhadap seorang manusia yang
bernama Wiranto Arismundar yang telah dipilih oleh Presiden Soeharto
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam Kabinet
Pembangunan VII ini.

Banyak orang telah melontarkan pendapatnya bahwa beberapa menteri,
maupun pejabat setingkat menteri telah diangkat Soeharto untuk
membentengi kepentingan dan kelangsungan kekuasaannya dan keluarganya.
Seperti Mendagri Hartono, Menko Polkam Feisal Tanjung di sektor
angkatan bersenjata, Memperindag Muhammad "Bob" Hasan di sektor
bisnis, dan lain-lain.

Nah, di sektori pendidikan pun hal ini tak kecuali. Melihat maraknya
demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang ditujukan langsung kepadanya
yang sudah berlangsung sebelum SU MPR itu, Soeharto pun melirik
Wiranto Arismundar yang sudah lama dikenal selalu bertindak represif
bak seorang diktator tulen ketika menghadapi mahasiswa-mahasiswanya
sewaktu menjadi rektor ITB.

Besar harapan dengan diangkatnya Wiranto Arismundar sebagai Mendikbud
akan bisa menekan dan menindak para mahasiswa yang semakin rajin
berdemonstrasi itu dengan cara-cara represif lagi seperti di ITB dulu.
Menurut perhitungan mereka, dengan turun tangannya Wiranto para
mahasiswa itu akan ciut nyalinya dan menghentikan atau setidaknya
mengurangi aksi-aksinya yang mulai bikin gelisah para pejabat itu.
Tetapi rupanya perhitungan itu keliru. Yang ciut nyalinya bukan para
mahasiswa, tetapi justru sang Mendikbud sendiri.

Itulah yang saya katakan di atas. Ketika masih menjabat sebagai rektor
ITB, dia berada pada posisi yang kuat dan mahasiswa ITB pada posisi
yang lemah karena jumlah mereka "yang membangkang" memang tidak
seberapa. Ditambah rasa persatuannya tidak sebesar sekarang. Lagipula
mahasiswa-mahasiswa pada waktu itu lebih bersikap "nrimo" daripada
melawan. Dengan situasi demikian maka Wiranto leluasa melampiaskan
sikap-sikap tangan besi dan represifnya. Maka berjatuhanlah
korban-korban represifnya berupa peringatan keras, skorsing sampai
dengan dikeluarkan mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal itu.

Ketika itu ada wartawan bertanya, bagaimana kalau
teman-teman mahasiswa itu melakukan aksi mogok kuliah. Dengan
jumbawanya Wiranto menjawab silakan saja mereka keluar kalau sudah
tidak mau kuliah di sini. Masih banyak orang yang pingin kuliah di
sini! Sebuah jawaban yang tak layak diucapkan oleh seorang rektor.

Situasi sekarang jauh berbeda. Para mahasiswa yang melakukan aksi itu
jumlahnya sudah bukan puluhan, atau ratusan lagi, tetapi sudah
mencapai puluhan ribu. Juga bukan hanya dalam lingkungan terbatas,
seperti hanya di ITB saja, tetapi sudah meluas ke berbagai perguruan
tinggi di seluruh Indonesia! Telah tercipta pula solidaritas antara
para mahasiswa dan menciptakan persatuan dan kesatuan di antara mereka
menghadapi orang-orang pemerintah seperti Mendikbud itu.

Menghadapi sikap-sikap reaktif dan "garang" dari para mahasiswa itu
maka ciutlah nyali Wiranto Arismunandar itu. Mungkin dia semula tak
mengira akan mendapat "perlawanan" yang demikian keras dari para
mahasiswa dan didukung oleh beberapa pakar. Baru saja dia mengatakan
bahwa mahasiswa tidak boleh berpolitik praktis sudah mendapat serangan
dari mana-mana.

Dia pun rupanya tak mempunyai nyali untuk menghadapi langsung para
mahasiswa itu. Misalnya dengan mendatangi kampus untuk menenangkan
dan "menyadarkan" mereka agar berhenti berdemonstrasi. Jika itu
dilakukan tentu dia akan menerima kecaman-kecaman langsung dari para
mahasiswa yang kian berani itu. Dan dia tidak akan mampu untuk
menangkisnya. Atau minimal beberapa telur busuk akan hinggap ke
tubuhnya. Membayangkan menghadapi ribuan mahasiswa secara langsung
saja mungkin sudah membuat dia berkeringat dingin dan lutut gemetar.

