MEMPERINGATI HUT KE 100 BUNG KARNO


Halaman 4

Mereka hanya mengingat karakter, tidak mengingat tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang di didiami oleh manusia itu. Apakah tempat itu? Tempat itu yaitu Tanah Air. Tanah Air itu adalah satu kesatuan. Allah s.w t. membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan dimana "kesatuan-kesatuan" disitu. Seorang anak kecilpun, jikalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar, Lautan Pacific dar Lautan Hindia, dan diantara 2 benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain-lain pulau kecil diantaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggir Timur benua Asia sebagai "golfbreker" atau penghadang gelombang Lautar Pacific adalah satu kesatuan.

Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh Lautan Hindia yang luas dan Gunung Himalaya. Seorang anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu kesatuan.

Griekenland atau Yunani dapat ditunjukkan sebagai satu kesatuan pula. Itu ditaruhkan oleh Allah s.w.t. demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan Athene saja, bukan Macedonia saja, tetapi Sparta plus Athene plus Macedonia plus daerah Yunani yang lain-lain, segenap kepulauan Yunani, adalah satu kesatuan.

Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, Tanah Air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesialah Tanah Air kita. Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah s.w.t menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah Tanah-air kita!

Maka jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat dan buminya, maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oleh Ernest Renan dan Otto Bauer itu. Tidak cukup "le desir d'etre ensemble", tidak cukup definisi Otto Bauer "aus Schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft" itu. Maaf Saudara-saudara, saya mengambil contoh Minangkabau. Diantara bangsa Indonesia, yang paling ada "le desir d'etre ensemble", adalah rakyat Minangkabau, yang banyaknya kira-kira 2 1/2 milyun. Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga. Tetapi Minangkabau bukan satu kesatuan, melainkan hanya satu bahagian kecil daripada satu kesatuan! Penduduk Yogyapun adalah merasa "le desir d'etre ensemble", tetapi Yogyapun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di Jawa Barat rakyat Pasundan sangat merasakan "le desir d'etre ensemble", tetapi Sundapun hanya satu bahagian kecil daripada satu kesatuan.

Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan "le desir d'etre ensemble" di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusianya yang, menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t, tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari Ujung Utara Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya! karena antara manusia 70.000.000, ini sudah ada "le desir d'etre ensemble", sudah jadi "Charaktergemeinschaft"! Natie Indonesia, bangsa Indonesia, umat Indonesia jumlah orangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000, yang telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu!

(Tepuk tangan hebat).

Halaman 5



Back Forward

(c) 2001 compiled by