Pakorba
Silahkan Logo Pakorba di-klik

Serba - Serbi sekitar TAP MPR No. XXV/1966

Related Articles : Tempo Interaktiv



ISTIQLAL (16/06/2000)

FORUM UMAT ISLAM BERSATU DENGAN SUHARTO


Oleh: Abdi Tauhid

Umumnya yang berdemo ke Cendana ialah untuk menuntut supaya mantan Presiden Suharto itu diadili atas dosa-dosa yang diperbuatnya selama 32 tahun berkuasa. Umumnya demo-demo ini dikawal ketat oleh aparat keamanan, agar jangan sampai dapat menemui Suharto di jalan Cendana. Bentrokan antara pendewo dengan aparat keamanan sering terjadi. Tak sedikit lagi korban yang berjatuhan di kalangan pendemo, terutama dari kalangan mahasiswa.

Tetapi demo kali ini yang ke Cendana lain dari yang lain. Demo yang diikuti sekitar 500 orang ini, tidak dikawal ketat seperti ketatnya pengawalan mahasiswa yang berdemo yang berdemo kali ini ialah dari kalangan yang mengatasnamakan "Forum Umat Islam Bersatu" (FUIB). Demo FUIB mendatangi Cendana, kediaman bekas Presiden Suharto ini bukan minta supaya Suharto diadili. Tapi mereka demo untuk menolak keras terhadap ajaran komunis.

Kami menuntut tolak ajaran komunis, leninisme maupun marxisme. Kita sama-sama mengetahui bagaimana kejamnya PKI masa lampau", kata Thoha Syafei, pimpinan rombongan.

Selain itu, Thoha Syafei menegaskan bahwa usulan Presiden Gus Dur tentang pencabutan Tap MPRS No XXV/1966 tidak sesuai dengan ajaran Islam. "Komunis itu sudah jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam. Untuk itulah, sangat kami sesalkan gagasan Presiden Gus Dur tentang pencabutan Tap MPRS tentang komunis itu," paparnya.

Disebutkannya juga bahwa kondisi Indonesia yang masih dilanda krisis dimana masalah sosial politik dan stabilisasi ekonomi yang kurang masif, menjadi penyebab mudahnya gejolak sosial. Rakyat masih menghadapi harga-harga yang membumbung, kok dikejutkan dengan gagasan mengenai pencabutan Tap MPRS tsb. Ini kan mengejutkan, jelasnya.

Bila yang hendak mereka kemukakan dalam demo ke Cendana itu, persoalannya penolakan mereka terhadap gagasan Gus Dur tuk mencabut Tap MPRS XXV/1966, mengapa mereka tidak berdemo langsung ke Istana Presiden Gus Dur atau ke DPR/MPR. Mengapa ke Cendana? Apakah Suharto masih berkuasa untuk menolak gagasan Gus Dur tsb?

Mereka tidak berdemo ke Gus Dur, karena jawabannya sudah bisa diperkirakan, yaitu pencabutan Tap MPRS XXV/1966 itu adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, itu adalah untuk menegakkan keadilan dan hak-hak asasi manusia. Mereka berdemo ke Cendana, sebenarnya lebih banyak untuk memberitahukan, untuk "melaporkan" kepada Suharto, bahwa FUIB adalah pendukung Suharto yang menciptakan Tap Iap MPRS XXV/1966 pada 5 Juli 1966 itu. Karena itu FUIB menolak --pencabutannya, seperti yang menjadi gagasan Gus Dur. Dengan kata lain FUIB hendak mengatakan kepada Suharto "kita satu".

Dalam "laporannya" kepada Suharto itu, dikemukakannya PKI itu kejam di masa lampau. Mereka tidak mau mengatakan siapa sesungguhnya yang melakukan pembantaian jutaan massa anggota dan simpatisan PKI di tahun 1965/1966 itu? Mereka menuduh PKI kejam, untuk menyembunyikan kekejamannya sendiri.

Dalam "laporannya" kepada Suharto juga mereka kemukakan bahwa pencabutan Tap MPRS XXV/1966 tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ajaran Islam yang mana dimaksud Thoha Syafei itu tidak dijelaskan. Ajaran menurut isi Al Quran yang sesungguhnya, atau ajaran Islam menurut kaum mustakbir para tiran angkuh dan kaya? Apakah Tap MPRS itu pengamalan ajaran Islam?

Menurut Masdar F. Mas'udi bahwa Al Quran sebagai petunjuk bukan ditentukan oleh metode atau prosedur pemahamannya, tetapi oleh komitmen kemanusiaan yang ada pada mufasirnya. Makna Al Quran bagi Muhammad SAW yang rasul sudah pasti berbeda dengan makna Al Quran bagi Syafii yang ahli fiqih. Berbeda bagi makna Al Quran bagi Al Farabi yang filosof, atau Siti Jenar yang mistis, atau Sukarno yang Presiden, juga bagi Jelan yang hanya seorang pemulung.

