x-URL :
"To Build The World A New"
SUARA PEMBARUAN DAILY
Christianto Wibisono
nak Cucuku warga negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kalian sedang berada di persimpangan sejarah pergantian abad dan persaingan peradaban yang rumit dan sulit. Situasi global sedang mengarah kembali ke pola Perang Dingin, karena Presiden George W Bush ingin memberi warna tersendiri kepada politik luar negeri AS yang membedakan dirinya dengan Clinton. Mata-mata FBI Robert Hanssen secara lihai bisa mengelabui FBI selama 15 tahun, dan baru terbongkar setelah pihak SVR (penerus KGB) justru memberi informasi kepada FBI.
Saya mengulangi judul pidato saya di depan PBB To Build The World A New. Waktu itu (1961), saya punya keyakinan bahwa Pancasila merupakan suatu jalan tengah, yaitu koreksi terhadap kapitalisme dengan mengadopsi elemen sosialisme ke dalam sistem pasar bebas yang dikendalikan. Sayang saya memang tidak berkesempatan menerapkan secara serius, karena harus mengendalikan dua macan yang berseteru TNI dan PKI.
Para pemikir generasi muda sekarang memuji-muji pemikir intelektual Inggris Anthony Giddens dengan The Third Way sebagai pola berpolitik Bill Clinton dan Tony Blair. Saya menyesal karena saya tidak mampu mengaktualisasi gagasan Pancasila sebagai The Third Way di Indonesia. Sebab itu, menurut saya justru Pancasila itu diterapkan di AS dan Inggris secara lebih genah daripada di Tanah Air Indonesia.
Sekarang Presiden Bush sedang kewalahan karena menghadapi krisis tabrakan pesawat RRC dan AS yang menewaskan pilot Wang Wei dan awak pe-sawat AS terdampar di Hainan. Ini tabrakan dalam situasi damai, dulu anak buah Sudomo berhasil menembak jatuh pilot AS Allan Lawrence Pope, yang membantu pemberontakan PRRI/Permesta. Kita tetap mengadili dan memvonis Pope, tapi kemudian kita bebaskan, karena saya memang tidak bernafsu ingin jadi Saddam Hussein waktu itu.
Saya ingin menyerukan kepada Presiden Bush dan Jiang Zemin untuk sama-sama berjiwa besar menyelesaikan insiden tabrakan pesawat ini dengan saling pengertian. Sebab saya melihat kedua kubu ini sedang emosional dan nyaris bisa berkembang seperti Dayak vs Madura kalau mereka dan terutama AS tidak bisa mengurangi arogansi untuk tidak meminta maaf (apologi). AS hanya memakai kata regret (menyesalkan). Jiang Zemin di Santiago bilang, apa susahnya buat AS menyatakan excuse me, seperti kalau dua orang tidak sengaja bertabrakan di jalan.
Anak Cucuku generasi yang lahir pada era Soeharto di mana dua generasi terhambat total karena perilaku fasis intoleran. Saya ingin berpesan agar kalian segera melakukan terobosan revolusi mental secara sadar, demi keselamatan bangsa dan negara Indonesia. Ubahlah naluri feodal fasis menjadi naluri modern demokratis. AS bisa menjadi negara superpower dan sukses pembangunan ekonomi serta dewasa lembaga politiknya karena prinsip utama ke-seimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan nasional. Mereka memang menganut individualisme dan HAM, tapi justru karena itu Negara tidak bisa menjadi berhala dan drakula yang menindas hak asasi secara totaliter, seperti yang terjadi di negara fasis kanan maupun komunis kiri.
Sistem yang mampu mendewasakan diri secara kreatif, sinambung, dan sanggup mengatasi konflik secara tertib, damai, dan teratur itulah yang menyebabkan AS bisa menjadi negara superpower. Uni Soviet bubar berantakan karena sistem totaliter komunis ternyata bangkrut. Bisa mengirim satelit ke ruang angkasa tapi tidak mampu mendistribusi sayur dan roti ke supermarket. RRC meninggalkan komunisme, memasuki pasar bebas dan hak milik individu, sehingga mampu mengekspor barang US$ 80 miliar ke AS.
Sekarang ini seluruh dunia sedang bergeser ke jalan tengah, The Third Way. Yang konservatif seperti Bush walaupun berslogan kembalikan uang rakyat melalui tax cut, tapi kemarin harus menerima bargaining kuat dari kubu Demokrat. Usul Bush yang ingin memotong pajak sampai US$ 1,6 triliun hanya disetujui US$ 1,2 triliun. Elite politik AS juga sudah agak lama didorong dan ditekan oleh pendapat umum untuk melakukan reformasi terhadap dana kampanye politik. Minggu lalu Senator McCain berhasil mengegolkan UU Campaign Reform yang diprakarsainya bersama Senator Feingold dari Demokrat.