Oleh karena itu dipanggillah para rektor dari perguruan-perguruan
tinggi itu untuk diberi "pengarahan." Dalam pertemuan itu dia memberi
pesan dan perintah kepada para rektor agar mencegah dan menindak para
mahasiswa yang dinilai telah melakukan aksi-aksi politik praktis.

Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan politik praktis, dia
menghindar, dan mengatakan semuanya telah diserahkan kepada rektor
masing-masing. Dengan kata lain sebenarnya dia telah menjadikan para
rektor itu sebagai bumper atau tameng untuk melindungi dirinya dari
berbagai serangan mahasiswa atau para pakar yang bersimpatik kepada
para mahasiswa itu.
Dia telah melakukan aksi "melarikan diri bersembunyi di belakang para
rektor" untuk menghadapi mahasiswa. Biarlah rektor-rektor itu yang
menerima serangan-serangan itu. Sedangkan dia akan aman-aman saja.

Tetapi kembali maksudnya itu tak tercapai. Karena para rektor itu pun
terkesan mengabaikan perintah sang Mendikbud, dan malah bersatu dan
mendukung para mahasiswa. Kalau sampai dia berani menindak para rektor
itu pun tentu akan mendapat serangan dari pelbagai pihak.

Karena dengan cara ini juga tak membawa hasil untuk membendung
aksi-aksi mahasiswa, Mendikbud Wiranto Arismunandar pun berkelit lagi.
Ketika ditanya tentang aksi-aksi mahasiswa itu lagi dengan pandai dia
mengelak dan berkata bahwa aksi-aksi demonstrasi itu sudah bukan
wewenang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi adalah wewenang
ABRI.

Mungkin dengan demikian dia mengharapkan ABRI-lah yang akan menindak
tegas mahasiswa-mahasiswa itu. Sementara tangannya tetap bersih.

Tetapi untuk kesekian kalinya dia terkecoh lagi. Karena sikap ABRI
yang cenderung membiarkan aksi-aksi tersebut terus berlangsung.
Sampai-sampai dia melapor ke Presiden Soeharto sendiri, tetapi tetap
tak membuahkan hasil. Selain pernyataan-pernyataan dari presiden bahwa
mahasiswa sebaiknya kembali belajar saja. Pernyataan yang tak bergema
dan tenggelam di tengah-tengah semaraknya situasi politik saat ini.
Maka sang Mendikbud pun dengan langkah teratur mundur dan
"bersembunyi" entah di mana sekarang. Tak lagi terdengar
suara-suaranya yang tegas kepada para mahasiswa apalagi sampai mau
mengambil tindakan.

Dia rupanya ketakutan melihat mahasiswa yang dulunya gampang digertak
dan ditekan itu tiba-tiba menjadi begitu berani.

Kayak cerita-cerita silat di mana sang penjahat kejam yang berlagak
jagoan tiba-tiba ciut nyalinya ketika dihajar oleh sang pendekar yang
semula dipandang enteng. Begitu tahu kesaktian sang pendekar sang
penjahat pun berlutut minta ampun dan lari terbirit-birit.***


Salam
Lion


Tetapi rupanya perhitungannya meleset. Mahasiswa-mahasiswa itu tidak
lagi mepan diancam dan diintimidasi.

*****************************

Date: Mon, 27 Apr 1998 12:03:40 +0700
From: Citra Desa Indonesia <>
Subject: Kliping Serambi Kasus Amuk Massa