Arti Al Quran bagi masyarakat kelas bawah yang sedang menginginkan perubahan tentu berbeda dengan makna Al Quran untuk sekelompok manusia kelas atas yang selalu berusaha mempertahankan keadaan (Kompas, 6/10/92).

Makna Al Quran mana yang dipegang oleh FUIB ini? Jika berpegangan kepada "laporan" "FUIB" yang disampaikannya kepada Suharto diatas, maka diberlakukannya Tap MPES XXV/1966 selama 32 tahun Suharto berkuasa, berarti itulah menurut ajaran Islam. Padahal tindakan-tindakan yang dilakukan Suharto selama ia berkuasa adalah anti demokrasi menginjak-injak hak-hak asasi manusia.

Tentang pelaksanaan Tap MPRS XXV/1966 selama Suharto berkuasa, yang anti demokrasi dan menginjak-injak hak-hak asasi manusia, cukup gamblang dikemukakan Soebadio Sastrosatomo, melalui bukunya "Politik Dosomuko rezim Orde baru Suharto", yaitu:

l. Kedaulatan rakyat Indonesia dirampas
2. Pancasila dijadikan tameng kekuasaan
3. Hukum dikangkangi
4. Parpol dan Serikat Buruh dipasung
5. Parlemen dikebiri
6. Pers dimandulkan
7. Ekonomi berwajah nepotisme: monopoli-korupsi-kolusi
8. Pendidikan dijinakkan
9. Kebudayaan diseragamkan
lO. Nilai-nilai kemanusiaan di injak-injak.

Politik dosomuko yang dijalankan rezim Suharto berdssarkan Tap MPRS XXV/1966 itu, pasti bukan menurut ajaran Islam yang berdasarkan Al Quran dan Hadits. Sudah tentu itulah ajaran Islam kaum mustakbirin.

Thoha Syafei, yang memimpin FUIB berdemo ke Cendana itu, mengatakan: "komunis itu tidak sesuai dengan ajaran Islam". Benar, memang ada perbedaan antara komunisme dan Islam. Komunisme hanya mempersoalkan masalah kehidupan di dunia, hanya mempersoalkan hubungan manusia dengan manusia, setelah manusia ada dan agar tegak keadilan. Persoalan akhirat adalah masalah hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan yang menciptakannya. Apakah ia akan beriman atau kufur, menjadi tanggung jawabnya sendiri di akhirat nanti (surat Al Kahfi ayat 29). Sedang Islam, di samping mempermasalahkan masalah dunia, juga mempermasalahkan masalah akhirat.

Akan tapi mengenai ma6alah kehidupan di dunia, banyak titik temu antara komunisme dan Islam. Thoha Syafei tampaknya tak membaca semua isi Al Quran, atau membacanya, hanya sebagian diingkarinya. Jika ia membaca dan tidak mengingkarinya, tentu ia akan mengakui banyak titik temu antara komunisme dan Islam. Di antara titik temu yang pokok ialah sama-sama melawan kapitalisme, sama-sama mau ke sosialisme, sama-sama menuju masyarakat tanpa kelas.

Berikut titik-titik Pertemuan tsb:

a. Sama-sama Anti Kapitalisme

Tentang komunisme anti kapitalisme tidak bersuluh batang pisang lagi, tetapi telah bersuluh matahari. Sesungguhnya Islam juga anti kapitalisme. bacalah surat A1 Humazah( 1-4 ), disana dengan tegas mengutuk orang-orang yang menumpuk-numpuk harta. Dan orang-orang yang menumpuk harta itu adalah kaum kapitalis. Harta yang diperolehnya secara tiada sah (secara batil), misalnya melalui menghisap tenaga kerja kaum buruh.

Mengenai Islam menentang kapitalisme ini, dengarlah apa yang dikatakan HOS Tjokroaminoto, melalui buku yang ditulisnya pada tahun 1924 di Mataram, yang berjudul "Islam dan sosialisme". Inilah di antara yang dikatakan HOS Tjokroaminoto tsb: "Menghisap keringatnya orang-orang yang bekerja, memakan hasil pekerjaanya lain orang, tidak memberikan bahagiaan keuntungan yang semestinya (dengan seharusnya) menjadi bahagiaan lain orang yang turut bekerja mengeluarkan keuntungan itu, semua perbuatan yang serupa ini (oleh Kar Marx) disebut memakan keuntungan "meerwaarde") adalah dilarang dengar sekeras-kerasnya oleh agama Islam, karena itulah perbuatan memakan "riba" belaka. Dengan begitu maka nyatalah, agama Islam memerangi kapitalisme sampai pada "akarnya", membunuh kapitalisme mulai daripada "benihnya", oleh karena pertama-tama sekali yang menjadi dasarnya kapitalisme, yaitu memakan keuntungan "meerwaarde" sepanjang pahamnya Karl Marx dan "memakan riba" sepanjang pahamnya Islam ( pen. Bulan Bintang, Jkt, 1954, hal:l7). Jadi, komunisme dan Islam sama-sama memerangi kapitalisme.

