Ketua DPP PDI Perjuangan
************************************** Received on Thu Feb 5 02:04:39 MET 1998 KELOMPOK FATMAWATI Jl. Fatmawati No. 1 D Jakarta Selatan Telp. 765-9140 STATEMENT Tentang REFORMASI PARIPURNA dan PENGGANTIAN PRESIDEN Kami dari organisasi-organisasi dan pribadi-pribadi yang disebut di bawah ini, demi rasa tanggung jawab terhadap nasib Negara, Bangsa dan Rakyat, dengan ini menyatakan sebagai berikut: 1. Bahwa kami menyambut dengan penuh semangat pertemuan yang dihadiri oleh: Ny. Supeni, Ali Sadikin, Frans Seda, Amien Rais, Sabam Sirait, Sri Edi Swasono, Soerowo Abdoelmanap, Dahlan Ranuwihardjo, H.M. Sanusi, Sunarkha dan Apoel Batubara pada tanggal 28 Oktober 1997, yang menghasilkan persepsi dan pandangan yang sama: 1.1. Bahwa krisis ekonomi moneter yang melanda Indonesia telah menimbulkan krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah sebagai produk sistem politik selama ini. 1.2. Bahwa kondisi Perbankan dan Keuangan yang amburadul karena pembinaan dan kontrol yang sangat lemah, sehingga portofolio perkreditan dalam negeri terlebih utang luar negeri terutama utang swasta tidak berada lagi dalam rentang kendali karena hubungan kuat antara elit kekuasaan dan elit pengusaha yang membuat bersimaharajalelanya korupsi, kolusi dan nepotisme. 1.3. Menyokong upaya mempertemukan Amien Rais dengan Megawati Soekarnoputri guna menggalang penyatuan aspirasi rakyat yang telah tumbuh pesat dalam masyarakat, serta mendukung sepenuhnya kesediaan Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais untuk dicalonkan sebagai Presiden RI 1998 - 2003 sebagaimana dinyatakan dalam Pernyataan Bersama tanggal 15 Januari 1998 ketika Kelompok 28 Oktober mempertemukan Amien Rais dan Megawati Soekarnoputri di rumah Ny. Supeni di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 2. Bahwa kondisi yang serba kelabu yang mewarnai kehidupan Negara dan Bangsa kita belakangan ini berikut peringatan-peringatan dari Allah Yang Maha Kuasa, diantaranya berupa pelbagai musibah dan bencana yang sudah terjadi, semuanya ini hendaknya menyadarkan para Pemimpin Bangsa yang benar-benar mempunyai rasa tanggung jawab atas nasib Negara dan Rakyat, bahwa sekarang ini sudahlah tiba saatnya terhadap Orde Baru yang sudah berusia 30 tahun lamanya dilakukan Reformasi Paripurna di bidang Politik, Ekonomi, Kebudayaan, Hukum dan lainnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 3. Dalam rangka Reformasi tersebut, kami menyampaikan penghargaan atas Pidato yang disampaikan oleh Presiden H.M. Soeharto pada Peringatan HUT Golkar ke-33 pada tanggal 19 Oktober 1997, yaitu bahwa beliau tidak ingin menjadi penghalang suksesi dan regenerasi kepemimpinan Bangsa serta menolak kepercayaan rakyat yang semu. Oleh karena itu, kalau para pemimpin kekuatan-kekuatan politik berikut para anggota MPR benar-benar berkehendak menyuarakan aspirasi rakyat, seharusnya mereka tidak memaksa Presiden HM Soeharto untuk menjabat Presiden lagi periode 1998-2003. 4. Melanjutkan jabatan Jenderal Besar HM Soeharto sebagai Presiden periode 1998-2003 adalah bertentangan dengan jiwa, semangat dan bunyi pasal (7) UUD 1945. Sesuai dengan jiwa dan semangat Negara kita yang berbentuk Republik, penggantian Presiden adalah hal yang layak, patut dan wajar dan sekali-kali tidak boleh dihindari, maka Jenderal Besar H.M. Soeharto tidak boleh dicalonkan dan mencalonkan diri lagi untuk jabatan Presiden periode 1998-2003,. 