Serambi Indonesia, 27 April 1998


Pasca Insiden "Kuala Batee"
Pante Rakyat Mencekam

Serambi-Babahrot
Suasana desa Pante Rakyat Kecamatan Kuala Batee, Aceh Selatan, hingga
Minggu (26/4) masih mencekam, menyusul peristiwa pembakaran basecamp, alat
berat, serta mobil milik PT. Cemerlang Abadi serta penyerbuan Mapolsek oleh
massa setempat. Ratusan pria desa ini masih sembunyi atau lari, sehingga
menelantarkan sawah-sawah mereka yang padinya sudah harus panen.
Sedangkan diperkebunan PT. CA berton-ton sawit siap panen dikabarkan
membusuk di batang para buruhnya juga belum berani kembali bekerja.
"Wartawan Serambi yang dua hari terakhir memantau suasana di sana
melaporkan, di beberapa dusun, padi-padi yang mulai menguning itu sebagian
rontok, sedangkan tumpukan-tumpukan pada padi (phui) di tengah sawah mulai
tergenang air setelah dilanda hujan tiga hari terakhir.
Suasana sepi itu mulai terasa ketika memasuki kota kecil Babahrot, yang
biasa hiruk-pikuk. Di jalan-jalan utama menuju desa Pante Raja dan Geunang,
para wanita dan anak-anak tampak menjenguk siapun yang datang dengan
menyingkap tirai jendela, untuk kemudian menutup kembali. Perkampungan yang
dihuni sekitar 5.000 lebih warga itu, di mana-mana terlihat minum kaum lelaki.
Di persawahan, tampak sebagian besar pekerja yang menyabit,
mengangkat padi atau membuat tenda adalah para wanita. Phui-phui darurat
untuk padi sementara tampak mulai basah kuyup. Di Alu mantri, tampak
beberapa wanita menutupnya dengan tenda plastik agar tidak kena hujan
langsung, karena tidak sanggunp mengangkatnya sendiri.
Bagi masyarakat setempat, biasanya pekerjaan menyabit, mengangkut,
merontokkan padi adalah pekerjaan para pria. Menurut warga Alu Mantri dan
Pante raja-dua dusun yang paling banyak lelakinya minggat- mereka terpaksa
mencari tenaga pemotong padi pada dusun-dusun lain terutama untuk menyabit
"Syukur saya berhasil mengajak beberapa wanita Lhok Gayo untuk menyabit, "
kata seorang ibu sambil menunjuk sejumlah wanita asalh Lhok gayo yang
menerima upah menyabit darinya.
Kepala desa Pantee Rakyar, M Nasir, yang dihubingi serambi tadi
malam mengatakan bahwa ratusan pria didesanya, hingga kini belum kembali.
Kemungkinan mereka minggat atau bersembunyi dari kejaran aparat yang
melakukan perondaan serta pencarian beberapa hari terakhir, serta
melakukan penangkapan menjelang dini hari terhadap puluhan warga.
Sesuai dengan surat perintah penangkapan dan penahanan yang baru
dikirim kepada keluarganya via Kades setempat Sabtu (25/4) pagi, jumlah
pria Desa Pantee Rakyat yang masih ditahan sekitar 46 orang, plus 2
wanitanya. Sedangkan sekitar 10 lainnya adalah warga desa-desa tetangga.
M.Nasir yang sangat prihatin serta menyesal terjadinya peristiwa
berdarah itu, mengatakan, saat insiden itu terjadi, sebenarnya warga
setempat sedang melaksanakan panen besar. Menurutnya saat ini, sekitar 200
hektar sawah, terutama di Dusun Pantee Raja dan Alue Mantri, hingga Genang
serta Lhok gayo, sudah ditinggalkan pemiliknya meski sejak beberapa pekan
lalu mestinya sudah siap disabit.
Dikhawatirkan, bila tenaga upahan tidak berhasil didatangkan ke
desa tersebut, ratusan hektar sawah siap panen terbengkalai sia-sia.
"Dibeberapa petak sawah yang saya lihat, padi-padi rontok sendiri atau
tergenang itu, malah sudah ada yang tumbuh lagi" katanya.
Saat ini, katanya, upah perontok padi dinaikkan dari Rp 3.000,-
menjadi Rp 4000,- hingga Rp 5.000,-/gunca (setara 180 hingga 200 Kg padi).
Demikian juga ongkos menyabit, atau mengangkat padi ke dalam phui. "tapi
tenaga kerjanya juga kurang, kebetulan malam ini datang lagi lima warga
Blang Pidie yang mengambil upahan menyabit. Semoga besok atau lusa datang
terus", harapnya sambil menunjuk 5 orang tamunya yang baru melapor akan
bekerja di desa tersebut.
Kecuali Blang Pidie yang berjarak sekitar 12 KM dari Babahrot,
para pekerja musiman itu datang dari Alue Bilie, Aceh Barat, serat
desa-desa lain di kecamatan Kuala Batee. "kalaupu mereka nanti kembali
setelah padi-padinya tak terurus kan amat kasihan. Hasil panen ini
merupakan harapan hidupnya untuk setahun, setelah berbulan-bulan memeras
keringat. Karenanya saya berharap agar Kapolda dan Kapolres Aceh Selatan
mengeluarkan intruksi menguarkan Daftar Pencarian Orang (DPO), agar mereka
yang tak terlibat, segera bisa kembali tanpa rasa takut untuk mengurus
sawahnya", kata Nasir.
"Lebi bagus lagi kalau pihak kepolisian juga menjelaskan bahwa
pekerja luar yang mengambil upah pada orang-orang yang lari atau buron,
tak akan diapa-apakan. Sebab pekerja-pekerja tersebut juga takut karena
diisukan akan ditangkap kalau mengurus padi orang yang terlibat" tambah
Nasir. Saat ini diakuinya, pihak keamanan, terutama Danramil Kuala Batee
sudah melakukan pendekatan ke dusun-dusun agar masyarakat tidak lagi
takut, serta bersedia kembali ke desanya. Namun menurut beberapa warga,
masyarakat masih was-was sebab ceramah-ceramah keliling kampung itu tidak
disertai oleh Camat maupun Kapolsek. "yang minta kembali Tentara, yang
menangkap nanti polisi, jelas orang takut. Lain kalau Pak Polisi juga ikut
menjamin, minimal yang tak bersalah tak akan diapa-apakan," kata salah
seorang warga yang tak ingin identitasnya disebutkan. (mal)


