BAKERNAS
Badan Kerjasama Nasional
Kader-Kader & Simpatisan-Simpatisan
PDI Perjuangan di Mancanegara


PANDANGAN KADER & SIMPATISAN
PDI PERJUANGAN DI LUAR NEGERI



Lampiran 2


PEMBANGUNAN EKONOMI, KRISIS DAN REFORMASI DI INDONESIA

Oleh : Burhan Aziz *)

Ringkasan

Pembangunan ekonomi dengan paradigma "mengejar pertumbuhan bersandar kepada usaha besar dan mengharapkan pemerataan melalui rembesan kebawah (trickle down effect)" yang dilaksanakan melalui korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta proteksi berupa monopoli, kartel dan fasilitas khusus lainnya antara birokrat, konglomerat dan kapital global dalam merampas hak-hak rakyat, menggerogoti kekayaan negara dan rakyat serta tingginya persentase ketergantungan pembeayaan pembangunan kepada hutang luarnegeri, hanya menghasilkan kemakmuran bagi segelintir birokrokrat, konglomerat dan pemodal asing, dan kemiskinan, keterbelakangan rakyat banyak dan bahaya integrasi bangsa. Kemajuan hanya mungkin dicapai dengan melakukan suatu reformasi menyeluruh dibidang politik dan pemerintahan; UUD 45, hukum, UU, peraturan pemerintah, Inpres dan Keppres; kebijakan ekonomi, dan hubungan internasional. Karena itu, Indonesia membutuhkan waktu yang agak panjang untuk bisa keluar dari krisis menuju pemulihan ekonomi.

Dari data-data ekonomi makro sebelum krisis, terlihat bahwa ekonomi Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang baik. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari tahun ketahun, 7,3% tahun 1993, 7,5% tahun 1994, 8,2% tahun 1995 dan 8,1% tahun 1996. Pendapatan per kapita juga meningkat, dari 833 dollar tahun 1993 menjadi 1.088 pada pertengahan 1997. Inflasi dapat ditekan dari 9% tahun 1995 menjadi 7,3% tahun 1996. Bank Dunia memuji kemajuan yang dicapai Indonesia sebagai contoh keberhasilan negara berkembang yang menjalankan kebijakan ekonomi sesuai dengan saran-saran Bank Dunia dan IMF. Selama ini Indonesia memang dikenal sebagai "the good boy" yang tak banyak tingkah dalam mengikuti saran-saran kedua lembaga keuangan internasional tersebut.

Bertentangan dengan pujian IMF dan Bank Dunia, sebelum krisis terjadi, beberapa pakar yang setelah melakukan penelitian terhadap perkembangan ekonomi di Asia Tenggara mengatakan bahwa pertumbuhan industri yang kelihatannya sangat pesat di Asia Tenggara hanyalah suatu khayalan, khayalan besar tanpa dasar -- ersatz capitalism (1). Ada juga yang menarik kesimpulan bahwa yang berkembang di negara-negara Asia Tenggara hanyalah "kapitalisme rente"(2), karena pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara termasuk Indonesia sangat tergantung kepada aturan permainan yang disepakati ditingkat atas, antara para wirausahawan, pejabat pemerintah, dan sumber-sumber asing untuk bantuan luarnegeri, investasi dan pasar. Pandangan mengenai kapitalisme semu atau kapitalisme rente ini setidaknya harus diakui berlaku bagi Indonesia.

Mulai Juni tahun 1997, Indonesia mengalami krisis yang mendalam. Krisis ekonomi ini juga melanda beberapa negara Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura dan Korea Selatan. Kesemua negara yang terkena krisis tersebut, kecuali Malaysia, mendapat

Sambungan

__________

(1) Ruth McVey, Wujud Wirausaha Asia Tenggara dalam buku Kaum Kapitalis Asia Tenggara, Ruth McVey, editor, diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia dari South East Asian Capitalists, Cornell University, Ithaca, New York, 1992.

(2) Pembahasan ciri-ciri kapitalis pada birokrat pemburu rente berdasarkan teori Hans Bocbeck, mengenai "kapitalisme rente," yang bertentangan dengan teori "kapitalisme produktif" agrobisnis.


Back

Lanjutan



(c) 2001 Webmaster