Sekitar G30S





Dikutip dari : mediakrasi.com

Van der Plas Connection
(Bagian II)


Drama berdarah 1 Oktober G30S, Konspirasi: Van der Plas Connection (CIA-MI 6), Dr.Soebandrio - Sam Kamaruszaman - Aidit - Soeharto (Bagian II dari VI Tulisan).






(5). Kriminalitas terorganisasi

Dalam penggal kedua tahun 50-an, di Jawa Tengah berpusat di Semarang, terjadi - kejahatan terorganisasi - (organize crime) berupa penyelundupan besar-besaran,penggelapan barang-barang milik perusahaan negara, manipulasi dump kendaraan bermotor milik Divisi Diponegoro dan pungutan liar atas barang-barang kebutuhan rakyat. (Pungli terkenal tahun 70-an di Jawa Tengah sudah berjalan 20 tahun lebih dulu).

Para pelakunya terdiri dari oknum-oknum militer dan sipil,terorganisasi baik seperti galibnya organisasi GANGSTER. Pelaksana utamanya a.l. adalah Liem Siu Liong, Thee Kian Seng (Bob Hasan), Tik Liong (Sutikno - pedagang besi tua). Baru-baru ini bahkan Bob Hasan dengan bangga berceritera di depan wartawan.tentang hal tersebut .Sedangkan b i a n g dari kejahatan terorganisasi tersebut tidak lain adalah Kol.Soeharto, Panglima Divisi Diponegoro waktu itu..

(6). Tim Pengusut MBAD

Adanya kriminalitas terorganisasi tersebut akhirnya sampai ditangan Jendral Nasution Menteri Pertahanan / Ketua PARAN (Badan Pemberantasan Korupsi dan Kejahatan Aparat Negara). Atas laporan dari Kepala Staf Divisi Diponegoro Kol.Pranoto Reksosamodra dan Letkol. Soenarjo, komandan CPM Jawa Tengah yang mendeteksi dan mengamati kejahatan tersebut. (Letkol Sunaryo kemudian diangkat menjadi Jaksa Agung Muda).

Jendral Nasution memerintahkan agar kejahataan tersebut diusut, yang dilakukan oleh Tim Pengusut MBAD, terdiri dari Majen Soeprapto deputi Pangad sebagai ketua, dengan anggauta Majen.S.Parman, Majen Harjono MT, Brigjen Soetojo dan Brigjen Panjaitan. Dengan teliti dan kerja keras, dengan didukung bukti-bukti yang sah akhirnya Tim berkesimpulan, bahwa terhadap para pelaku, harus diambil tindakan. Pertama Kol.Soeharto yang menjadi b i a n g nya harus dipecat dari kedudukanya selaku Panglima Divisi Diponegoro, dan kedua mereka yang terlibat diajukan ke depan Pengadilan.

Keputusan yang diambil atasan adalah, memecat Kol.Soeharto sebagai Panglima Divisi Diponegoro, tetapi tidak diajukan kedepan pengadilan.Kol.Soeharto kemudian dipindah ke Jakarta tanpa jabatan. Sedang Tik Liong diusut oleh Kejaksaan Negri Semarang atas printah Jaksa Tinggi Jawa Tengah Mr.Imam Bardjo yang kemudian ternyata meninggal secara misterius.

(7). Sumpah Kolonel. Soeharto

Dengan pemecatan dirinya sebagai Panglima Divisi Diponegoro tersebut, Kolonel. Soeharto sangat marah dan dendam, bersumpah untuk membuat perhitungan dan akan menghabisi, mereka-mereka yang membuat dirinya celaka. Mereka itu tidak lain adalah para perwira anggauta Tim Pengusut MBAD, dan penanda tangan Surat Keputusan Pemecatan Panglima Divisi Diponegoro yang tidak lain adalah Panglima Tertinggi / Presiden Soekarno .

(8). Pembantaian Anggauta Tim Pengusut MBAD

Dengan terjadinya drama berdarah subuh 1 Oktober 1965, ternyata seluruh anggauta Tim Pengusut MBAD yaitu, Jendral-jendral Soeprapto, S.Parman, Harjono MT, Soetojo dan Panjaitan, dibantai habis, dengan tambahan Men Pangad Letnan Jendral A.Yani. Peristiwa tersebut menggocangkan Indonesia.dengan hebat, suatu kondisi awal yang diperlukan untuk mengantar penggulingan Presiden Soekarno melalui G30S oleh Van der Plas connection.

(9). Supersemar

Drama berdarah 1 Oktober tersebut beberapa bulan kemudian disusul dengan pengepungan istana oleh pasukan gelap (tg. 11 Maret 1966-berdasar pengakuan sendiri yang disiarkan dipimpin oleh seorang perwira tinggi Kostrad), Presiden Soekarno waktu itu sedang memimpin Sidang Kabinet, mendapat laporan bahwa istana dikepung pasukan gelap, segera pimpinan sidang dialihkan kepada Waperdam III Dr.Leimena dan Presiden Soekarno kemudian segera meninggalkan istana dan terbang ke Bogor, diikuti oleh Soebandrio Sikap Bung Karno ini berbeda dengan tatkala menghadapi peristiwa 17 Oktober 1952 (waktu istana ditodong meriam yang beliau langsung menghadapinya sendiri).