YAYASAN CITRA DESA INDONESIA Indonesian Rural Image Foundation Jl. Simpang
Dodiklat, Komplek Lamjame Permai I No.17 Phone (62-651) 44894, Fax.
(62-651) 44344 Banda Aceh 23235 - Indonesia

*****************************

Date: Tue, 28 Apr 1998 16:14:10 +1000
From: Chai Finnegan <>
To:
Subject: Blood, Sweat and Tears

Blood, Sweat and Tears

I recently saw a posting on Apakabar from one of the students
proclaiming: "HIDUP REFORMASI, HIDUP PERUBAHAN, HIDUP
DEMOKRASI, HIDUP PEMBARUAN, HIDUP ISLAM, HIDUP
PERESTROIKA, HIDUP GLASNOTS,
HIDUP MAHASISWA !!!"

May I remind my young friends who are trying to change Indonesia
that don't fall again to the same old habit, namely keep on
carrying on "omong kosong". More sloganism will not help
Indonesia.

What you should call for is not
just changing of the President, the ruling elite or even
the lowering of sembako prices. More importantly, you should
spell out clearly for changes to the fundamental values of
the Indonesian society that allow this beautiful country to
be raped and subjugated into such a sorry state.

These are, as I have written before:

1. Tahu Beres. - All you need to know is that everything
will be OK and done
2. Nyerobot - opportunistic to the extreme.
3. Ngeroyok - The mob mentality
4. Masa Bodoh - Who gives a shit mentality.
5. Omong Kosong - empty talk, sloganism, talking nonsense.

Other changes you should call for, if I am allowed to suggest, are:

* NO to any Conflict of Interest, big or small
* Accountability in all levels of the society
* Separation of power between the Executive, Judiciary, Legislative,
Bureaucracy and Security
* Check and balance between the Executive, Judiciary, Legislative,
Bureaucracy and Security
* The abolition of "Dwi-Fungsi" for ABRI and civilian control of ABRI
* Separation of the institution of religion from the State.
(Do not confuse religion with belief. Religion is man-made,
belief is between oneself and the higher being).
* Worship no man

Otherwise, your struggle, your blood, sweat and tears will be in vain.

regards - Chai Finnegan

*****************************


Kompas Online
_________________________________________________________________

Rabu, 29 April 1998
_________________________________________________________________

Bentrokan di Universitas Mataram

Enam Mahasiswa Luka-luka

Jakarta, Kompas

Bentrokan antara aparat keamanan dan mahasiswa Universitas Mataram
(Unram), Nusa Tenggara Barat, terjadi Senin (27/4) pagi, menyusul
pelemparan batu terhadap aparat keamanan yang berjaga-jaga di gerbang
kampus. Dalam bentrokan ketika berlangsungnya aksi keprihatinan
mahasiswa itu, enam mahasiswa mengalami luka-luka, dan ratusan lainnya
menjadi korban gas air mata.

Bentrokan itu bermula dengan adanya niat mahasiswa untuk menjemput
rekan-rekannya yang dirawat di RSU Mataram akibat bentrokan yang
terjadi dalam aksi keprihatinan Sabtu (25/4). Namun niat para
mahasiswa itu tak dapat dilaksanakan, karena aparat keamanan menjaga
ketat kampus. Mulailah beberapa mahasiswa menggelar mimbar bebas,
sambil sesekali melempari petugas dengan batu. Akhirnya, terjadilah
bentrokan itu.

