MEMPERINGATI HUT KE 100 BUNG KARNO |
"KECINTAAN MASYARAKAT INDONESIA Di BELANDA KEPADA BUNG KARNO"
Fri, 25 May 2001 22:52:04 +0200
(Ditulis dalam rangka Peringatan HUT KE-100 BUNG KARNO)
P ernah seorang jurnalis kawakan Belanda, yang semula bekerja sebagai kuli tinta untuk sebuah surat kabar Belanda yang amat membela diteruskannya kolonialisme Belanda di Hindia Belanda, yaitu s.k. De Telegraaf, menulis bahwa bagi penguasa kolonial Belanda musuh negara (Belanda) nomor satu, adalah SOEKARNO. Wartawan Belanda ini kemudian menjadi pengagum Bung Karno. Dan menulis sebuah buku khusus yang berjudul SUKARNO SAHABAT SAYA. Nama wartawan tsb Willem Oltmans. Karena simpatinya terhadap Bung Karno, yang saat itu sedang memimpin perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian Barat, William Oltmans dipecat dari De Telegraaf. Ia kemudian diisolasi, difitnah dan dijegal di mana-mana oleh Kementarian Luarnegeri Belanda yang ketika itu dipegang oleh Luns. Belakangan Oltmans direhabilitasi.
Sejak 'tempo dulu' di zaman kolonialisme masih kuat kokoh, lewat pendudukan Jepang, sampai ketika bangsa kita memasuki periode perjuangan membela Republik Indonesia, pada tahun-tahun 1945-1949 sampai Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dalam bulan Desember 1949 hubungan antara Belanda dengan Indonesia tidak pernah stabil, jangan lagi dibilang baik. Bagi pemerintah Belanda ketika itu dan lingkungan masyarakat Belanda yang mendukungya, bahkan sampai sekarang ini, termasuk tidak sedikit dari kaum cendekiawan Belanda, eks-KNIL dsb, segala persoalan yang timbul antara Indonesia pasca kemerdekaan dengan Belanda, adalah salahnya Soekarno. Apalagi ketika zaman kolonial Belanda dulu, Soekarno selalu dianggap sebagai musuh penguasa, makanya tidak heran jika sebagian besar hidup Bung Karno ketika zaman kolonial adalah di dalam tahanan atau pembuangan Belanda. Di zaman pendudukan militer Jepang, Bung Karno bahkan dianggap sebagai orang yang berkolaborasi dengan musuh, dianggap sebagai 'kolaborator' sebangsanya Musser di negeri Belanda yang berkolaborasi dengan Jerman Hitler.
Tentu semua tuduhan dan fitnahan itu bagi bangsa kita, selain dianggap sebagai suatu penghinaan, hanyalah menunjukkan bahwa mereka-mereka itu tidak mengerti Indonesia, tidak mengerti hasrat dan cita-cita bangsa Indonesia untuk kemerdekaan. Hanya menunjukkan bahwa mereka-mereka itu bersikeras mepertahankan pandangan kolonialnya. Pandangan mereka mengenai Bung Karno bertolak belakang dengan pandangan bangsa dan rakyat kita, yang menghargai dan menghormati Bung Karno sebagai bapak dan pembina nasion Indonesia, sebagai pemimpin perjuangan bangsa untuk kemerdekaan, proklamator dan bapak pemersatu bangsa.
Namun, sejak kunjungan Presiden Wahid ke negeri Belanda pada awal 2000, tampak ada kemajuan di dalam pandangan sementara kalangan pemerintah, khususnya sesudah PM Wim Kok menyatakan akan menyampaikan kelak kepada Presiden Wahid peneyesalannya atas apa yang dilakukan Belanda pada tahun-tahun ketika Den Haag sedang berusaha untuk mencekik Republik Indonesia yang baru lahir.
Tahun ini, tepatnya pada tanggal 6 Juni, seratus tahun yang lalu, di Surabaya telah lahir seorang putra Indonesia, bernama SUKARNO, yang kemudian sama-sama kita tahu menjadi salah seorang pemimpin perjuangan rakyat dan bangsa kita untuk kemerdekaan. Bung Karno bukan saja menjadi salah seorang pemimpin perjuangan bangsa, tetapi adalah bapak nasion Indonesia dan Proklamator Kemerdekaan, yang kemudian mentutaskan perjuangan untuk cita-cita merdekanya seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Ke Maraukan, dengan dibebaskannya Irian Barat.
Di Indonesia SEABAD BUNG KARNO diperingati dengan pelbagai kegiatan yang direncanakan akan ditutup pada tanggal 6 Juni dengan suatu rapat besar di STADION GELORA BUNG KARNO.
