x-URL :
Soekarno Bukan "Solidarity Maker"
>Minggu, 3 Juni 2001
Jakarta, KCM
Laporan:
J akarta, Kompas -Pandangan yang selama ini berkembang bahwa Soekarno hanyalah tokoh solidarity maker Indonesia, merupakan pandangan yang keliru mengenai proklamator Kemerdekaan Indonesia itu. Dengan kemampuan dan kedalaman pemikirannya, Soekarno terbukti menjadi pemecah aneka masalah yang saat itu sedang dihadapi Indonesia.
Penegasan mengenai peran Soekarno ini diungkapkan Ketua Panitia Peringatan 100 Tahun Bung Karno, Dahlan Ranuwihardjo, dalam acara peluncuran sepuluh buku tentang Bung Karno yang diselenggarakan di Hotel Graha Santika, Slipi, Jakarta, Sabtu (2/6) malam. Acara yang dibuka oleh Direktur Komunikasi Kelompok Kompas Gramedia (KKG) August Parengkuan itu dihadiri oleh sejumlah tokoh dan sesepuh, baik dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI) maupun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Dahlan memberi contoh beberapa hal yang dilakukan oleh Soekarno untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat itu.
Dahlan mengingatkan, untuk membangun perekonomian Indonesia, Bung Karno menjauhi modal asing. Sebab, modal asing hanya menjadikan bangsa In-donesia sebagai bangsa kuli, tidak membantu Indonesia keluar dari masalah ekonomi.
Sepuluh judul buku
Peringatan 100 tahun Bung Karno, menurut Dahlan, dimaksudkan untuk membersihkan nama besar Bung Karno. Selama ini ada beberapa kelompok orang yang berusaha agar nama Bung Karno dihilangkan, begitu pula pikiran-pikiran Bung Karno, tetapi tidak berhasil.
Semalam diluncurkan satu dari 10 judul buku yang diterbitkan, kerja sama panitia dengan Penerbit Grasindo. Judulnya Soekarno: Biografi 1901-1950 karya Dr Lambert Giebels dari negeri Belanda. Judul yang sudah terbit antara lain Bung Karno dan Wacana Islam, Bung Karno dan Tata Dunia Baru, Bung Karno dan Ekonomi Berdikari. Sedang yang akan menyusul terbit di antaranya, Bung Karno: Bapakku, Guruku, Sahabatku, dan Pemimpinku, yang berisi memoar 120 tokoh dunia mengenai Soekarno.
Sejarawan dan Ketua LIPI Prof Dr Taufik Abdullah, dalam orasinya mengatakan, Soekarno merupakan salah satu penghasil teks yang dinilai klasik, bernilai abadi. Teks-teks pidato Soekarno memiliki hubungan kreatif dengan konteks sosial politik yang mengelilinginya saat itu. Teks-teks tersebut bercerita tentang impian, cita-cita, pergulatan intelektual, dan perdebatan ideologis yang dialami oleh para pemimpin bangsa saat itu. Semua perdebatan itu terjadi dalam proses pembentukan bangsa dan negara. (vin)
Berita UTAMA lainnya :
- Presiden Seret Polri Jadi Alat Kekuasaan
- Wapres Memaklumi Pengangkatan Agum
- Putra Mahkota Nepal Bunuh Raja, Ratu, dan Adiknya
- Abu Sayyaf Sandera 200 Orang Lagi di RS
- Soekarno Bukan "Solidarity Maker"
- Imigran Gelap Asal Irak Dipindahkan ke Bogor
- Hindari Pertentangan Agama
- Ancaman Kemerdekaan Membahayakan
- Bom Bunuh Diri di Tel Aviv, 17 Tewas
- Perjalanan Seorang Pembunuh
- SMS, dari DPR sampai Gambar Porno
- FOTO: FESTIVAL JALAN JAKSA