Di Medan, mahasiswa Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) dan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) turun ke jalan, dan
menggelar mimbar bebas di Taman Makam Pahlawan (TMP), Jalan
Sisingamangaraja.

Aksi mahasiswa UISU dan UMSU tidak sempat diantisipasi aparat
keamanan, sehingga para mahasiswa berhasil berjalan sejauh dua
kilometer sampai di TMP. Untuk menghindari masuknya orang lain yang
memanfaatkan situasi, para mahasiswa berbaris dengan menggunakan tali
plastik sebagai pembatas.

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) tidak seberuntung
rekan-rekannya di UISU dan UMSU. Mereka harus puas dengan hanya
mengadakan aksi keprihatinan di kampus. Mahasiswa USU yang berupaya
turun ke jalan dihadang aparat keamanan. Para mahasiswa melempari
petugas yang menghadangnya, akibatnya petugas terpaksa melepaskan
tembakan gas air mata.

Mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas juga menggelar aksi
keprihatinan. Malah mereka sempat keluar dari kampusnya di Jalan Setia
Budi, Medan. Namun mereka berhasil digiring kembali ke kampusnya oleh
aparat keamanan.

Kota lainnya

Aksi keprihatinan bukan hanya di Mataram dan Medan, tetapi juga di
Kupang, Malang, Universitas Swadaya Gunungjati (Cirebon), dan
Ujungpandang (Sulawesi Selatan).

Di Kupang, mahasiswa sekota Kupang melakukan aksi keprihatinan di
Bandara El Tari. Mereka - entah dari mana - mendapatkan informasi
bahwa Mendikbud Wiranto Arismunandar akan berkunjung ke sana. Sebab
itu, mereka berencana menyongsong Mendikbud. Namun setelah mengetahui
bahwa Mendikbud ternyata tidak datang, mereka melanjutkan aksinya di
Kantor Dikbud NTT. Di sana mereka menyerahkan karangan bunga
bertuliskan: "Tu-rut Berdukacita Atas Dimatikannya Hak-hak Mahasiswa".

Di Malang, Panglima Divisi II Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan
Darat (Kostrad) Mayjen TNI Ryamizard RC mengatakan, mahasiswa
hendaknya tetap memperhatikan tata krama dan sopan santun dalam
melakukan aksi mimbar bebas.

Kepada wartawan seusai HUT Divisi II Kostrad di Singosari, Malang,
Senin, Ryamizard mengatakan, sesuai kebijaksanaan pimpinan ABRI,
mahasiswa dipersilakan melakukan demonstrasi sepanjang dilakukan di
dalam kampus. Namun ia mengingatkan, demonstrasi dengan mimbar bebas
itu bukan berarti bisa ngomong bebas, termasuk mencaci maki Kepala
Negara.

Di Garut, bertepatan dengan 1 Muharram 1419 H atau tahun baru Islam,
Selasa, pemuda, mahasiswa dan santri Garut mengeluarkan Deklarasi
Muharram. Deklarasi antara lain berisi seruan kepada para pemimpin
negara (presiden dan para menteri), wakil rakyat, ulama, cendekiawan
dan elemen-elemen bangsa yang lain untuk menjadikan diri sebagai
lokomotif perubahan. Untuk itu mereka mengajak seluruh elemen bangsa
untuk bersatu dan bersama mendukung setiap langkah ke arah perbaikan
melalui reformasi ekonomi, politik, dan hukum.
(rr/rul/lam/ano/smn/ans/thy)

*****************************

Date: Tue, 28 Apr 1998 07:57:24 +0700
To:
From:
Subject: Fortune: Who's Really in Charge of Indonesia?

FURTUNE May 11, 1998
Who's Really in Charge of Indonesia?
BY ANTHONY PAUL
After Suharto, some expect chaos, others democracy. Don't count on either.
The army will use its pervasive power to keep things pretty much the way
they are.