Jendral Soeharto, mengetahui bahwa Presiden Soekarno ke Bogor, segera mengirim tiga orang perwira, yaitu Jendral Basuki Rachmat, Yusuf dan Amir Machmud untuk menusul ke Bogor dengan dibekali pesan untuk Presiden Soekarno. Pesannya adalah - apabila ingin terjamin keselamatan pribadi dan keluarganya serta jalannya pemerintahan, agar Presiden Soekarno memberikan mandat kepada jendral Soeharto untuk dapat mengambil tindakan yang perlu guna menyelenggarakan jaminan ketertiban dan keamanan tersebut .Jika tidak diberi mandat tersebut, Jendral Soeharto tidak sanggup dan tidak bertanggung jawab jika terjadi kekalutan. dan kekacauan yang lebih besar-, meskipun sudah diangkat menjadi MenPangad.

Presiden Soekarno dihadapkan pada tuntutan demikian itu tidak dapat melihat celah lagi untuk menghindar dan sudah terperangkap, sehingga tidak ada jalan lain selain memberikan Supersemar yang terkenal itu. Secara de facto Presiden Soekarno telah dilucuti kekuasaanya Memang jendral Soeharto berinterpretasi seperti itu, maka dengan Supersemar tersebut pada tanggal 12 Maret 1966 PKI dibubarkan. Adapun pertanggungan jawab Presiden Soekarno dengan Nawaksara di MPRS hanyalah peristiwa seremonial belaka.

Dengan dibantainya para jendral anggauta Tim Pengusut MBAD yang terdiri dari Majen Soeprapto, Majen Sparman, Majen Harjono MT, Brigjen Soetojo Siswomihardjo dan Brigjen Panjaitan dan masih ditambah dengan Letjen AYani serta dilucutinya kekuasaan Presiden Soekarno, telah lengkap dan tuntas terlaksana, sumpah Kol.Soeharto yang diucapkan tahun 1957 .

Demikian pula dengan pembubaran PKI tanggal 12 Maret 1966, tugas pokok terakhir kolonel Soeharto yang dibebankan padanya oleh induk jaringanya (Van der Plas connection) yang merekrut dia telah dilaksanakanya dengan tuntas.

(10). Pemberontakan PRRI-Permesta

Amerika bersama sekutunya pada tahun 1958 meluncurkan sebuah projek pemberontakan, dengan tujuan menggulingkan Presiden Soekarno dan memecah Indonesia untuk dijadikan beberapa negara dan menghapuskan PKI. Mereka menarik pengalaman dari Cina, yang secara utuh sesudah jatuhnya Chiang Kai Sek, seluruh daratan Cina jatuh ditangan komunis kecuali Taiwan karena terhalang lautan dan kemudian disekat oleh Armada keVII Amerika dengan dalih pakta dengan Cina (Chiang Kai Sek).

Di Indonesia Sekutu mempunyai kepentingan langsung yaitu sumber minyak di Sumatra dan Kalimantan yang merupakan miliknya. Mereka meluncurkan projek pemberontakan tersebut secara gegabah dan arogan, karena merasa telah menjadi pemenang dalam Perang Dunia ke II

Dengan dibantu koordinasi yang dilakukan oleh agen utamanya (master agent) Prof. Soemitro Djojohadikusumo, Sekutu menyalurkan dana dan senjata lewat Singapura untuk PRRI dan Permesta. Amerika dengan garang menodong Jakarta dengan Armada ke VII, minta jaminan keselamatan warganya dan perusahaan-perusahaan miliknya. Jika Republik Indonesia tidak sanggup maka mereka akan menggerakkan Armada ke VII yang sudah siap di laut Jawa.

Baca Artikel Terkait:

    Van der Plas Connection, Menguak Tabir G30S (Bagian I)

    Van der Plas Connection, Menguak Tabir G30S (Bagian III)

    Van der Plas Connection, Menguak Tabir G30S (Bagian IV)

    Van der Plas Connection, Menguak Tabir G30S (Bagian V)

    Van der Plas Connection, Menguak Tabir G30S (Bagian VI)

Baca Juga:

    Surat Lama Prof. Wertheim, Menguak Keterlibatan Soeharto pada G-30-S
    (Bagian I)

    Surat Lama Prof. Wertheim, Menguak Keterlibatan Soeharto pada G-30-S
    (Bagian II)

    Surat Lama Prof. Wertheim, Menguak Keterlibatan Soeharto pada G-30-S
    (Bagian III)

    Surat Lama Prof. Wertheim, Menguak Keterlibatan Soeharto pada G-30-S
    (Bagian IV)

Back to Top ********************************* Related Message

************ Back to the Welcome Site ************

© 1996 - 2002
Last Update on 10.25.2002