'Dua naskah Super Semar di ANRI palsu' |
X-URL:
Jumat, 04/5/2001, 11:47 WIB
Laporan:
Satunet.com - Ada dugaan dua naskah Surat Perintah 11 Maret (Super Semar) yang berada di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebenarnya merupakan naskah "palsu".
Hal ini dikatakan oleh Kepala Arsip Nasional RI Mukhlis Paeni, Jumat. Menurutnya dua dokumen yang salah satunya berasal dari Setneg dan sebuah lagi dari Puspenad, dianggap mencurigakan karena tidak menggunakan logo kepresidenan, namun hanya tercantum gambar Burung Garuda saja.
Selain itu, ujar Mukhlis, banyak butir-butir yang tidak hanya salah ketik, namun juga isinya berbeda. Menurutnya dari perbedaan-perbeadaan itu terdapat masalah terselubung yang kemungkinan timbul karena faktor kesengajaan atau tidak, untuk memanipulasi sejarah.
Ia juga mengatakan contoh dari manipulasi itu pada dokumen pertama terdapat tulisan atau ketikan kalimat yang berbunyi "Harus melakukan koordinasi dengan panglima angkatan-angkatan" namun satu dokumen lain menyebut "Koordinasi dengan panglima-panglima angkatan".
"Ini merupakan perbedaan yang mendasar," ujarnya. Dijelaskan Mukhlis pihaknya juga sempat bekerja sama dengan Komisi VI DPR untuk bisa menghadirkan Jenderal M Joesoef untuk bisa memberikan keterangan sebagai saksi hidup. Namun sampai sekarang upaya ini belum berhasil.
Meskipun hingga kini belum terbukti "kepalsuannya", namun Mukhlis tetap akan mencari kebenaran tentang naskah ini dan mencari naskah aslinya.
Wapres Megawati sendiri menurutnya bersedia memberikan pertolongan untuk bisa menjembatani antara ANRI dengan pihak yang mengetahui atau yang berhubungan dengan Super Semar.
Mukhlis mengimbau juga kepada pemegang naskah Super Semar asli untuk terketuk hatinya dan menyerahkannya ke ANRI.
Sementara itu Wapres Megawati Sukarnoputri dalam kesempatan kunjungannya ke ANRI seperti yang dikutip Mukhlius mengakui, memang ada arsip yang belum terdokumentasi, namun Wapres tidak menyebutkan apakah dokumen tersebut sebagai dokumen Super Semar.
Wapres Megawati dalam acara pemaparan dari kepala ANRI di JL Ampera Raya Cilandak, menyempatkan diri melihat peralatan kearsipan, dan menyaksikan tayangan VCD pidato Bung Karno yang di antaranya pidato terakhirnya yakni Nawaksara. [jar]
versi cetak artikel ini
kirim artikel ini ke teman
|
04/5/2001, 11:25 WIB
TNI: Peraturan sipil tetap berlaku bagi anggota TNI
|
|
04/5/2001, 11:25 WIB
Masuk RSPP, penahanan Faisal Abda'oe dibantarkan
|
|
04/5/2001, 11:17 WIB
'Presiden tak manfaatkan masa pasca Memo I dengan baik'
|
|
04/5/2001, 11:02 WIB
Gus Sholah: Gus Dur harus mengubah dirinya
|
|
04/5/2001, 10:37 WIB
Enam Kapolda dimutasikan
|
|
04/5/2001, 09:54 WIB
Dituduh dalangi tragedi Sampit, Prof Dr Usop ditahan
|
|
04/5/2001, 09:41 WIB
Kapal pengangkut 107 pengungsi dilaporkan hilang
|
|
04/5/2001, 08:50 WIB
HKTI minta Deptan larang masuknya jagung Argentina
|
|
04/5/2001, 04:49 WIB
'PDIP terpaksa relakan Mega jadi presiden'
|
|
04/5/2001, 04:12 WIB
Sengketa Telkom - AWI ancam Gedung Sate
|
|
selebihnya
|
|