5. Bahwa dalam situasi dan kondisi Bangsa dan Negara dewasa ini, khusus kepada ABRI sebagai kawan seperjuangan, kami ingin menyerukan agar ABRI sebagai prajurit pejuang dan sebagai abdi rakyat dituntut untuk menampilkan secara nyata yang mampu melakukan terobosan dalam rangka Reformasi Paripurna tersebut demi Keselamatan Republik Pancasila tercinta ini. Lagipula, sudah sejak awal 1979 Forum Studi dan Komunikasi TNI di bawah pimpinan KSAD Almarhum Jenderal TNI Widodo pernah menyampaikan gagasan tentang Persiapan Suksesi akibat kegagalan Orde Baru dalam mengemban AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat). Kepada jajaran ABRI diimbau untuk menyegarkan kembali Pedoman Dwi-fungsi yang pernah dicanangkan oleh Pimpinan TNI-AD yang diantaranya menggariskan: a) Politik yang dijalankan oleh TNI/ABRI adalah politik UUD 1945, bukan politik golongan dan juga bukan politik TNI/ABRI sebagai golongan. b) Dalam mencapai tujuan politik, tidak boleh digunakan kekuatan senjata, atau menyalahgunakan kekuasaan sebagai supra struktur politik. c) Dalam melakukan kegiatan politik, TNI/ABRI harus menggunakan metode persuasif dan metode konstitusionil, tidak boleh menggunakan metode paksaan. 6. Bahwa Letter of Intent yang ditandatangani oleh Presiden HM Soeharto tanggal 15 Januari l998 di depan Direktur Pelaksana IMF membuktikan bahwa Pemerintah telah gagal mengatasi krisis ekonomi moneter sebagai produk sistem politik dan pengelolaan Pemerintahan selama ini. Teguran/petunjuk yang diberikan IMF kepada Pemerintah itu, pada hakekatnya adalah perwalian (guardianship) pihak luar negeri/IMF terhadap Republik Indonesia, hal ini menodai Martabat dan melanggar Kedaulatan Negara dan Bangsa. Jakarta, 17 Januari 1998 1. Persatuan Nasional Indonesia Ny Supeni, Sunarkha 2. Lembaga Soekarno Hatta Manai Sophian Prof. Usep Ranuwijaya, SH Apoel Batubara 3. Anggota Kelompok Kerja Petisi 50 Drs. Wachdiat Sukardi Ir HM Sanoesi 4. LPEP Soedibyo Drs. Danardono 5. Pimpinan FPKR Abdul Majid 6. Forum Komunikasi Murba Wasid Soewarto 7. Gerakan Rakyat Marhaen Soekmawati Soekarnoputri Achmad Marhaen SP, SH 8. PSP Kebangsaan Indonesia-IM Drs. Soerowo Abdulmanap Murdianto 9. Moersjid, Mayjend (purn) TNI AD 10. Dahlan Ranuwihardjo SH (ex TNI Corp Mahasiwa Brigade 17) 11. Abdoel Sjoekoer (Ex TNI Brigade 17 TGP) 12. Soebagio (ex TNI Brigade 17 TRIP Jawa Timur) 13. Soejono (ex TNI Brigade 17 TP Jawa Tengah) 14. Drs. Soekardjo Ismono (ex Pelajar Pejuang RI) 15. D Pardjaman (ex TNI Brigade 17 TP Siliwangi) ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Alliance of Independent Journalists Jl. PAM Baru Raya 16, Pejompongan, Jakarta, Indonesia Tel/Fax : (62-21) 5727018 E-mail : [email protected] Received on Thu Feb 5 02:22:25 MET 1998 Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka E-mail: [email protected] Xpos, No 5/I/31 Januari - 6 Februari 98 ------------------------------ MUDRICK DUKUNG DUET MEGA-AMIEN (POLITIK): Megawati dan Amien Rais diminta antar pencalonannya ke MPR. Mudrick menuding PPP berkhianat terhadap janji kampanye. Bukan Mudrick SM Sangidoe kalau tak membuat berita. Ada saja pernyataannya yang kontroversial. Saat bicara di forum diskusi di UII Yogyakarta (25/1) misalnya, ia menggugat janji PPP yang hampir dilupakan orang. "Saat kampanye, para juru kampanye PPP ngomong ingin perubahan. Tapi sekarang kenyataannya di luar perkiraan kita", kata penggerak Mega-Bintang ini. Pernyataan Mudrick itu merupakan reaksi dari hasil silaturahmi H. Ismail Hasan Metareum SH, Ketua Umum PPP, dengan Presiden Soeharto beberapa waktu silam. Hasil silahturahmi itu, PPP menca- lonkan kembali Soeharto sebagai presiden untuk periode ke tujuh. Hal itu dinilai Mudrick sebagai pengingkaran terhadap janji-janji PPP semasa kampanye. "Sebagai orang tua (Buya), saya menghormati dia. Tapi ingatlah, 50 orang warga PPP telah meninggal dunia sebagai korban kampanye pada kampanye 1997 lalu, demi kursi dewan. Nah, kalau amanat itu tidak lagi diperhatikan anggota dewan, itu namanya pengkhianat," tegasnya. Mudrick meminta DPP PPP untuk menganulir pencalonan kembali