b. Sama-sama Mau ke Sosialisme

Demikian juga tentang komunisme mau ke sosialisme, sebagai tingkat rendah dari masyarakat komunis, juga sudah menjadi pengetahuan umum. Islam pun demikian. Bacalah Al Qashashs ayat 5-6. Di sana dengan tegas dikatakan janji Tuhan untuk menjadikan kaum tertindas dan miskin (mustadafhin atau dhuafa) sebagai pemimpin di bumi dan mewarisi bumi. Bila kaum mustadafhin telah menjadi pemimpin di bumi, itu berarti sosialisme Islam telah tegak. Kaum mustakbirin tidak punya peluang lagi untuk melakukan penindasan atau penghisapan atas kaum mustadafhin.

Tentang Islam juga mau ke sosialisme, juga telah dikemukakan oleh H. Agusalim dalam Kongres Nasional VI SI, bulan Oktober 1921 di Surabaya. Menurut H. Agusalim bahwa Nabi Muhammad Saw sudah mengajarkan sosialisme sejak seribu dua ratus tahun sebelum Karl Marx (G.30-S pemberontakan PKI, pen. Sekneg, 1994, hal: 11).

Sedang menurut Syafruddin Prawiranegara dalam buku kecilnya "Politik dan Revolusi Kita", Yogyakarta, 1948, bahwa "Apabila unsur-unsur sosialisme tidak ada, revolusi Indonesia tidak ada artinya bagi kami, karena ia tidak memberikan harapan baru kepada kami". Bersama-sama dengan para pemimpin partai lain, ia menganggap pasal 33 UUD 45 sebagai pernyataan sosialisme" (Asvi Warman Adam, dalam Kompas 17/4/97). Cukup jelas tentang komunisme dan Islam sama-sama mau ke sosialisme.

c. Sama-sama Menuju Masyaraket Tanpa Kelas

Komunisme dan Islamisme tidak saja sama-sama anti kapitalisme, sama-sama mau ke sosialisme, tetapi juga sama-sama menuju suatu masyarakat tanpa kelas, yang di dalam istilah marxis "masyarakat komunis", dan dalam istilah Islam, seperti dikemukakan Mansur Fakih, ialah "masyarakat tauhidi".

Jelasnya apa yang dikatakan Mansur Fakih tsb ialah: "Doktrin tauhid adalah tema pokok setiap teologi dalam Islam. Tauhid dalam perspektif "teologi kaum tertindas" lebih ditekankan kepada keesaan umat manusia. Dengan kata lain doktrin tauhid menolak segenap bentuk diskriminasi dalam bentuk warna kulit, kasta ataupun kelas. Konsep masyarakat tauhidi adalah suatu konsep penciptaan masyarakat tanpa kelas" (Mencari teologi kaum tertindas, dalam buku refleksi pembaharuan pemikiran Islam, 1989, hal: 175). Masyarakat tauhidi itu lah yang dimaksud surat Al Mukninun ayat 52, disebutkan sebagai umatku yang satu.

Bertolak dari titik-temu komunisme dan Islam itu, sebaiknya Thoha Syafei dengan FUIB nya membaca surat Al Baqarah ayat 85, yaitu "adakah kamu percaya kepada sebagian Kitab dan ingkar akan sebagiannya? maka tiadalah balasan bagi orang yang memperbuat demikian di antaramu, melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dimasukkan ke dalam siksaan yang keras. Allah tiada lalai dari apa-apa yang kamu kerjakan.

Ya, pintu untuk memeriksa diri bagi Thoha Syafei masih terbuka. Memang umat Islam terbelah dalam menghadapi Suharto. Ada yang mendukungnya dan ada yang menentangnya. FUIB tampaknya termasuk yang mendukungnya. Mungkin FUIB ini dulu termasuk dalam "kelompok doa bersama". Kelompok doa bersama itu, menurut Ridwan Saidi, tokoh Masyumi, adalah kelompok tokoh umat yang menggiring umat Islam untuk pejah-gesang nderek Suharto. Waktu itu dimotori oleh MUI. Dulu kelompok itu selalu berdoa, agar Suharto tetap sehat saja. Agar Suharto memimpin bangsa ini selama-lamanya. Setelah Suharto lengser keprabon, kelompok doa bersama mendukung Habibie. Kekhasan mereka selalu menggunakan label-label Islam. Tokoh-tokoh doa bersama banyak bercokol di ICMI. Sedang Said Agil Siradj mengatakan dirinya sama dengan Suharto, tapi bukan se iman.***

Back to Top ********************* Related Message

************ Back to the Welcome Site ************


© 1996 - 2002
Last Update on October 29th. 2002