ENDLESS SHOTS OF INDONESIAN STUDENTS YELLING AT CNN cameras have encouraged
the view that riotous disorder and, as a consequence, radical change are in
the country's immediate future. Put such notions aside. They have little
bearing on real life, which is much less telegenic. The reality is this: If
change comes to Indonesia, it is unlikely to come quickly. It is just as
unlikely to be radical. These conclusions may not be particularly pleasing,
especially to Westerners, but they seem unavoidable. The reasons: The
absence of a credible opposition. Hold fast to this central fact: Jakarta
in 1998 is emphatically not Manila in 1986. At that time Ferdinand
Marcos-whose henchmen murdered Ninoy Aquino and then helped Marcos steal a
presidential election from Aquino's widow-was the region's most recent
example of a dictator who outlasted his welcome. He was overthrown by
street crowds mobilized by a Catholic clergy and laity who controlled their
own radio stations. By contrast, Suharto's ABRI (the vernacular acronym by
which Indonesia's armed forces are known) has spent more than three decades
clamping down on dissent and thereby ensuring that such a situation is
unthinkable in Jakarta. As a result, Suharto faces no serious challenge to
his authority. Dissident leader Megawati Sukarnoputri simply cannot be
compared to her father, President Sukarno, who, despite his flaws, was a
master politician with a huge following.
Moreover, Marcos' plundering had conspicuously impoverished his country;
Suharto, for all his nepotism, gave the average Indonesian a living
standard (until the rupiah collapsed) that exceeded that of the average
Filipino.
Solidarity within the army's ranks. Those who think Indonesia will erupt
into flames recall the turbulence accompanying Indonesia's last
presidential transition-from Sukarno to Suharto in 1965-66. At that time
hundreds of thousands of Indonesians, many of them ethnic Chinese, died in
killing frenzies either conducted or encouraged by ABRI. The passions
driving those massacres resulted from a split in the army; China was
reported to be clandestinely arming several division loyal to the PKI,
Indonesia's then six-million-member communist party. No such division roil
ABRI today. Says one senior Western diplomat:"It's crucial to understand
that ABRI has never been more unified than it is now, and it's solidly
behind the President. The President is at risk only if it becomes apparent
that he cannot govern successfully." And as long as Suharto has the
military's support, his ability to rule the country effectively is unlikely
to be in doubt. That's because ABRI, a 475,000-strong armed bureaucracy,
forms the political backbone of every town and village. Says Ian Mac
Farling, author of "The Dual Function of the Indonesian Armed Forces," an
authoritative recent study of Indonesia's military politics: "No other
armed services have enjoyed such a long period of political supremacy
without prolonged and severe challenges to their authority from domestic
civilian political opponents."
The khaki oligarchy's self-interest. Indonesia's military has a lot to gain
if Suharto's Golkar party stays in power. ABRI plays an extraordinarily
central role. Serving officers fill 75 seats in the 1,000-member People's
Consultative Assembly; retired officers or ABRI family members are often
given one of Golkar's 325 seats and vast business opportunities. The new
ABRI commander, Gen. Wiranto, succeeded Gen. Feisal Tanjung in February,
and in April, Suharto also appointed him Defense Minister. The Wiranto
family's interest in preserving the status quo is there for all to see: He,
his wife, and their 23-year-old daughter are all government-appointed
assembly members. How might major changes come to Indonesia? A prolonged
succession-as a result of, say, Suharto's slow decline into senility-"poses
the greatest challenge to the country," says Robert Lowry, a graduate of
Indonesia's Army Command and Staff College. "It would dissolve patronage
obligations and create an opportunity for a number of challengers to
emerge." But as Lowry notes, this would be unlikely to weaken ABRl's hold:
"Should civil unrest arise, it will inevitably put more power into the
hands of the troops deployed to restore order."What kind of Indonesia might
then emerge from the remains of Suharto's New Order? Ret. Brig. A.S.S.
Tambunan, a prominent military lawyer, is blunt about the prospects of a
liberal democracy here: "Any idea that separates our society into two
sectors, civilian and military, is incorrect. We do not follow the Western
ideology, which has a bias against its own arned forces."
Thomas Jefferson is thus unlikely to be one of the inspirations for any new
NEW Order. MacFarling describes the reality succintly: "ABRI officers are
the masters of Indonesia, and the signs are that they intend to keep this
position."

*****************************


PENGADILAN ATAS SADDAM HUSSEIN "MENOLAK SOEHARTO"

PEKALONGAN (AJInews, 30/4/98): Pada hari Rabu, 29 April 1998, Pengadilan
Negeri Pekalongan sekali lagi akan diuji "kemandiriannya" yang telah mulai
menyidangkan Saddam Hussein Bin Munaris (30 tahun) dan Suhardi bin Achwan
(27 tahun), keduanya warga Pekalongan yang didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum
karena menyatakan dimuka umum perasaan permusuhan, kebencian atau
pengkhianatan terhadap Pemerintah RI sebagaimana diatur dalam Pasal 154 KUHP.

