Perkembangan situasi politik sampai 19 Mei 1998 menunjukkan sesungguhnya
seluruh fungsi politik kenegaraan telah lumpuh. Presiden tidak lagi mendapat
kepercayaan rakyat, kabinetnya telah dibubarkan, dan DPR/MPR terbukti tidak
memihak rakyat yang diklaim diwakilinya.
Saat ini minimal ada tiga kekuatan utama dalam chaos ini.
Kekuatan status quo yang memanifes pada Suharto yang sangat ingin mundur
dengan aman tanpa ditanya soal harta, kebijakan dan kekejamannya selama 32
tahun ini. Ia membodohi kita dengan Pemilu yang akan ia atur seperti maunya
dan yang menguntungkan kepentingan diri dan para kroninya. Dalam hal ini ia
didukung oleh ABRI dan DPR/MPR yang notabene memang para kroni semua.
Para elit kecil seperti Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Najib, Nurcholis
Madjid, Amien Rais, dan lain-lainnya yang yang cenderung kompromis dan
takut pada panas matahari sehingga bergunjing di ruang AC dan menggunakan
remote control untuk memantau situasi. Yang jelas mereka menjadi lembek:
alih-alih berada bersama rakyat di gedung DPR/MPR kemarin, 19 Mei 1998,
mereka berada di istana negara bersalaman membungkuk-bungkuk kepada Suharto.
Para tokoh itu tidak sadar bahwa Suharto sedang melakukan politik pecah dan
melakukan diskriminasi berdasar agama dan gender: ia hanya mengundang
para tokoh ulama Islam kemarin (19/5), dan hanya mengundang lelaki.
Suharto telah melakukan diskriminasi yang kasar kepada perempuan,
menafikan peran mereka yang penting dalam proses demokratisasi ini,
memandang mereka hanya mampu mengurus nasi bungkus warteg.
Kekuatan rakyat, yang disuarakan oleh kelompok-kelompok maha-siswa,
buruh, perempuan, komunitas miskin kota, dan banyak lainnya yang bertahan
di gedung DPR/MPR sejak 18 Mei 1998. Kekuataan rakyat ini akan semakin
besar jumlahnya. Kekuatan ini harus menjadi solid dan perlu memasukkan
para intektual, pemimpin agama-agama dan berbagai kalangan yang jujur,
berkomitmen dan adil.
Berdasar analisis situasi terkini tersebut, Kelompok Perempuan Indonesia
untuk Keadilan dan Demokrasi menyatakan:
1. Menolak seluruh skenario reformasi ala Suharto dan Rapim DPR/MPR
yang dinyatakan pada 19 Mei 1998.
2. Menuntut Suharto mundur sekarang juga.
3. Menuntut diadakannya Pemilu secepatnya dengan sistem distrik yang
sungguh-sungguh jujur, terbuka, dan bebas dari teror dan jual beli suara.
4. Menuntut diadakannya pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat,
satu orang satu suara, bukan melalui perwakilan partai politik.
5. Menuntut diadilinya Suharto, keluarga dan para penjilatnya.
6. Menuntut dihentikannya segala bentuk kekerasan oleh negara terutama
terhadap perempuan.
Untuk mewujudkan tuntutan nurani rakyat tersebut, kami mengundang semua
pihak secara lintas agama, ras, suku, perempuan dan lelaki untuk bergabung dan
mengggalang kekuatan rakyat dengan berada langsung di gedung DPR/MPR
yang sesungguhnya adalah rumah kita.
Merdeka
Jakarta, 20 Mei 1998
==========================
Koalisi Perempuan Indonesia
Untuk Kadilan dan Demokrasi
1. Ade Rostina Sitompul
2. Ani Tyas
3. Arimbi Heroeputri
4. Asnifriyanti Damanik
5. Chusnul Mar'iyah
6. Debra H. Yatim
7. Dian Christiani
8. Dina Tri Sundari
9. Dyah Bintarini
10. Gadis Arivia
11. Hemasari
12. Hening Tyas Sutji
13. Himah Sholihah
14. Iit Rahmatin
15. Ita Fatia Nadia
16. Julia Surya Kusuma
17. Karlina Leksono Supelli
18. Kusmariani
19. Laora Arkeman
20. Liza Hadiz
21. Mumtahana
22. Myra Diarsi
23. Nori Andriani
24. Nursyahbani Katjasungkana
25. Ratna Batara-Munti
26. Rita Serena Kalibonso
27. Ruth Indiah Rahayu
28. Sandra Moniaga
29. Sekar Pireno
30. Shinta Kumaradewi
31. Sita Aripurnami
32. Siti Kholipah
33. Sri Mukartini
34. Sri Wiyanti Eddyono
35. Taty Krinawati
36. Tita Sathori
37. Toeti Heraty Noerhadi
38. Umi Lasmina
39. Vony Renata
40. Wardah Hafidz
41. Yuni Chuzaifah
Kami mengundang semua perempuan Indonesia untuk
bergabung bersama kami dan rakyat dalam perjuangan ini.
Silahkan menyertakan nama anda di nomor telepon/Fax/e-mail berikut:
Telp/Faks:(021) 391-1230
Telp/Faks:(021) 31900663
e-mail: [email protected]
e-mail: [email protected]
===============================================