Dikutip dari : Oposisi
Mantan Gerwani Diajak Orasi
Merasa Masih Terbelenggu
SURABAYA -Jawa Pos,- Sekitar 100 mahasiswa dari delapan organisasi melakukan long march dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia, Rabu kemarin. Menariknya, mereka mengajak empat wanita lansia (lanjut usia) mantan anggota Gerwani dalam aksi itu. Para peserta yang sebagian besar perempuan itu menempuh rute dari markas PRRT di kawasan Pandegiling menuju gedung DPRD Surabaya. Sebelum ke gedung dewan, para peserta long march sempat mampir ke markas Kodim Tegalsari dan Plaza Tunjungan untuk berorasi. Organisasi peserta aksi, antara lain, PRD, SPID, PRRT, dan ABRI.
Peserta long march membacakan pernyataan sikap mereka yang berisi lima tuntutan. Yaitu, pembentukan segera UU perlindungan terhadap perempuan, pengadilan pelanggar HAM, penaikan UMR dan gaji PNS golongan I, II, dan III, guru, serta anggota TNI/Polri berpangkat bintara dan tamtama 100 persen, penghentian intervensi militer dalam setiap kasus perburuhan, dan pencabutan subsidi BBM serta listrik.
Koordinator aksi long march Ida Holida mengatakan, gerakan itu mereka lakukan sebagai kampanye bagi kaum perempuan agar tetap memperjuangkan hak-haknya di jalur yang benar. Antara lain, dengan aksi turun ke jalan.
"Sebab, selama ini momen bagi kaum perempuan diperingati dengan hura-hura dan pesta. Maka, kami mengajak mereka untuk selalu menyampaikan aspirasi seperti yang kami lakukan, di mana dan kapan saja," ujar aktivis Solidaritas Perempuan Indonesia untuk Demokrasi (SPID) itu.
Yang menarik, dalam aksi tersebut, empat wanita berusia lanjut diajak bergabung untuk berkampanye soal perjuangan kaum hawa dari penindasan. Karena sudah lansia, keempat wanita tersebut diangkut dengan becak sepanjang rute. Mereka juga turut berorasi soal nasib wanita. Dua di antara lansia itu adalah Sulami, 76, ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 65/66 (YPKP) Jakarta, dan Musman, 74, juga dari Jakarta.
Kedua lansia itu mengaku pernah dipenjara, masing-masing 20 tahun dan 38 tahun, dengan alasan yang tidak jelas. Mereka juga melihat kondisi kaum perempuan saat ini masih tertindas, seperti kasus TKW asal Indonesia Kartini yang terancam hukuman rajam.
"Kami sungguh prihatin atas nasib kaum perempuan saat ini, baik mereka yang menjadi buruh pabrik maupun ibu rumah tangga. Hak-hak mereka, tampaknya, masih terbelenggu. Maka, kami mengajak seluruh masyarakat untuk menegakkan kembali perjuangannya seperti yang dicita-citakan RA Kartini," ujar Sulami dengan suara terbata-bata.
(wah)
Back to Top ********************************* Related Message
|