Kasus ini diawali dari aksi yang dilakukan oleh KRP (Komite Rakyat
Pekalongan) pada tanggal 5 Februari 1998 sekitar jam 09.00 WIB, bertepatan
dengan acara Syawalan di Bunderan Krapyak Lor, Pekalongan Utara, Kodya
Pekalongan.

Adapun jalannya aksi adalah pertama massa yang berjumlah sekitar 500 orang
bersama-sama bergerak menuju tempat aksi. Setelah itu Saddam
Hussein sebagai Komandan Inti dan Suhardi sebagai Komandan Lapangan
mulai melakukan aksi dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan KRP sambil
meneriakkan "Hidup Rakyat, Hidup Demokrasi, Hidup Rakyat Tertindas",
"Rakyat Pasti Menang, Rakyat Harus Menang" dan menggelar spanduk yang
berbunyi "Dalam Krisis Ekonomi Ini, Kami dari Kelompok KRP mengucapkan
kepada Saudara-saudara selamat berhari Raya Idul Fitri 1418 H, Semoga
Anda Semua terus berjuang, berjuang untuk menang".

Selain itu juga meneriakkan "Satu Komando", Satu Gerakan Satu
Perlawanan", "Satu Perubahan, Naikkan Upah, Turunkan Harga, Tolak Sidang
Umum, Partai Baru, Presiden Baru, Cabut Lima Paket UU Politik, Cabut
Konsep Dwi Fungsi ABRI, Cabut UU Subversif, dan Referendum Rakyat
Meubere".

Kemudian Saddam mengomando siapa musuh kita ?, dijawab oleh massa : Rezim
Soeharto. Dengan apa mereka menindas ?, dengan Sistem. Kita dulu tidak tahu
permasalahannya, tapi dampaknya sistem itu sekarang
membuahkan krisis ekonomi, karena sekarang rakyat sadar betul sehingga
rakyat tidak punyai kepercayaan terhadap Pemerintah. Apakah rakyat
menghendaki Rezim Soeharto ?, massa menjawab : Gulingkan Soeharto,
Gantung Soeharto.

Selanjutnya menurut Fatwa Ulama, apabila Negara dipimpin oleh orang yang
tidak berhak akan terjadi lima hal yaitu; 1. Pimpinan Dzolim, 2. Rejeki
tidak berkah, 3. Tidak ada Keadilan, 4. Negara jatuh kepada orang kafir,
5. Mati tidak membawa Iman. Berarti dalam konteks agamapun kita
dibenarkan menggulingkan Soeharto, massa menjawab betul, betul. Rakyat
harus bersatu, jangan sampai terpecah belah. Kita jangan melihat latar
belakang politik, tetapi kalau menghendaki perubahan kita harus bersatu,
harus kita dukung, sejarah memang menulis revolusi tidak ada yang
namanya tanpa pertumpahan darah, tetapi kita tidak akan menghendaki,
kita revolusi damai, kita harus siap.

Perlu diketahui Soeharto yang sekarang dibangga-banggakan yang katanya
menurut Ketua DPP Golkar Harmoko, bahwa 150 juta rakyat Indonesia mendukung
Soeharto, ternyata bohong. Saya bertekad siapa yang berani membuka dada
menyatakan bahwa sayalah pendukung Soeharto berhadapan dengan saya, kita
bertemu di pengadilan. Silakan dijerat dengan pasal apapun. Ibarat Soeharto
tidak lebih dari birokrat anjing, Soeharto tidak
lebih dari seekor Celeng, Soeharto tidak lebih dari seekor Babi.
Sekarang kita buktikan apa alasan saya mengatakan demikian.

Atas tindakan itu Saddam Hussein, dkk ditangkap oleh anggota Polisi
Polres Pekalongan. 19 orang kawannya diadili dan dikenai pasal tipiring
melanggar pasal 510 KUHP, dijatuhi hukuman kurungan dua minggu dengan
masa percobaan empat bulan dan membayar ongkos Rp. 500,00. Untuk Saddam
Hussein dan Suhardi ditahan sampai perkaranya disidangkan di PN
Pekalongan dengan tuduhan melanggar pasal 154 KUHP dengan ancaman pidana 7
(tujuh) tahun penjara.