Jenderal Besar HM Soeharto menjadi presiden 1998-2003. Dan ia mengingatkan bahwa suara arus bawah harus diperhatikan jika tidak ingin muncul ketidakpuasan terhadap partai berlambang bintang itu. Tak cukup dengan itu, Mudrick atas nama warga PPP telah mengirim surat ke Fraksi PPP di MPR, Jakarta. Isinya: agar pencalonan Megawati Soekarnoputri dan H. Amien Rais , diperhatikan. Selain menyampaikan dukungan terhadap Mega dan Amien, Mudrcik juga minta agar Megawati Soekarnoputri dan H. Amien Rais untuk bersungguh-sungguh dalam tindakannya. Maksudnya, tidak hanya sekedar berani membuat pernyataan-pernyataan, tetapi diikuti dengan langkah politik yang kongkret.. "Rakyat pasti mendukung", katanya. Dan, dukungan untuk Amien, misalnya, sempat ditunjukkan oleh seorang ibu muda di auditorium STEKPI, Jakarta. Ibu itu menyerahkan kalung emas yang sedang dikenakannya, untuk per- juangan Amien. Dalam forum diskusi yang menghadirkan Mega dan Amien itu Mudrick menyatakan akan all out dalam memberikan dukungan pencalonan kedua tokoh itu. Bahkan ia berjanji akan mengerahkan massa pendukungnya di Surakarta untuk mengantar jagonya ke MPR, bila keduanya menyatakan deklarasi pencalonan itu di MPR. "Bila Mas Amien dan Mbak Mega ingin menyampaikan deklarasi ke MPR, PPP se Surakarta siap mengantarnya," kata orang nomor satu di PPP Sura- karta ini. Megawati Soekarnoputri, dalam forum diskusi yang sama menjawab tantangan Mudrick. Bahkan Mega mengajak peserta forum untuk tidak berhenti dalam cakap-cakap di forum diskusi. Tapi membuat langkah-langkah lanjutan. Mega melontarkan sebuah perumpamaan yang menarik. Menurutnya, Indonesia saat ini ibarat kapal yang sedang akan tenggelam. Dalam kondisi panik ini, awak kapalnya sedang sibuk rapat di sebuah ruang tertutup dengan dihiasi lampu- lampu kristal. Sementara keadaan seluruh kapal sudah sangat mencekam. Seluruh penumpang panik menanti tindakan penyelamatan. "Tapi saya yakin, kita tidak akan berhenti pada diskusi di ruang- an ini saja", kata Mega. Ia mengaku sudah beberapa kali minta agar segera dilakukan lang- kah penyelesaian krisis, bukan lagi penyelesaian di atas kertas. Diingatkan, bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang menunggu waktu tenggelamnya wilayah RI jika tidak segera dilakukan langkah penyelamatan. "Artinya, kalau tidak segera diambil tindakan positip, maka betul-betul akan merupakan tragedi", tegasnya. Menurut Mega peletakan dasar-dasar perubahan humanis menuju masyarakat berkeadilan, dihadapkan pada tantangan sangat serius. Untuk itu sikap keberpihakan yang kuat dan sungguh-sungguh pada nurani dan penderitaan rakyat, sangat diperlukan. "Tanpa penyikapan dan pemihakan yang jelas, maka tidak artinya hak berjuta-juta rakyat dibanding segenggam kekuasaan," tegasnya. Dan salah satu bukti yang akan diberikan kepada bangsa Indonesia jika ia diberi mandat sebagai Presiden, maka Ketua Umum DPP PDI yang digulingkan pemerintah ini akan melarang praktek bisnis yang dilakukan oleh keluarga para pejabat, yang memanfaatkan kekuasaan dan jabatan. Ia berjanji untuk menegakkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Praktek korupsi, kolusi, monopoli dan nepotisme harus diberantas. "Tanpa melakukan hal ini berbagai upaya reformasi ekonomi maupun politik tidak akan banyak artinya", kata Mega. Sementara Amien Rais dalam kesempatan itu mengungkapkan, bahwa frustasi ekonomi yang terjadi saat ini, jika tidak ditangani secara tepat akan berkembang menjadi frustasi politik, yang setiap saat bisa meledak. "Penyelenggara pemerintahan saat ini ibaratnya duduk di puncak gunung berapi, baik secara politik maupun sosial, yang setiap saat siap meledak", ujarnya. Khabarnya, pekan ini Amien dan Mega akan konsolidasi lagi di Jakarta. (*) Last Update on 17.02.1998 |