Nah, masyrakat Indonesia di Belanda, juga tidak ketinggalan dalam menyatakan kecintaan dan penghormatannya kepada pahlawan nasional Bung Karno. Untuk memperingati HUT Ke-100 Bung Karno, di Amsterdam telah dibentuk Panitia Peringatan 100 Tahun Bung Karno. Untuk jelasnya maka saya kutipkan saja di bawah sebagian besar dari teks UNDANGAN dari Panitia yang menyangkut kegiatan di sekitar HUT 100 Bung Karno, sbb:
U N D A N G A N
Bersama ini Panitia Peringatan 100 Tahun Bung Karno di negeri Belanda mengundang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk menghadiri peringatan HUT Ke-100 Bung Karno. Mengingat arti penting dan demi semaraknya peringatan tsb, panitia akan menyelenggarakan dua kali pertemuan dengan acara, waktu dan tempat yang berbeda.
Pertemuan pertama SARASEHAN 2 Juni, 2001 di Gedung 'Schakel', Burgemeester van Bickerstraat 46A, Diemen; dari jam 11.00 sampai 17.00
Yang bertujuan mengungkapkan kembali peranan besar Bung Karno sebagai pejuang kemerdekaan, proklamator Republik Indonesia dan Bapak Pemersatu Bangsa Indonesia, serta akan melancarkan kritik terhadap kejahatan Orde Baru yang dengan rekayasanya telah mempersekusi, menodai dan mencemarkan Bung Karno.
Sarasehan akan diawali oleh dua pembicara:
1. Ibu Francisca Fanggiadaej dengan tema: ''Peranan besar Bung Karno dalam Revolusi Indonesia".
2. Sdr. Djumaeni Kartaprawira dengan tema: ''Bung Karno sebagai Bapak pemersatu Bangsa Indonesia dan ajarannya''.
Kemudian sarasehan akan dilanjutkan dan dikembangkan bersama hadirin agar lebih luas dan mendalam. Dalam acara sarasehan ini juga akan dipamerkan foto-foto dan karya-karya Bung Karno.
Pertemuan Kedua "PESTA SENI"
Tg. 10 Juni, dari jam 11.00 sampai jam 17.00, di Gedung "Salon Hilal", Zeeburgerdijk 117-119 di Amsterdam.
NB. Kepada yang berminat harap mencatatkan namanya selambatnya pada tanggal 4 Juni, kepada Ketua Panitia Sdr. Sungkono, tel. 020-6 904 958, Sdri Farida Rakhmat, tel 020-6 99 0984 dan atau Sdri Sri Isni Soehardjono, tel 030- 243 2794.
SUATU SURPRISE YANG PERLU DISAMBUT
Di depan telah dikemukakan bahwa sejak kunjungan Presiden Wahid ke Belanda, ada sedikit perubahan positif sikap pemerintah dan kalangan Belanda terhadap Indonesia, khususnya terhadap BungKarno.
Inilah surprise yang saya maksudkan.
Dalam rapat tahunan anggota dari KITLV (Koningklijke Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde), di Leiden, yang kebetulan saya hadiri sebagai anggota, Dr Harry Poeze dari KITLV mengumumkan bahwa KITLV akan mengadakan pameran pada tanggal 6 Juni, 2001, (pas Bung Karno lahir 100 tahun yang lalu), dengan tema: SOEKARNO, ARCHITECT OF A NATION, 1901-1970.
Dalam kesempatan itu akan bicara a.l. Dr. Steven B. Engelsman, direktur Rijksmuseum voor Volkenkunde; Prof. Dr. Gert J. Oostindie, direktur KITLV; Prof. Bob Hering, penulis buku SOEKARNO, ARCHITECT DARI SUATU BANGSA, 1901-1970 dan DUTABESAR REPUBLIK INDONESIA di Belanda, Bapak ABDUL IRSAN.
Menurut KITLV diharapkan juga kedatangan putri Bung Karno Kartika Soekarno, untuk menerima pertama buku karangan Prof. Bob Hering itu.
Keesokan harinya, Radio Belanda melalui program VPRO menyiarkan wawancara yang dibuatnya terhadap Prof. Bob Hering dan dr Oei, mantan dokter pribadi Bung Karno, mengenai kesan-kesan kedua tokoh itu tentang Bung Karno. Interview ditutup dengan diperdengarkannya sebagian dari salah satu pidato Bung Karno dan musik lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya.
Harus ditegaskan di sini bahwa sikap KITLV dan Radio Belanda terhadap Indonesia dan Bung Karno dalam hal ini adalah BERSHABAT. Suatu surprise yang menyenangkan dan perlu disambut oleh fihak Indonesia dengan hati lega, mengingat latar belakang sikap pemerintah Belanda dan sementara kalangan cendekiawannya dulu yang selalu negatif terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia dan khususnya terhadap Bung Karno.
************
Amsterdam
* * * *
Back
Forward