Identitas dua orang terdakwa :

N a m a : Saddam Hussein bin Munaris
Umur : 30 tahun
Tempat, Tgl. lahir: Pekalongan, 6 Desember 1967
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Montir Elektronik
Pendidikan : SD Kelas IV
Alamat : Jl. Progo II/53 Kel.Keraton Lor Kec.Pekalongan
Utara Kodya Pekalongan.

N a m a : Suhardi bin Achwan
Umur : 27 Tahun
Tempat, Tgl. lahir: Pekalongan, 9 Nopember 1971
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl.Jawa Gg. XII C No.14 Kel.Kergon
Kec.Pekalongan Barat Kodya Pekalongan.

Situasi Sidang Pertama atas Saddam Hussein dan Suhardi :
LBH PROTES KERAS ATAS MASUKNYA APARAT KEAMANAN DENGAN SENJATA API

Rabu, 29 April 1998
Sidang dimulai kurang lebih jam 10.30 WIB. Sebelumnya massa yang akan
menyaksikan sidang sudah berkumpul dan memenuhi halaman Pengadilan
Negeri Pekalongan. Pengamanan yang dilakukan oleh polisi terlihat
dimana-mana baik pakaian dinas maupun pakaian sipil (intel). Massa yang
akan menyaksikan sidang kurang lebih berjumlah 500 orang. Mereka dengan
memakai ikat kepala bertuliskan KRP ada juga yang merelakan rambut
dipotong bertuliskan KRP (seperti saat mereka kampanye) tamapk juga
diantara massa Ibu-Ibu dengan mengedong anaknya merelakan untuk
berdesak-desakkan guna memeberikan dukungan kepada Saddam Hussein dan
Suhardi sambil meneriakkan yel-yel Hidup Rakyat, Hidup KRP, Hidup Saddam
Hussein, ketika Saddam Hussein dan Suhardi (dua orang terdakwa) mulai
memasuki ruang sidang dengan kawalan dua orang petugas kepolisian yang
membawa senjata.

Setelah Ketua Majelis Hakim (Ketua PN Pekalongan) menanyakan identitas
Saddam Hussein dan Suhardi, lalu memberikan waktu kepada Jaksa Penuntut
Umum (JPU) untuk membacakan dakwaannya. Namun sebelum JPU membacakan
dakwaannya Penasehat Hukum yang diwakili oleh LBH Semarang melakukan
interupsi dan protes keras, pertama Klarifikasi atas penundaan sidang pada
hari Senin, 27 April 1998 yang menurut Hakim Ketua (KPN) tidak berani
dikarenakan tidak ada jaminan pihak keamanan di PN karena akan ada
kunjungan Kapolda Jateng ke Pekalongan (ternyata kunjungan Kapolda diajukan
hari Sabtu, 25 April 1998) yang menurut Penasehat Hukum alasan tersebut
"sangat tidak layak", terlalu berlebihan hanya ketakutan atas pengamanan
sidang untuk Saddam Hussein dan Suhardi dan kedua, Keberatan atas dua orang
petugas keamanan dengan memakai senjata api masuk diruang sidang hal itu
merupakan salah satu pelanggaran.

Interupsi ditanggapi Majelis Hakim dengan mengatakan bahwa penundaan
sidang adalah penetapan dari Majelis Hakim setelah koordinasi dengan
JPU karena ada informasi sehubungan dengan kunjungan Kapolda Jateng ke
Pekalongan kalau Pensehat Hukum menyatakan alasan tersebut tidak layak
kami terima dan atas protes kedua ditanggapi Majelsi Hakim dengan
mengeluarkan dua orang keamanan tersebut. Dan kemudian dilanjutkan
dengan seremonial persidangan. Sementara diluar persidangan massa KRP
terus meneriakkan yel yel hingga persidangan berakhir dilanjutkan
dengan acara long march saat massa keluar dari PN Pekalongan.

Sidang dilanjutkan hari Senin, 4 Mei 1998 dengan acara Pembacaan Eksepsi
oleh Penasehat Hukum dan Terdakwa. Bersama ini juga kami mempersilahkan
kepada kawan-kawan untuk menghadiri dan meramaikan sidang Saddam Hussein.

*****************************

*****************************

*****************************

*****************************

*******************************


Back to Welcomesite (Kembali ke halaman pembuka)