Di tengah kemelut politik di Indonesia di mana Wakil Ketua MPR dan Ketua DPR bahkan presiden sampai diperiksa polisi karena tuduhan atau dugaan korupsi dan sengketa atau selingkuh dana negara, saya ingin menyerukan agar kalian melakukan terobosan ala McCain Feingold.
Orang kaya dan pengusaha memang banyak yang terjun jadi politisi di AS. Bahkan Menkeu Paul O'Neill, misalnya, adalah CEO Alcoa dengan nilai aset US$ 62 juta yang akan segera dijual atau diserah kelola kepada blind trust.
Wapres Dick Cheney juga akan memasrahkan saham Halliburton kepada assets management company independen. Menhan Donald Rumsfeld memiliki DHR Foundation yang menanam dananya pada bursa Wall Street dan Nasdaq. Menlu Colin Powell yang setiap ceramah memasang tarif US$ 100.000, juga mempunyai investasi saham di pelbagai perusahaan Assets Powell dilaporkan sekitar US$ 27,3 juta. Bahkan calon presiden dari Green Party, tokoh konsumen Ralph Nader, mengumumkan bahwa ia memiliki saham perusahaan high tech, sehingga total nilai asetnya US$ 3,8 juta. Baik Presiden Bush maupun Clinton mempercayakan pengelolaan aset mereka kepada Pell Rudman Trust & Co, suatu asset management company.
Anak cucuku bangsa Indonesia yang berbhineka suku, keturunan, etnis dan golongan. Kalian jangan hanya logo dan motonya saja yang meniru AS, tapi dalam tingkah laku politik justru tetap primitif dan kleptokrat. Lambang Garuda RI sudah mirip Rajawali AS. Motto Bhineka Tunggal Ika sama artinya dengan E Pluribus Unum, Unity in Diversity. Hanya sistem politiknya yang masih feodal dan fasis, melanjutkan metode tradisional kuno dan kolonial Hindia Belanda.
Saya ingin mengulangi pidato Lahirnya Pancasila. Ketika itu banyak orang meragukan apa Indonesia bisa merdeka, wong rakyatnya masih banyak buta huruf.
Kalau menunggu rakyat Indonesia sekolah dan sarjana semua, sampai kiamat Indonesia tidak akan merdeka. Sekarang saya juga berkata, pemilihan Presiden RI harus langsung oleh rakyat dan jangan percaya omongan elite bahwa kalau rakyat yang memilih maka akan tawuran karena rakyat Indonesia masih "bodoh".
Saya ingin menegaskan kepada para elite yang selalu menyalahkan rakyat. Mereka itu adalah provokator pengadu domba sedang rakyat Indonesia justru tertib dan tidak kampungan kalau tidak dikilik oleh provokator Orde Baru.
Rakyat masih lebih mempunyai hati nurani daripada elite yang cuma pintar bersilat lidah. Baru satu tahun menolak Megawati, lalu meralat dan menjilat, tapi siapa yang menjamin mereka tidak akan menggusur lagi Megawati setelah menggusur Gus Dur? Saya benar-benar muak dengan tingkah laku elite yang melakukan itu dengan dalih agama yang sangat membahayakan eksistensi negara Pancasila.
Kalau kalian mau membangun Indonesia yang baru, elite politik harus transparan dan berjiwa kesatria. Jangan berlagak miskin tapi hartanya miliaran hasil KKN. Pengumuman kekayaan pejabat tanpa diimbangi dengan gebrakan regulasi etis bahwa kekayaan itu harus dikelola oleh blind trust asset management independen, hanya mengulangi cara Soeharto yang menyimpan Daftar Kekayaan pejabat di dalam lacinya. Tidak ada dampaknya sama sekali.
Saya juga ingin menegaskan bahwa tidak perlu malu jadi orang kaya asal halal hasil kerja keras dan otak kreatif. Tapi kalau kalian bermental koruptor, maka berlagak miskin sampai rekening terbongkar oleh sengketa warisan dan istri muda keluar menuntut seperti kasus H Tahir. Saya ingin menegaskan bahwa Indonesia cukup kaya dan orangnya cukup "pintar". Karena itu, banyak yang kaya raya hanya mencatut nama "negara Indonesia" sebagai pejabat yang mengangkangi harta negara.
Kalau cara itu tidak diubah, kalian tidak akan mentas dari keterpurukan. Dan surat saya ini akan sama nasibnya dengan pidato saya di PBB 40 tahun lalu. Bernada muluk, luhur, dan gemuruh tapi gagal, karena tidak dilaksanakan oleh elite dan bangsa Indonesia. Bagi saya kegagalan untuk melaksanakan perwujudan The Third Way, sistem demokratis yang berkeadilan dan berkesejahteraan sosial akan merupakan pukulan yang menyedihkan. Tidak peduli kalian berpesta pora merayakan hari lahir saya. Sebab bagi saya yang penting bukan ritualnya melainkan kehidupan nyata rakyat Indonesia. Mereka menanti pemimpin bermoral dan berkinerja optimal sehingga tumbuh menjadi bangsa yang bermartabat.
Last modified: 4/10/01To Build The World A New