Pengantar Penyunting
"Membangun Dunia", akan lebih arif bila tidak diartikan secara sernpit. Pendapat tentang adanya dunia atau jagad besar dan jagad kecil dapat dijadikan acuan untuk dapat memahami, mengamalkan dan metaksanakan Pancasila yang digali oleh Bung Karno dari akar budaya bangsa Indonesia.
Makna jagad kecil, perwujudannya dapat diartikan sebagai identitas sebuah bangsa atau personifikasi warga dari bangsa tersebut. Relevan dengan sejarah kelahirannya; yaitu demi terciptanya keadilan dan perdamaian yang abadi. Persoalan saling hormat menghormati antar bangsa dan umat manusia bukan hanya sebuah jargon retorika, tetapi harus terwujud dan tercermin dari satunya kata dan tindakan. Agar sesuai dengan hak dan tanggungjawab setiap manusia sebagai mahkluk sosial ciptaan Tuhan, yang memikul tugas dan tanggungjawab pada Sang Khaliq, yaitu menjaga Kelestarian alam semesta untuk kesejahteraan seluruh mahluk ciptaan-Nya.
Exploitation de l´homme par l´homme dan exploitation de nation par nation (penindasan atas manusia satu terhadap manusia lainnya dan penindasan satu bangsa kepada bangsa lainnya), merupakan satu contoh yang harus dihapuskan dari muka bumi. Karena hal demikian merupakan wujud dari pengingkaran eksistensi manusuai terhadap jati dirinya sendiri.
Pada tataran hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Pancasila diyakini merupakan rumusan ideal bagi kehidupan manusia. Hal itu sudah pula dikaji secara akademis atas kesahihannya, oleh sebuah Team dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang dipimpin Prof. Dr. Notonegoro, di tahun 1951. Selain agama, Pancasila dianggap mampu menjembatani perbedaan yang ada dalam diri satu manusia dengan manusia lainnya (hablum minannas), maupun dengan Sang Pencipta (hablum minallah). Dengam perangkat demikian, sangat cocok untuk kehidupan Bangsa Indoensia yang sungguh majemuk ini.
Oleh karena itu, membuminya Pancasila harus diwujudkan. Bung Karno sang Penggali telah pula manancapkannya dalam pikirian dunia melalui pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 30 September 1960.
Reaktualisasi dan rasionalisasi melalui reproduksi - yang berbentuk buku ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita bangsa Indonesia khususnya, dan umat manusia pada umumnya.
- Penyunting,
- H. Bambang Rahardjo M
- Pudjo Nugroho
- Dhia Prekasa Yudha
- Chandra Endang
|