BAKERNAS
Badan Kerjasama Nasional
Kader-Kader & Simpatisan-Simpatisan
PDI Perjuangan di Mancanegara
PANDANGAN KADER & SIMPATISAN
PDI PERJUANGAN DI LUAR NEGERI
Lampiran 2a
SERANGAN TERHADAP TEAM EKUIN PEMERINTAH DAN PENGUNDURAN DIRI MENKO KWIK KIAN GIE
Oleh: Burhan Azis *)
Kamis (10 Agustus 2000), Menko Ekuin Kwik Kian Gie menyampaikan surat pernyataan pengunduran diri dari kabinet kepada Presiden Abdurrahman Wahid. Berbagai komentar telah disampaikan para pengamat. Yang selama ini getol sekali menyerang kebijakan Menko Ekuin, sekarang lebih memusatkan kegiatannya kepada usaha memupuk pendapat umum mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi pengganti team EKUIN. Menteri Keuangan
Bambang Sudibyo dari poros tengah menyayangkan pengunduran Kwik, karena Kwik adalah orang yang telah bekerja dengan hati nurani dan juga merupakan yang terbaik yang pernah dimiliki oleh republik ini. Pengamat Ekonomi Cides, Umar Juoro mengatakan secara moral dan kemampuan, kapasitas Kwik tidak diragukan.
Selama sidang Sidang Tahunan MPR berlangsung intensitas serangan kepada team Ekuin yang dipimpin Kwik meningkat. Kritik hanya berkisar pada "kemampuan koordinasi dan manajeman Kwik lemah" sehingga pemerintah "tidak mampu memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi Asia", dan sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan sangat lambat. Benarkah demikian keadaan yang sesungguhnya ?
Ketika pemerintah orde baru yang didukung oleh Golkar, pihak militer, Bank Dunia, IMF dan Negara-negara Maju mengelu-elukan pertumbuhan ekonomi tinggi yang dicapai Indonesia dengan sistem ekonomi konglomerasi, Kwik adalah salah satu dari sedikit pakar ekonomi kita yang dengan jelas menunjukkan bahaya yang akan menimpa bangsa kita.
Peringatan yang di kemukakan Kwik ternyata benar, Indonesia mengalami krisis berkepanjangan yang menyebabkan sebagian besar rakyat menderita hingga saat ini. Setelah menjadi Menko Ekuin, Kwik konsisten dengan pandangannya, dan berusaha melaksanakan tugas-tugas reformasi dengan integritas yang tinggi. Dalam keadaan diserang dan disabot oleh kekuatan stutus-quo, kekuatan konglomerasi Indonesia, dan kekuatan kapital global, team Ekuin yang dipimpin oleh Kwik berhasil selangkah demi selangkah membawa perekonomian Indonesia yang terpuruk itu mencapai pertumbuhan 3,8 % selama kwartal pertama dan kedua tahun 2000. Ini sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi yang di perkirakan sebelumnya sebesar 3 - 4 % untuk tahun 2000. Dapatkah hasil-hasil demikian dikatakan sebagai suatu kegagalan ? Bukankah angka-angka tersebut menunjukkan keberhasilan team Ekuin pemerintah yang dipimpin oleh Menko Kwik Kian Gie ?
Baru-baru ini mencuat kepermukaan usaha penjualan penjualan aset PT. Holdiko Perkasa yang merupakan jaminan hutang Grup Salim dengan harga Rp 20 triliun. Menko Ekuin Kwik Kian Gie dalam kapasitasnya sebagai Ketua KKSK mengajukan pertanyaan : "Siapa yang akan menanggung kerugian negara sebesar Rp 31 triliun ? (karena jumlah hutang grup Salim seluruhnya Rp 51 triliun)." Menurut perjanjian MSAA, yang menanggung kerugian tersebut adalah negara. Karena itulah, Menko Kwik sebagai Ketua KKSK tidak menyetujuinya. Menko Ekuin segera meminta penasehat hukum Kartini Mulyadi dan Fred Tumbuan untuk mempelajari apakah benar menurut MSAA, rakyat dan pemerintah Indonesia yang harus menanggung kerugian tersebut. Selanjutnya dalam rapat antara Menko Ekuin dengan DPA, Senin 24 Juli 2000 yang lalu, Kwik mengatakan konglomerat jahat itu betul-betul jahat, mentalnya melebihi Alcapone, tokoh Mafia dalam film Godfather. Perumpamaan ini tidaklah berlebihan. Apakah bermoral namanya kalau di tengah krisis keuangan yang dihadapi pemerintah dan rakyat sekarang ini masih saja berusaha mau mengemplang hutang sebesar Rp 31 trilyun (US $ 3,6 milyar bila dihitung dengan kurs Rp 8.500/US $ 1) dari negara dan rakyat Indonesia?
(c) 2001 Webmaster